Jerawat merupakan peradangan yang ditandai dengan adanya komedo, benjolan kecil atau besar, nodul, kista pada bagian kulit wajah, leher,bagian atas dada, dan punggung. Permasalahan ini hampir semua orang pernah mengalami dan umum terjadi pada masa pubertas hingga dewasa. Bakteri penyebab jerawat diantaranya adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Sehingga kita membutuhkan zat anti bakteri untuk melawan nya.
Pernahkah mendengar mengenai Mugwort dan Pegagan sebagai obat jerawat? Mugwort (Artemisia vulgaris L.) merupakan tumbuhan kaya akan kandungan minyak essensial dan lakton seskuiterpenoid serta merupakan sumber flavonoid yang baik (Ekiert, dkk., 2020).Â
Tumbuhan ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional dan juga obat untuk merawat kulit wajah.Â
Pada penelitian Giovanni (2016) menyebutkan bahwa ekstrak Artemisia vulgaris L. memiliki efek dalam menghambat terjadinya inflamasi. Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan tanaman obat yang banyak dikenal masyarakat karena dapat bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, menjaga fungsi otak, meredakan nyeri sendi, dan mengatasi sulit tidur.Â
Pegagan mengandung asiatikosida, asam asetat, dan asam madekasat yang mampu memacu penyembuhan luka, sehingga digunakan sebagai sumber bahan aktif pada perawatan kulit yang kusam, berkerut, atau menunjukkan tanda penuaan (Primastuti, 2013).
Kedua tanaman tersebut saat ini sangat ramai dibincangkan. Selain karena manfaatnya bagi kesehatan, dua tanaman ini ampuh dalam melembabkan kulit, anti penuaan, menghambat dan mengurangi pertumbuhan jerawat pada wajah.Â
Nyatanya, sudah banyak sekali produk kecantikan terutama dari Korea hingga Indonesia yang banyak menggunakan Mugwort dan Pegagan dalam komposisi produknya seperti toner, masker, hingga serum wajah.
Dalam kesempatan pada saat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang telah dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, tim kami telah melakukan penelitian terkait efektivitas gel ekstrak daun Mugwort dan daun Pegagan terhadap aktivitas bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acnes) dengan menggunakan formulasi konsentrasi beberapa variabel yang berbeda.Â
Kami menggunakan sediaan gel karena lebih efektif, mudah diterima dan diserap oleh kulit. Hasilnya yaitu Mugwort dan Pegagan menunjukan adanya daya hambat dari aktivitas pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.Â
Namun karena PPKM, kami hanya dapat menggunakan alat sederhana yang memiliki konsep kerja yang sama dengan alat laboratorium sehingga hal ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Referensi :
Ekiert, H., Pajor, J., Klin, P., Rzepiela, A., Åšlesak, H., dan Szopa, A. 2020. Significance of Artemisia vulgaris L. (Common Mugwort) in the History of Medicine and Its Possible Contemporary Applications Substantiated by Phytochemical and Pharmacological Studies. Molecules. 25 (19):4415.Â
Giovanni, M. 2016. Uji Aktivitas Antiinflamasi Infusa Herba Baru Cina (Artemisia vulgaris L.) pada Menci Betina Galur Swiss Terinduksi Karagenin Menggunakan Plethysmometer. Skripsi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.Â
Primastuti, R. F. 2013. Antioxidant and Cytotoxic Activities of Centella asiatica L. Leaves and Extract of Green Coffee Beans in a Cream Preparation for Grade 1- 3 Cellulite and Slimming. Makara Journal Sains. 17:1-5.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H