Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kelompok Ini Berisiko Tinggi Terkena Cacar Monyet Varian Baru

1 September 2024   01:15 Diperbarui: 1 September 2024   18:54 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyakit infeksi cacar monyet menyebabkan lesi di berbagai bagian tubuh. (Foto:BBC.com)

Beberapa rumah sakit di Indonesia diberitakan sudah bersiaga menghadapi cacar monyet. RSUD Dumai misalnya telah menyediakan empat ruangan isolasi khusus untuk pasien yang terjangkit cacar monyet atau monkeypox (Mpox).

Hal ini dilakukan sebagai respon terhadap peringatan darurat kesehatan global oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada 14 Agustus 2024.

WHO mengumumkan cacar monyet sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau "Kepedulian Global Terkait Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Umum".

Hal yang melatarbelakangi peringatan dari WHO ini adalah munculnya varian Clade 1b di Kongo pada Juli 2024. Varian ini diketahui telah membunuh paling sedikit 450 orang di Republik Demokratik Kongo (DRC) dalam beberapa bulan terakhir.

Varian ini juga telah menyebar ke Burundi, Kenya, Rwanda, Uganda, bahkan Swedia. 

Tahun ini juga telah dilaporkan 14.000 kasus dari berbagai negara dan 524 kematian (sumber UN News). Angka ini meningkat tajam dari tahun 2023. 

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan dilaporkan penyebaran varian Clade 1-b di DRC tahun lalu "terutama melalui jaringan seks". 

Varian ini diketahui lebih mematikan daripada varian sebelumnya dan lebih mudah ditularkan dari orang ke orang.

Penyakit infeksi cacar monyet menyebabkan lesi di berbagai bagian tubuh. (Foto:BBC.com)
Penyakit infeksi cacar monyet menyebabkan lesi di berbagai bagian tubuh. (Foto:BBC.com)

Dilansir dari BBC.com, para ahli mengatakan estimasi angka kematian akibat varian baru ini mencapai 10%. 

Gejala cacar monyet mirip dengan cacar smallpox, namun lebih ringan. Cacar smallpox telah berhasil dieradikasi pada tahun 1980, sedangkan mpox masih timbul di negara-negara Afrika bagian tengah dan barat. 

Clade 1, yang dikenal dengan varian klade Congo Basin (Afrika Tengah), telah bersirkulasi di DRC selama bertahun-tahun, sedangkan Clade 2 (sebelumnya klade Afrika Barat) bertanggung jawab dalam wabah global cacar monyet pada 2022. Mpox menjadi epidemi global pada tahun 2022, antara lain berdampak pada Eropa, Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara lainnya. 

Tedros mengatakan pada bulan lalu sekitar 90 kasus varian Clade 1b dilaporkan dari negara-negara yang bertetangga dengan DRC yang sebelumnya tidak pernah melaporkan. 

Bagaimana dengan Indonesia?

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jakarta mencatat ada 59 kasus cacar monyet di Jakarta selama Oktober 2023 hingga Agustus 2024. 

Kementerian Kesehatan RI mencatat ada 88 kasus cacar monyet di Indonesia sejak tahun 2022 hingga 2024. Sejauh ini kasus Mpox yang dilaporkan masih disebabkan oleh Clade 2. 

Atas peringatan kewaspadaan darurat global WHO akan varian baru, pemerintah Indonesia kini memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk bandara untuk mencegah masuknya varian baru ini. 

Skrining dilakukan dengan mewajibkan pelaku perjalanan internasional yang masuk ke Indonesia baik WNI maupun WNA untuk mengisi formulir swadeklarasi elektronik SATU SEHAT Health Pass. 

Skrining ketat dilakukan setelah varian Clade 1b di temukan di luar kawasan Afrika yaitu di Thailand. 

Seorang pria berusia 66 tahun tiba di Bangkok pada 14 Agustus 2024 dan ia menunjukkan gejala Mpox. Pria tersebut melakukan perjalanan dari Afrika. Setelah diuji di rumah sakit, Departemen Pengendalian Penyakit Thailand mengonfirmasi ia terinfeksi Mpox Clade 1b. 

Departemen tersebut juga memantau sebanyak 43 orang yang telah melakukan kontak dekat dengan pria tersebut dan semuanya tidak menunjukkan gejala dan pemantauan akan terus dilakukan selama 21 hari ke depan. 

Sebelumnya pada tahun 2022, yaitu 2 tahun lalu, varian Clade 2 pernah menjadi wabah yang melanda Eropa dan kemudian juga menyebar ke berbagai negara. Saat ini pun 100 kasus baru Clade 2 dilaporkan di kawasan Eropa setiap bulannya. 

Virus cacar monyet 

Cacar monyet (Mpox) disebabkan oleh virus Monkeypox (MPXV). Virus monkeypox termasuk dalam genus Orthopoxvirus, yang merupakan bagian dari keluarga Poxviridae. Yang termasuk di dalam genus Orthopoxvirus ini adalah virus penyebab smallpox (variola), virus vaccinia, virus cowpox (cacar sapi), dan virus Mpox.

Keluarga virus Poxyviridae adalah golongan virus yang berasosiasi dengan penyakit virus yang menghasilkan cacar (poxes) pada kulit. Definisi cacar di sini adalah ruam seperti jerawat yang kemudian berisi nanah dan akan menjadi keropeng dalam proses penyembuhannya.

Virus ini awalnya diketahui ada pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian pada tahun 1958 di Denmark. Saat itu koloni kera mengalami wabah sakit seperti cacar. 

Virus cacar monyet dapat ditularkan dari binatang yang terinfeksi ke manusia atau zoonosis. 

Kasus cacar monyet pada manusia pertama diketahui di Kongo, Afrika Tengah pada tahun 1970. Selanjutnya dilaporkan menginfeksi orang-orang di negara Afrika tengah lainnya dan menyebar hingga ke luar Afrika seperti Amerika Serikat, Inggris, Singapura, dan Israel. 

Penularan cacar monyet

Virus cacar monyet dapat ditularkan dari hewan yang terinfeksi kepada manusia (zoonosis). Gejala sakit yang terjadi dengan penularan ini biasanya ringan. 

Penularan dari manusia ke manusia terjadi ketika ada kontak langsung dengan lesi atau cairan tubuh dari individu yang sudah terinfeksi dan juga melalui kontak dengan barang-barang yang sudah terkontaminasi virus. 

Jadi Mpox dapat menular antar manusia melalui sentuhan, hubungan seks, dan droplet yang keluar dari mulut ketika berbicara atau bernafas dekat dengan orang yang sudah terinfeksi. 

Virus Mpox juga dapat ditularkan ke janin. Bayi rentan terinfeksi bila kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. 

Manusia yang terinfeksi juga bisa menularkan virus ini ke binatang. 

Gejala cacar monyet

Orang yang terjangkit virus MPox mengalami gejala yang bervariasi, dari ringan hingga berat. Dikutip dari situs badan kesehatan nasional Amerika Serikat yaitu Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit cacar monyet memiliki tiga fase yaitu fase inkubasi, fase prodrome, dan fase munculnya ruam.

Fase inkubasi adalah periode di mana tidak ada gejala. Fase ini dapat berlangsung selama 1-2 minggu. Virus tidak ditularkan dalam fase ini. Saat ini dokter dan tenaga kesehatan direkomendasikan untuk memantau keadaan pasien hingga 21 hari.

Fase prodrome adalah periode dimana pasien mengembangkan serangkaian gejala awal penyakit. Gejala cacar monyet awal ini dapat berupa demam, rasa lelah yang tidak jelas penyebabnya (malaise), sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, dan (pada banyak kasus) pembengkakan kelenjar getah bening atau nodus limfa (limfadenopati). Limfadenopati adalah karakteristik khas cacar monyet. Pembengkakan nodus limfa dapat terjadi di satu atau dua sisi tubuh, pada leher, ketiak, atau selangkangan. 

Pasien dapat menularkan virus di fase prodrome sehingga pasien seharusnya sudah diisolasi di fase ini. 

Fase ruam/lesi adalah fase di mana muncul ruam atau lesi. Lesi biasanya muncul dalam waktu 1-3 hari setelah fase prodrome. Akhir-akhir ini ruam atau lesi ditemukan di beberapa kasus tanpa didahului gejala-gejala prodrome yang jelas seperti di atas. Lesi pada beberapa kasus belakangan ini juga terlokalisir, tidak menyebar seperti sebelum-sebelumnya. 

Lesi cacar monyet khas berkembang dari bintik papule (1-2 hari), macule (1-2 hari), vesikel (kantong berisi cairan, 1-2 hari), pustule (berisi nanah, 5-7 hari), dan skab (keropeng). 

Pasien di fase ini akan menularkan virus hingga seluruh keropeng rontok dan lapisan kulit yang baru terbentuk. 

Beberapa penderita hanya memiliki beberapa lesi, namun ada yang sampai ribuan. Ruam atau lesi ini cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Namun ada juga yang tidak muncul di telapak tangan atau kaki. 

Lesi dapat muncul di area dalam mulut, alat kelamin (genital), sekitar anus dan rektum (anorektal), dan mata. Biasanya ruam mulai muncul dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lain secara bertahap.

Terkadang ruam atau lesi cacar monyet disalahartikan sebagai herpes atau sifilis. Hal ini karena lesi juga menimbulkan rasa nyeri dan gatal pada fase pemulihan.

Karakteristik lesi cacar monyet (Foto:cdc.gov yang telah dimo)
Karakteristik lesi cacar monyet (Foto:cdc.gov yang telah dimo)
Pada umumnya gejala MPox sifatnya ringan dan dapat sembuh sendiri dalam beberapa minggu. 

Namun pada beberapa individu dapat terjadi komplikasi medis hingga kematian, terutama pada anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan gangguan imunitas tubuh. 

Dilansir dari Kompas, dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Fitria Agustina, mengatakan lesi cacar monyet pada anorektal dapat menyebabkan komplikasi lain seperti tinja bernanah atau berdarah, rasa nyeri, dan pendarahan di sekitar anus. 

Menurut dr. Fitria, lesi cacar monyet lebih besar, seragam, dan lebih padat dibandingkan cacar air. Lesi lepuhan ini berisi cairan dan akan menjadi luka keropeng. 

Perlu diketahui cacar air disebabkan oleh virus yang berbeda yaitu varicella-zoster dan hanya menyerang serta menular dari manusia ke manusia. Gejala cacar monyet cenderung lebih berat daripada cacar air dan bisa menyebabkan komplikasi yang parah. 

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tertentu antara lain infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan mata, dan gangguan kesadaran. Komplikasi ini harus diwaspadai pada anak-anak, ibu hamil, dan pasien dengan gangguan sistem imun. 

Untuk mencegah komplikasi, penyakit ini harus segera ditangani secara medis. 

Gambar-gambar ruam cacar monyet (Foto:cdc.gov)
Gambar-gambar ruam cacar monyet (Foto:cdc.gov)
Vaksinasi

Vaksin bekerja dengan menstimulasi respon kekebalan (imun) tubuh yang mirip dengan infeksi alamiah, sehingga menghasilkan perkembangan imunitas jangka panjang. 

Vaksin cacar monyet berguna untuk mencegah dan meminimalkan derajat keparahan penyakit. Vaksinasi juga berguna untuk mencegah meluasnya penyakit menjadi wabah. 

Orang-orang yang sudah divaksin tetap harus menghindari kontak secara dekat (kulit ke kulit) dengan orang yang sedang terinfeksi. 

Mereka yang sudah terinfeksi dan sembuh, tidak perlu mendapat vaksin lagi. Hal ini karena mereka yang sudah pernah terinfeksi sangat jarang terinfeksi untuk kedua kalinya.

Menurut data CDC yang belum dipublikasi, infeksi ulang terjadi pada kurang dari 0.1% pasien di Amerika Serikat yang sudah pernah terinfeksi cacar monyet sebelumnya. Pada infeksi kedua kalinya, gejala penyakit secara umum lebih ringan daripada yang pertama. Oleh karena itu, orang yang telah sembuh dari infeksi pertama tidak direkomendasikan untuk menerima vaksin lagi. 

Vaksin Jynneos untuk penyakit cacar monyet dan smallpox (Foto: drugsdiscoverytrends.com)
Vaksin Jynneos untuk penyakit cacar monyet dan smallpox (Foto: drugsdiscoverytrends.com)
Ynneos adalah vaksin cacar monyet yang telah disetujui US-FDA untuk digunakan sebagai pencegahan penyakit smallpox dan cacar monyet (monkeypox) pada pasien dewasa mulai usia 18 tahun yang mempunyai risiko tinggi tertular infeksi.

Ynneos merupakan preparat vaksin hidup dari strain Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), jenis virus Orthopox yang dilemahkan, dan tidak dapat bereplikasi di sel manusia. 

Virus MVA-BN ditanam dalam sel Fibroblas Embrio Ayam (Chicken Embryo Fibroblast/CEF) primer.

Sebagaimana vaksin lain, vaksin cacar monyet tidak direkomendasikan diberikan kepada individu yang memiliki riwayat reaksi alergi parah seperti reaksi anafilaksis. Pasien harus menginformasikan kepada petugas kesehatan bila memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik gentamicin, ciprofloxacin, protein ayam atau protein telur. 

Hal ini karena dalam setiap 0,5 mL dosis vaksin kemungkinan mengandung protein (≤ 500 mcg), gentamisin (≤ 0,400 mcg) dan ciprofloksasin (≤ 0,005 mcg). 

Gentamisin dan ciprofloksasin adalah antibiotik yang digunakan untuk mencegah kontaminasi bakteri dalam proses produksi vaksin yang harus steril (bebas mikroba). Sebagian besar antibiotik ini memang dihilangkan selama proses pemurnian (purifikasi) vaksin, namun sejumlah sangat kecil jejak masih dapat tertinggal. 

Kelompok berisiko tinggi

Dilansir dari medcom.id, juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, WHO tidak merekomendasikan masker sebagai upaya pencegahan di tengah wabah. Dari cara penularannya, vaksin akan diberikan hanya untuk kelompok yang paling berisiko. 

Kelompok berisiko tinggi yang menjadi sasaran vaksinasi adalah LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki), pasangan seks multipel, penderita human immunodeficiency virus (HIV), dan individu yang kontak dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir. 

Petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen virologi, terutama di daerah yang ada kasus cacar monyet, dan petugas yang menangani pasien cacar monyet juga menjadi prioritas untuk mendapatkan vaksin. 

CDC secara gamblang merekomendasikan kelompok gay, biseksual, dan pria yang melakukan hubungan seks dengan pria atau transgender, nonbinari, atau orang dengan beragam gender, di mana dalam 6 bulan terakhir baru didiagnosis menderita satu atau lebih penyakit menular seksual (klamidia, gonorrhea, atau sifilis), dan dalam 6 bulan terakhir melakukan hubungan seksual lebih dari satu partner, untuk menerima vaksin. 

CDC juga merekomendasikan penerima vaksin bagi mereka yang dalam 6 bulan terakhir melakukan hubungan seks di tempat seks komersial seperti klub seks atau mereka yang melakukan hubungan seks dalam acara komersial besar atau di wilayah di mana penyebaran virus terjadi. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan mereka akan menyediakan 10 juta dosis vaksin dan mulai minggu depan vaksinasi akan mulai dilakukan di Kongo dan Nigeria. 

Produsen vaksin Denmark, Bavarian Nordic, akan melakukan transfer teknologi ke produsen di Afrika sehingga dapat dibuat secara lokal untuk meningkatkan pasokan dan mengurangi biaya.

Dilansir dari VOANews, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyus mengatakan dirinya meyakini wabah cacar monyet ini dapat dihentikan dalam enam bulan ke depan dan pengiriman vaksin pertama akan tiba di Kongo dalam beberapa hari mendatang. 

Hingga saat ini, Afrika terutama Kongo, yang memiliki kasus terbanyak, telah menerima sejumlah vaksin untuk mencegah penyakit ini. Lebih dari 18.000 dugaan kasus dan 629 kematian sudah terjadi di Afrika. 

Sekitar 230.000 vaksin akan segera dikirim ke Kongo dan tempat lain. WHO juga sedang meningkatkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran bagaimana penyakit cacar monyet ini dapat dicegah penyebarannya di negara-negara yang mengalami wabah. 

Dilansir dari TheJakartaPost, pemerintah Indonesia akan mendatangkan 1.600 dosis vaksin cacar monyet dalam waktu dekat ini. Vaksin didatangkan dari Denmark dan hanya diberikan kepada kelompok berisiko. 

Dari pemberitaan sebelumnya di Jakarta tahun 2023, 37 kasus cacar monyet yang telah selesai diisolasi dan sembuh, diketahui semua pasien terjangkit penyakit ini dari kontak seksual.

Pada 2023, pemerintah Indonesia juga telah memberikan vaksinasi Mpox kepada 495 orang, di mana mereka adalah orang-orang yang kontak erat dengan kasus yang positif dan kelompok berisiko. 

Vaksinasi diberikan dalam dua dosis injeksi subkutan. Dosis kedua diberikan 4 minggu setelah dosis pertama. 

Masyarakat diimbau untuk waspada akan penularan penyakit ini dengan tidak melakukan hubungan seksual yang berisiko dan menjaga kebersihan diri dengan memakai masker dan mencuci tangan. Gunakan pelindung tangan dan masker bila harus berinteraksi dengan hewan atau individu yang terinfeksi. 

Jika sudah terinfeksi maka pasien harus diisolasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. 

Mencegah tentunya lebih baik daripada mengobati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun