Sebuah pesan meluncur ke Whatsapp-ku dan memberitakan sebuah undangan dan menanyakan kesediaanku untuk hadir dan aku pun menyetujui acara yang akan diadakan sekitar sepekan lagi. Undangan kali ini berbeda dari acara sebelumnya, sebuah wabah membuat kami tidak bisa ramai-ramai berkumpul di waktu dan tempat yang sama. Pandemi yang sedang diperangi seluruh dunia membuat semuanya berbeda.
Ingatanku menerobos memori di tahun 2017, saat pertama bertemu dan berkumpul sebagai peserta Danone Blogger Academy. Kami berdua puluh orang mengikuti perkuliahan singkat mengenai penulisan artikel, foto dan videografi, serta berbagai ilmu yang begitu membuatku merasa makin tak tahu apa-apa. Semuanya menjadi modal terbaik untukku sebagai seorang blogger kesehatan.Â
Siang itu, aku sudah bersiap untuk pertemuan Danone Blogger Academy Reunite 2020. Acara ini akan mengumpulkan semua peserta dari tahun-tahun sebelumnya. Jadi, ada tiga angkatan terpilih yang berjumlah sekitar lima puluh orang. Selain itu, panitia pun sudah menyiapkan beberapa narasumber terpilih untuk mengisi waktu kami dengan diskusi berfaedah. Tentu saja, bukan kumpul-kumpul sembarang tapi selalu ada ilmunya.Â
Meskipun acara berlangsung daring, keceriaan dan kegaduhan siang itu tetap terasa nyata, seakan kami berada di satu ruang dan waktu yang sama, tertawa bersama, tersenyum bahagia.
Bergaya hidup sehat di era pandemi
Tak bisa disangkal hidup berubah sejak pandemi melanda. Beberapa aktivitas yang biasanya bisa dilakukan bersama atau di luar rumah menjadi terbatas. Perubahan ini tentunya membuat gesekan antara realita dan ekspektasi untuk mempertahankan gaya hidup sehat. Lalu, bagaimana bertahan untuk tetap sehat sepenuhnya?Â
Aku merasa beruntung bisa mendengar langsung tips dari dokter Soffi. Beliau adalah Occupational Health Leader Danone Indonesia yang juga merupakan dokter spesialis kesehatan kerja. Menurutnya, revolusi pola hidup sehat dapat disederhanakan menjadi tiga hal utama, yaitu dengan menjaga aktivitas fisik (termasuk istirahat) dan menjaga asupan nutrisi dengan gizi seimbang serta menjaga kesehatan mental.
Semenjak pandemi beberapa dari kita beraktivitas dengan lebih banyak duduk berjam-jam, di depan laptop dan minim bergerak atau yang lebih populer disebut dengan istilah sedentary life (kaum rebahan). Ini adalah fakta, bekerja dan belajar dari rumah membuat orang tidak lagi bergerak seaktif dulu. Mungkin sebagian kita tidak merasakan apa-apa atau tidak ada yang berubah signifikan kok, kecuali jarum timbangan yang semakin ke kanan, duh!Â
Sebagaimana tidur, maka bergerak juga termasuk kebutuhan dasar manusia. Aku yakin ada beberapa dari kita yang mulai sering pegal-pegal di area pinggang, leher dan lengan. Nah, itulah akibat dari terlalu sering duduk diam. Dokter Soffi menjelaskan ada bahaya di balik mager alias malas gerak yang juga sohib erat kaum rebahan, diantaranya:
- Kelemahan otot
- Pengeroposan tulang
- Penurunan daya tahan tubuh
- Gangguan sirkulasi darah
- Gangguan metabolisme lemak dan gula
- Gangguan keseimbangan hormonal
- Lebih gampang gemuk
- Meningkatkan risiko berbagai penyakit
Coba ini dilihat dulu kakak atau bisa dicek sendiri jangan-jangan ada satu di antara efek berbahaya dari terlalu banyak duduk diam yang mulai terasa. Ini adalah sinyal bahwa kurangnya aktivitas fisik dapat mengganggu kesehatan.Â
Lantas, apakah yang bisa dilakukan untuk memperbaiki ini? Duduk terlalu lama sampai membuat sebuah istilah baru yaitu, sitting is the new smoking. Begitu parahnya hingga disamakan seperti merokok yang sama-sama menyebabkan penyakit. Nah, dokter Sofi menyarankan untuk bisa membatasi waktu total duduk sebanyak 6-8 jam dalam 24 jam. Setiap duduk selama 30-90 menit berikan jeda selama 5 menit untuk berdiri, berjalan, atau melakukan hal lain yang bukan duduk.