Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Setiap Detik Berharga Setelah Henti Jantung Mendadak

2 Juli 2024   19:26 Diperbarui: 3 Juli 2024   19:57 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: KOMPAS/DIDIE SW

Dua pemeriksaan di rumah sakit memberikan laporan penyebab yang sama atas meninggalnya pebulutangkis muda China Zhang Zhi Jie pada Minggu (30/6/2024) di Badminton Asia Junior Championships 2024. Zhi Jie yang masih berusia 17 tahun itu disebut mengalami henti jantung mendadak.

Setelah mendadak kolaps di tengah lapangan dalam pertandingan melawan Jepang, Zhi Jie dilarikan ke dua rumah sakit, yaitu RSPAU Hardjolukito dan RSUP dr Sardjito. Sebelum kolaps, ia terlihat kejang-kejang dan kemudian langsung tidak sadarkan diri dalam hitungan detik.

Dilansir dari media Kompas, Zhi Jie sudah tidak ada denyut nadi dan napas spontan ketika tiba di Unit Gawat Darurat (UGD) RSPAU Hardjolukito. Tim medis RS tetap melakukan prosedur pijat jantung luar disertai alat bantu napas selama tiga jam.

RSPAU berjarak 4,7 kilometer atau 10 menit dari tempat pertandingan di GOR Amongrogo, Yogyakarta. Tindakan selama tiga jam tidak memberikan respons yang optimal dan mulai timbul tanda kematian sekunder. Tim medis RSPAU pun menyatakan korban meninggal pada 20.50 WIB kepada official team China.

Namun tim official China meminta agar Zhi Jie dibawa ke RSUP Dr Sardjito untuk kemungkinan penanganan lebih lanjut. Akhirnya Zhi Jie pun di bawa ke RS Sardjito dan tiba di sana pukul 22.15 WIB. 

Tim medis RS Sardjito melakukan tindakan resusitasi jantung paru selama 1,5 jam dan tetap tidak ada respons. RS Sardjito juga mengkonfirmasi bahwa korban ketika tiba sudah dalam keadaan tidak ada denyut nadi, tidak ada napas spontan, dan disertai tanda kematian sekunder.

Pebulutangkis China mendadak kolaps di Badminton Asia Junior Championships 2024. (Foto: Marca.com)
Pebulutangkis China mendadak kolaps di Badminton Asia Junior Championships 2024. (Foto: Marca.com)

Kolaps di Lapangan

Setelah Zhi Jie kolaps di lapangan, tim medis baru masuk ke lapangan setelah ada perintah dari referee (pengatur pertandingan).

Dari berbagai media Indonesia diberitakan bahwa hanya dibutuhkan waktu 1 menit 20 detik bagi dokter yang memeriksa di tempat untuk memutuskan kalau Zhi Jie harus segera dibawa ke rumah sakit. 

Media asal Singapura, Channel News Asia (CNA) menyoroti tim medis yang terlihat ragu-ragu dalam menangani Zhi Jie di tempat kejadian.

Sedangkan juru bicara panitia pelaksana Broto Happy menjelaskan alasan keragu-raguan itu karena tim medis menunggu wasit untuk terlebih dahulu mengizinkan mereka untuk masuk ke lapangan.

Atas kejadian ini, ada banyak netizen dan juga penonton yang menyoroti kekakuan peraturan Federasi Bulu Tangkis Dunia Badminton World Federation (BWF) terkait pertolongan medis di lapangan yang baru dapat dilakukan setelah ada izin dari referee.

Hal ini karena dari tayangan ulang video kolapsnya Zhi Jie, terlihat pelatih China segera masuk ke lapangan setelah anak muda itu kejang-kejang. Namun umpire (wasit) malah menyuruh pelatih tersebut untuk keluar lapangan.

Selanjutnya wasit mengangkat tangan kanan tanda pertandingan dihentikan dan juga memanggil tim medis, sementara penonton sudah ada yang berteriak-teriak memanggil medis.

Penonton juga menilai tim medis lamban melakukan penanganan. Hampir setengah menit setelah Zhi Jie tergeletak, seorang petugas berbaju putih hijau mendekat namun tidak melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau CPR (Cardiopulmonary Resuscitation). 

Barulah 10 detik kemudian tim medis memasuki lapangan diikuti oleh dua orang lainnya. Salah satu dari mereka memberikan bantuan pernapasan berupa tabung oksigen sembari melambai-lambaikan tangan meminta bantuan orang lain untuk segera masuk ke lapangan. 

Jadi selama di lapangan terlihat Zhi jie tidak mendapatkan bantuan CPR sampai kemudian ditandu keluar untuk dibawa ke rumah sakit.

Bagaimana selama dalam perjalanan? Apakah memang ia telah mendapat tindakan pertolongan pertama yang tepat dan efektif? Apa yang dapat dilakukan kepada seseorang yang terkena henti jantung mendadak? Dapatkah hal ini dicegah? 

Sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu apa itu henti jantung mendadak. 

Henti jantung mendadak pada seorang atlit yang tengah bermain. (Foto: Keystone Cardiovascular Center)
Henti jantung mendadak pada seorang atlit yang tengah bermain. (Foto: Keystone Cardiovascular Center)

Henti Jantung Mendadak

Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) adalah kondisi darurat di mana organ jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba.

Ketika detak jantung berhenti, maka aliran darah ke otak dan organ vital lainnya pun terhenti, dan ketika denyut nadi tidak ada maka korban berhenti bernapas dan tidak sadarkan diri.

Berbeda dengan serangan jantung (heart attack), henti jantung mendadak disebabkan oleh gangguan impuls listrik yang mengganggu kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. 

Tidak ada sumbatan pada jantung seperti pada kejadian serangan jantung. Namun serangan jantung dapat mengubah aktivitas listrik jantung yang kemudian mengakibatkan henti jantung mendadak.

Walaupun jarang terjadi, namun henti jantung mendadak adalah penyebab utama kematian pada atlet-atlet muda. Gejalanya sangat khas yaitu korban tiba-tiba kolaps, tidak ada denyut nadi, tidak ada napas, dan kehilangan kesadaran.

Terkadang korban merasakan gejala seperti nyeri dada, sesak napas, mendadak lemas, denyut nadi yang cepat dan tidak teratur (palpitasi), sesaat sebelum terjadi henti jantung. Namun gejala-gejala ini memang tidak dirasakan bertahap, oleh karenanya disebut henti jantung mendadak.

Laju dan irama jantung kita dikontrol oleh signal listrik. Signal listrik yang tidak normal atau pun berlebihan akan mengakibatkan detak jantung yang terlalu cepat, terlalu lambat, ataupun tidak beraturan. Perubahan dari irama jantung yang normal ini disebut dengan aritmia. 

Beberapa jenis aritmia dapat terjadi secara singkat dan tidak berbahaya. Jenis aritmia lainnya dapat mengakibat henti jantung mendadak.

Apa Penyebab Henti Jantung Mendadak?

Kejadian henti jantung mendadak tidaklah terjadi begitu saja. Kita pasti pernah mendengar cerita atau membaca berita tentang orang yang mendadak meninggal atau pingsan ketika berolahraga atau melakukan aktivitas tertentu.

Orang yang mengalami henti jantung mendadak sering kali tampak seakan-akan sehat dan tidak mempunyai masalah kesehatan dalam sehari-harinya. Namun sebenarnya tidaklah demikian.

Penyebab paling umum dari henti jantung mendadak adalah adanya gangguan irama jantung yang disebut fibrilasi ventrikular. Beberapa kondisi fisik jantung juga membuat seseorang menjadi lebih rentan dengan gangguan irama jantung.

Kondisi jantung yang dapat berakibat lebih lanjut pada henti jantung mendadak antara lain:

- kardiomiopati hipertrofik (kondisi penebalan otot jantung secara genetik);

- aritmia jantung;

- infark miokard (serangan jantung akibat adanya penyumbatan sebelumnya);

- penyakit jantung koroner;

- gangguan atau kelainan katup jantung;

- dan lain-lain kelainan jantung bawaan.

Kelelahan, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit (khususnya kalium dan magnesium), obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan kondisi aritmia yang mengancam dan stress berkepanjangan dapat memperburuk kondisi jantung di atas.

Pada kasus infark miokard akut, serangan jantung terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh arteri jantung. Gejalanya adalah nyeri dada yang intens, sesak napas, keringat dingin, dan pingsan.

Serangan jantung juga dapat terjadi ketika ada plak atau lesi penyumbatan (aterosklerosis) lepas atau ruptur dan kemudian menyumbat arteri jantung. 

Resiko mengalami serangan jantung ini menjadi semakin tinggi pada individu yang merokok, gemar mengkonsumsi makanan tinggi lemak, mengkonsumsi alkohol berlebihan, dan bila sedang mengalami peradangan atau infeksi yang tidak terkontrol misalnya gigi yang rusak atau membusuk.

Banyak orang juga tidak menyadari bahwa olahraga yang berlebihan dapat membawa dampak kepada organ jantung. Individu tertentu dengan kelainan jantung bawaan yang tidak diketahui dapat mengalami aritmia akibat peningkatan adrenalin berlebihan saat olahraga yang keras dan intens.

Bila sudah pernah mengalami kejadian henti jantung mendadak, maka harus berhati-hati akan kemungkinan kejadian yang sama.

Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) (Foto:Cleveland Clinic)
Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) (Foto:Cleveland Clinic)

Penanganan Henti Jantung Mendadak

Ketika terjadi henti jantung mendadak maka dua hal utama yang dibutuhkan dan harus dilakukan yaitu:

1. Tindakan resusitasi jantung paru (RJP) atau CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) dan 

2. Bantuan alat defibrilator atau AED (Automated External Defibrillator).

Kombinasi CPR dan AED akan menyelamatkan hidup korban henti jantung mendadak. Namun hal ini harus dilakukan segera. 

Peluang hidup dapat mencapai 90 persen bila tindakan dilakukan dalam menit-menit awal setelah terjadi henti jantung mendadak. Dan peluang hidup menurun 10 persen setiap penundaan satu menit.

Henti jantung mendadak menjadi fatal bila terjadi lebih dari 8 menit tanpa CPR. Kerusakan otak terjadi setelah 5 menit.

Lakukan CPR setelah memeriksa napas pasien. CPR dapat diberikan bila korban kolaps, berhenti bernapas, tidak ada denyut nadi, dan tidak memberikan respons.

Cek nadi pada leher korban dan perhatikan ada tidaknya napas selama 10 detik. Bila tidak ada nadi langsung lakukan CPR. Disarankan untuk tetap melakukan CPR walau Anda hanya mengerti versi menekan dengan tangan saja. Jangan ragu akan hal ini.

CPR membantu mempertahankan aliran darah yang membawa oksigen ke otak dan jantung. Diketahui otak akan mengalami kerusakan permanen dan serius setelah 5-10 menit tanpa napas. 

CPR tanpa jeda adalah prosedur yang paling memberikan peluang terbaik bagi korban untuk dapat pulih. Bila kompresi dihentikan maka tekanan darah pun turun dan tubuh perlu waktu untuk kembali meningkatkannya pada kompresi berikutnya dan periode tanpa aliran darah ini berperan besar dalam kematian segera.

Langkah-langkah CPR (Foto:MedicalNewsToday)
Langkah-langkah CPR (Foto:MedicalNewsToday)
Tindakan CPR dilakukan dengan melakukan kompresi kuat dan cepat pada area tengah dada korban (di atas tulang dada) sedalam 2 inci menggunakan tangan dengan kecepatan 100-120 tekanan per menit. Lalu setelah 30 kali kompresi (tekanan), berikan dua napas bantuan. Pastikan dada kembali ke permukaan di antara setiap tekanan.

Tindakan CPR ini (siklus 30 kompresi dan 2 napas) harus terus dilakukan sampai ada bantuan alat AED dan tindakan medis lainnya.

Alat defibrilator atau AED (Automated External Defibrillator) di bandara Toronto Pearson (Foto:airportreview.com)
Alat defibrilator atau AED (Automated External Defibrillator) di bandara Toronto Pearson (Foto:airportreview.com)
Bila di lokasi kejadian ada AED, maka gunakan alat kejut listrik ini. AED membantu mengembalikan irama jantung normal seseorang. Syok dari alat ini akan menghentikan arus listrik pada jantung yang tidak normal dan mengembalikan signal kembali ke normal sehingga jantung dapat kembali berdenyut. Biasanya dibutuhkan lebih dari satu kejutan untuk mengembalikan denyut jantung.

Bila tindakan dengan AED tidak memberikan respons, maka CPR harus dilanjutkan sampai korban dibawa ke RS.

Tindakan CPR ini termasuk dalam Basic Life Support (BSL) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD). BHD adalah pengetahuan yang sudah diajarkan sejak usia sekolah menengah pertama di banyak negara-negara maju.

Hal ini adalah pengetahuan umum bagi masyarakat, termasuk anak-anak karena kemungkinan mereka akan menghadapi keadaan darurat medis dalam hidupnya sehingga mereka dapat melakukan tindakan yang aman dan juga cepat. 

Kemampuan melakukan BHD salah satunya resusitasi jantung paru penting untuk mengembalikan sistem pernapasan dan sirkulasi seseorang. 

Peralatan AED (Automated External Defibrillator) juga harus disediakan di tempat-tempat umum seperti di sekolah, perguruan tinggi, pusat perbelanjaan, hotel, tempat wisata, bandara, stasiun, dan tempat olahraga.

Setiap detik berharga

Ketika jantung berhenti mendadak, maka setiap detik sangatlah berharga. Kesempatan terbaik untuk tetap bertahan hidup adalah dengan memberikan tindakan CPR dan kejut listrik dari defibrilator dalam waktu 3-5 menit setelah kejadian henti jantung terjadi. 90-95 persen kematian terjadi karena penanganan yang cepat dan efektif tidak dilakukan. 

Penelitian menunjukkan tindakan CPR yang diberikan segera setelah seseorang mengalami henti jantung akan meningkatkan peluang hidupnya dua hingga tiga kali lipat. Setiap menit penundaan pemberian CPR akan mengurangi peluang hidup 7-10 persen.

Fabrice Muamba, pemain sepak bola Bolton Wanderers, pernah kolaps di lapangan akibat henti jantung pada tahun 2012. Saat itu ia masih berusia 23 tahun. Ia segera mendapatkan CPR dan bantuan alat defibrilator sehingga nyawanya terselamatkan. Jantungnya sempat berhenti berdetak selama total 78 menit. 

Selama waktu ini tim medis berjuang menyelamatkan hidupnya dan dua kali mendiskusikan bahwa ia telah mati. Muamba mendapatkan total 15 kali kejut listrik, mulai dari lapangan hingga di dalam ambulans.

Sepuluh tahun setelah kejadian Fabrice Muamba, CPR dan penggunaan defibrilator menjadi bagian dari kurikulum nasional sekolah di UK (Inggris). Jumlah ketersediaan alat defibrilator untuk umum juga meningkat pesat di sana.

Pada 2021, pemain tengah sepak bola Denmark Christian Eriksen jatuh di tengah pertandingan melawan Finlandia di Kopenhagen. Eriksen berulang kali dipastikan telah meninggal di lapangan. Namun respons proaktif dari teman-teman timnya, petugas pertandingan, dan tim medis yang memberikan tindakan resusitasi menyelamatkan hidupnya.

Setelah pasien henti jantung tiba di rumah sakit, maka tindakan lanjutan seperti pemberian obat atau alat implan dan lain-lain dapat dipertimbangkan.

Pencegahan Henti Jantung Mendadak

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita semua tahu. Namun bagaimana?

Terdengar klise. Namun pola hidup yang sehat memang membantu di dalam mencegah terjadinya gangguan pada jantung. Makan yang sehat, lakukan pemeriksaan medis berkala, tidak merokok, dan kontrol gula darah, kolesterol, dan juga tekanan darah.

Tes genetik sudah ada untuk mengetahui seseorang dengan Long QT Syndrome (LQTS) yang merupakan penyebab umum dari henti jantung mendadak. Bila diketahui adanya kelainan ini maka penggunaan defibrilator implan dapat dipertimbangkan sejak awal. Orang-orang muda dengan kelainan ini memiliki resiko kejadian henti jantung mendadak.

Dari pemeriksaan kesehatan, beberapa pasien membutuhkan obat-obat tertentu untuk mengendalikan aritmia ataupun diperlukan tindakan untuk mengatasi sumbatan pada jantung yang dikenal dengan bypass arteri jantung atau angioplasti.

Bagi yang gemar berolahraga, khususnya atlet maka sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Bila Anda mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit jantung maka hal ini harus menjadi perhatian sejak dini, termasuk dalam keputusan untuk memilih olahraga tertentu.

Atlet seharusnya pernah melakukan skrining kondisi jantung. Mereka juga harus memahami kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak.

Sebelum berolahraga dan bertanding, pastikan Anda cukup istirahat, cukup makan, dan cukup terhidrasi.

Kiranya dari kejadian ini kita semua dapat memperbaiki apa yang masih belum optimal dilakukan. Pemerintah juga perlu serius untuk mempertimbangkan agar pengetahuan dan pelatihan BSD dapat diberikan sejak anak-anak dalam usia pendidikan sekolah dan juga di kantor-kantor.

Institusi-institusi yang terkait juga harus mengevaluasi apakah fasilitas bangunannya sudah dilengkapi dengan AED yang sangat penting di dalam penanganan kasus henti jantung mendadak. 

Penulis turut mengucapkan bela sungkawa mendalam atas berpulangnya Zhang Zhi Jie. Dunia bulu tangkis kehilangan sosok yang sangat bertalenta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun