Kejadian Luar Biasa (KLB) antraks di Jawa Tengah terjadi pada tahun 1990, di mana 48 orang terkena antraks, namun tidak ditemukan kematian.Â
Pada tahun 2000 peternakan burung unta di Kabupaten Purwakarta diserang antraks dan menyerang 32 orang. Pada 2001, terdapat 22 orang terpapar antraks dan dua orang meninggal.Â
Pada 2007, KLB terjadi di Kabupaten Sumba Barat dengan kasus 13 orang dan lima orang meninggal. Sejak tahun 2011 hingga 2018, antraks ditemukan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, dan NTB. Pada 2020-2022 wabah masih dilaporkan di DIY, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan.Â
Kabupaten Gunung Kidul sendiri bisa dikatakan sudah menjadi kawasan endemis antraks. Sudah lima kali terjadi wabah antraks di wilayah itu yakni Mei 2019, Desember 2019, Januari 2020, Januari 2022, dan terbaru Mei hingga Juni 2023. Antraks tidak dapat dimusnahkan, namun dapat dikendalikan.
Antraks dan sporanya
Antraks adalah penyakit karena bakteri Bacillus anthracis yang dapat menginfeksi baik hewan, terutama herbivora maupun manusia. Antraks dapat menginfeksi sapi, kambing, domba, kuda, kelinci, rusa, babi, hingga burung unta. Hewan yang terkena infeksi ini akan mengalami demam tinggi, kejang, sulit bernafas, rebah, dan kemudian mati. Â
Antraks adalah penyakit zoonosis, artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.Â
Bakteri Bacillus anthracis ketika di luar tubuh dan kontak dengan udara akan membentuk spora. Spora ini dapat menyebar melalui air hujan.Â
Ternak dapat terpapar oleh bakteri ini ketika memakan rumput, pakan atau meminum air yang terkontaminasi spora bakteri, atau bila spora mengenai luka pada tubuh binatang.Â
Ternak yang lain kemudian tertular lebih lanjut dari cairan (eksudat) yang keluar dari tubuh ternak yang sebelumnya telah terinfeksi. Cairan eksudat ternak yang sudah sakit inilah yang juga mencemari tanah sekeliling dan menjadi sumber wabah.Â
Spora antraks dapat terbang dan bertahan cukup lama di tanah, bahkan hingga puluhan tahun.Â