Mohon tunggu...
Shira Kirana Dewi
Shira Kirana Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/Mahasiswa

SV-IPB KMN58

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peran Media Sosial Dalam Aktivitas Penjualan Saat Pandemi

12 Juli 2021   13:45 Diperbarui: 26 Juli 2021   20:32 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pandemi Covid-19 di indonesia belum juga berakhir, oleh sebab itu pemerintah menetapkan kebijakan yang bertujuan untuk memutus rantai penularan Covid-19 dengan menerapkan sosial ditancing dimana seluruh kegiatan atau aktivitas dilakukan didalam rumah. 

Adanya aturan untuk tetap beraktifitas dirumah, yang mengharuskan work from home dan school from home, membuat masyakarat lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dan menyebabkan akses penggunaan internet meningkat termasuk media sosial

Hal itu membuat beberapa pekerja terpaksa harus mencari jalan lain untuk tetap memenuhi kebutuhan hidupnya seperti memanfaatkan adanya internet yang membuat kesempatan bagi para pengusaha kecil dan menengah tetap bertahan dengan meningkatan penjualan melalui media sosial. Dengan hadirnya internet dan sosial media, pemasaran dan promosi barang menjadi lebih luas terutama bagi pebisnis atau pelaku usaha yang baru mengembangkan bisnisnya. 

Media sosial menyediakan fitur baru untuk promosi

Media sosial saat ini sangat mudah diakses dimanapun dan oleh siapapun terlebih saat pandemi seperti sekarang ini dimana kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah dan lebih banyak mengakses internet yang tentunya banyak kesempatan besar untuk mendapatkan konsumen melalui jejaring sosial. 

Berdasarkan situs Hootsuite, tahun 2020 di Indonesia ada 160 juta pengguna aktif media sosia dan platforms media sosial yang paling aktif di Indonesia yaitu Youtube 88%, Whatsapp 84%, Facebook 82%, dan Instagram 79%. Dari data tersebut, kita bisa melihat bahwa sekarang ini tingkat pengguna internet dan media sosial meningkat.Tidak bisa dipungkiri lagi, hal itu bisa meningkatkan branding dan penjualan online meningkat.

Sekarang ini media sosial telah menyediakan fitur “Sosial Commerce” yang dimanfaatkan untuk promosi, menjual dan membeli dari media sosial. Fitur ini tentunya banyak dijadikan sarana digital oleh pelaku bisnis di media sosial mereka. Tetapi di Indonesia layanan belanja di media sosial masih membutuhkan platform ketiga untuk melakukan transaksi pembayaran. Biasanya pembayaran dilakukan disitus resmi toko atau bisa juga bertransaksi langsung dengan si penjual menggunakan debit.

Facebook, twitter, instagram, hingga tiktokpun membuka lapak mereka untuk menjadi media penjualan sehingga tidak sulit bagi masyarakat untuk mengaksesnya. Facebook telah menabahkan fitur Shops atau belanja selama satu tahun ini dan Instagram juga meluncurkan tab belanja ke halaman mereka. Berbagai macam media sosial lainnya seperti Whatsapp, Snapchat, dan Line juga membuat fitur iklan dan belanja dalam satu tahun terakhir ini yang semakin membaurkan sosial commerce.

Keuntungan menggunakan media sosial sebagai akses penjualan

Dimasa pandemi yang belum berakhir ini, tentunya banyak keuntungan yang diraih dalam penjualan online. Karena jika masih berjualan normal dan berinteraksi secara langsung dengan pembeli, akan meningkatkan resikonya terpapar virus dan juga jumlah konsumen pun terbatas. Dengan adanya media sosial sebagai sarana untuk berbelanja online, konsumen hanya perlu menjelajah keinginan mereka melalui daring hingga menemukan barang yang dicari. Menemukan barang menjadi lebih mudah serta cepat dan tentunya tidak berinteraksi dengan konsumen lainnya. Bukan hanya soal mencari dan memilih barang, tapi kita juga bisa menggunakan sistem pembayaran online. Jadi, berbelanja menjadi lebih aman dan praktis. 

Kendala Penjualan Dimedia Sosial Saat Pandemi

Di zaman yang sudah modern seperti saat ini, belanja online sudah sangat mudah diakses, tetapi masih banyak kendala dalam berbelanja dimedia sosia. Masih banyak masyarakat yang ragu karena produk yang akan dibeli tidak dapat dilihat dan dicoba secara langsung. 

Kualitas tidak bisa hanya dilihat dari foto dan review dari pembeli lain juga penyebab masyarakat kurang yakin untuk berbelanja online. Terlebih, jika berbelanja melalui media sosial harus membayar jasa pengiriman atau biasa disebut dengan ongkir.

Meskipun jaman sudah berkembang, tetapi masih banyak masyarakat yang masih ragu berbelanja melalui internet atau media sosial. Seperti pada saat bulan ramadan taun 2020 lalu yang pada saat itu angka kasus covid sedang tinggi tetapi banyak masyarakat yang memilih berbelanja langsung di pasar atau pun mall dan tidak mematuhi protokol kesehatan. 

Hal itu menunjukan bahwa masyarakat Indonesia menyepelekan Covid-19 dan menganggap hal seperti itu tidak perlu dikhawatirkan lagi. Padahal jika hanya kepentingan membeli baju baru, masyarakat bisa berbelanja melalui jejaring sosial.

Dimasa pandemi ini media sosial sangat membantu para pedagang dan pengusaha dalam mempromosikan serta menjual produknya. Sebagai konsumen, masyarakat dihimbau lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial untuk sarana belanja dan mengembangkan usaha.

Penulis: Shira Kirana Dewi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun