Perlu diperhatikan masyarakat bahwa semua peralatan yang digunakan untuk penanganan hewan juga harus didekontaminasi.Â
Spora antraks dapat mati pada suhu 140 derajat Celcius selama 4 jam, atau dalam H2O2 selama 60 menit, atau menggunakan formalin 10% selama 4 jam. Namun perlu diketahui spora bakteri antraks juga dapat bertahan pada berbagai jenis desinfektan biasa dan selama proses pengolahan kulit hewan. (Sumber:Medion.co.id)
Ternak yang mendadak mati harus segera dikubur di tanah yang dalam. Di luar negeri, bila memungkinkan akan dibakar (dikremasi). Namun pembakaran tidak boleh dilakukan dalam ruangan terbuka. Oleh sebab itu di Indonesia yang paling cocok adalah dengan menguburkannya. Tidak perlu dilakukan autopsi terhadap hewan-hewan yang telah mati ini.Â
Ternak yang belum terpapar disuntik antibiotik. Di Gunung Kidul, sebanyak 77 sapi dan 289 kambing kemudian diberikan suntikan antibiotik.Â
Penulis juga menyarankan agar orang-orang yang berinteraksi dengan hewan yang dicurigai terpapar antraks juga harus diberikan antibiotik profilaksis.
Vaksinasi antraks juga dilakukan pada daerah tersebut dan juga daerah tetangganya.Â
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga telah meminta Pemda di wilayahnya untuk memperketat pos pengawasan lalu lintas perdagangan hewan ternak guna mencegah tersebarnya penyakit yang mematikan ini lebih luas lagi.Â
Akhir kata, antraks ini hanya dapat dicegah dan dikendalikan dengan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat, termasuk para petugas di daerah yang memantau dan merespons dengan cepat kasus-kasus penyakit zoonosis. Vaksinasi perlu dilakukan secara rutin pada daerah-daerah endemik antraks.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H