Mohon tunggu...
sofa unnafis
sofa unnafis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Selain ngajar, pengen bisa nulis juga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru dalam Menumbuhkan Budaya Positif di Sekolah

24 Agustus 2024   21:47 Diperbarui: 24 Agustus 2024   21:53 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru di sekolah memegang peran penting dalam banyak hal. Guru sebagai sosok teladan memiliki tanggung jawab besar pada terbentuknya karakter murid di sekolah. Karakter murid akan terbentuk tergantung dengan kondisi lingkungannya seperti apa, apa saja kebiasaannya, siapa saja yang berinteraksi dengannya, serta bagaimana pergaulan dan budaya yang ada di lingkungannya. Budaya positif merupakan salah satu cara membentuk karakter murid menjadi lebih positif. Budaya positif tidak hanya harus ada di lingkungan rumah, namun juga di sekolah. Karena murid menghabiskan sepertiga harinya di sekolah.

Murid sebagai pribadi yang masih dalam tahap tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya membutuhkan panduan serta tuntunan yang tepat agar ia bisa terselamatkan dan bahagia. Ia akan mengikuti serta meniru yang ada di lingkungannya, karena segala sesuatu yang ada di lingkungannya dilakukan secara berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan-kebiasaan inilah akan membentuk budaya dalam diri murid.

              Budaya positif dapat tercipta jika berbagai hal bisa diterapkan, yaitu disiplin positif, memahami motivasi perilaku manusia, menanamkan nilai kebajikan, menyusun keyakinan kelas, memenuhi kebutuhan dasar manusia, menerapkan posisi kontrol yang tepat serta menerapkan segitiga restitusi dalam menghadapi masalah. Dari berbagai hal di atas, perlu waktu dan proses yang tidak sebentar. Guru sebagai pemimpin pembelajaran juga harus berperan sebagai pemimpin proses tersebut.

Disiplin Positif & Nilai Kebajikan

              Dimulai dari disiplin positif, untuk menumbuhkan disiplin adalah diri sendiri. Sebagaimana kata Ki Hajar Dewantara dimana disiplin merupakan upaya untuk mewajibkan diri dengan sekeras-kerasnya. Jika kita sendiri tidak mampu untuk mendisiplinkan diri, maka orang lainlah yang akan mendisiplinkan kita. Disiplin memang berat, namun jika dapat terlaksana secara kontinyu, kita sendirilah yang akan menuai buahnya.

              Disiplin positif merupakan pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru kepada muridnya, agar murid mampu disiplin dengan sendirinya, tanpa harus ada hukuman atau hadiah yang menjadi efek ketidakdisiplinan mereka. Cara melakukan disiplin positif ini yaitu dengan membuat kesepakatan atau keyakinan yang telah diatur bersama antara guru dan murid, setelah itu sama-sama menentukan konsekuensi jika kesepakatan ini dilanggar. 

Dengan adanya konsekuensi yang telah disepakati, nantinya murid akan menyadari konsekuensi apa yang akan ia tanggung jika melanggar kesepakatan yang ada. Jika murid mampu melaksanakan kesepakatan atau keyakinan yang telah dibuat, sudah sepantasnya guru memberikan pujian sebagai upaya memotivasi murid untuk terus melakukan keyakinan tersebut. Guru dan murid hendaknya terus melakukan komunikasi dengan baik dan nyaman, serta guru mampu menjadi contoh atau teladan yang baik bagi murid, sehingga murid memiliki role model untuk diteladani.

              Dalam melakukan disiplin perlu pemahaman tentang nilai kebajikan yang harus ditanamkan dalam diri kita maupun murid. Nilai-nilai kebajikan inilah yang kemudian diharapkan yang menjadi dasar segala tindakan. Dalam hal ini kurikulum merdeka telah merumuskan nilai-nilai yang harus dimiliki pelajar saat ini yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, gotong royong, berkebhinekaan global dan kreatif.

              Motivasi Perilaku Manusia & Keyakinan Kelas

              Segala tindakan manusia pasti memiliki alasan, begitu juga kita sebagai guru dan murid. Apapun yang dilakukan murid di sekolah memiliki alasan tertentu, maka sebagai guru kita harus memahami alasan-alasan yang mendasari perilaku mereka di sekolah, dengan demikian kita bisa memahami kemauan, kebutuhan serta tujuan murid di sekolah. 

Hal selanjutnya yang bisa kita lakukan untuk menuju budaya positif yaitu dengan menyusun keyakinan kelas, keyakinan kelas ini berasal dari peraturan-peraturan kelas yang kemudian disarikan menjadi kalimat positif, sehingga secara bersama-sama bisa dikerucutkan pada nilai yang diyakini, seperti nilai kebersihan, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran bersama keyakinan ini dibuat dan ditaati bersama, dengan harapan menciptakan kondisi kelas dan lingkungan nyaman dan aman bagi semua warga kelas maupun warga sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun