Setelah berkeliling dan bermaaf-maafan dengan keluarga dan tetangga, Nata mendapatkan sudut pandang baru dalam menilai sesuatu. Tradisi bermaaf-maafan tidak hanya sebagai kegiatan simbolis belaka. Tradisi maaf-maafan bisa menjadi momen untuk berkenalan dengan tetangga yang tidak dikenal dan menjalin silaturahmi.
Tradisi ini juga bisa menjadi sarana untuk refleksi diri bahwa walaupun kita tidak kenal dengan tetangga, bisa saja ada beberapa hal yang ternyata bisa menyinggung atau membuat kesal orang lain tanpa sengaja. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk meminta maaf kepada orang yang tidak dikenal. Syukur-syukur bisa kecipratan THR.
Nata juga tersadar ini merupakan bentuk reminder untuk diri sendiri bahwa jangan menjadi orang yang ignorant. Kita hidup berdampingan dan tidak tahu kedepannya atau bahkan tanpa sadar sudah mendapatkan bantuan atau pertolongan dari mereka.Â
Nata juga menyesal bahwa ia arogan sekali tidak ingin membuka pintu silaturahmi kepada orang-orang baru. Selain itu, berkenalan dengan orang baru juga dapat menambah perspektif dan pengetahuan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H