Mohon tunggu...
Shintia Permata
Shintia Permata Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hai, I'm Shintia. WELCOME to my write ^^

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Bayi Minum Air ketuban

24 Maret 2015   06:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:10 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti yang kita ketahui, air ketuban atau yang disebut cairan  amnion merupakan cairan yang memenuhi rahim saat seorang ibu mengandung, Sebagaimana fungsinya :

1. Sebagai peyangga panas dan dingin
2. Menghindari trauma langsung terhadap janin
3. Memberikan kesempatan berkembang janin dengan bebas kesegala arah
4. Membersihkan jalan lahir
5. Sebagai pelicin saat melahirkan

Air  ketuban atau cairan amnion yang lebih sedikit dari 500 cc akan berdampak pada kehamilan, membuat janin tidak bebas dalam bergerak. Bahkan tidak mustahil jika kurangnya air ketuban dalam rahim sang ibu juga akan menyebabkan cacat pada bayi karena tubuh janin terjepit oleh benang atau serat amnion yang telah terbentuk.
Begitupun jika cairan ketuban berlebih juga akan berdampak buruk. Dengan ciri-ciri biasanya seorang ibu merasakan kandungannya cepat sekali membesar dan pembesaran perut yang berlebihan akan membuat dinding perut menipis. Bukan hanya itu saja, cairan ketuban berlebihan yang biasanya disebut polyhydramnion juga bisa mengakibatkan :

1. kelahiran prematur
2. permasalahan dengan tali pusat bayi
3. Pendarahan hebat pada sang ibu setelah melahirkan
4. Perkembangan bayi yang lamban
5. Hingga berdampak pada kematian bayi

Oleh karena itu, hal-hal seperti ini sangat penting untuk diperhatikan oleh pasangan suami istri yang masih awam atau oleh seorang ibu yang sedang mengandung agar mengatur air ketuban atau cairan amnion yang ada didalam rahim seimbang.

Pada dasarnya janin mulai minum dan buang air dalam air  kertuban pada usia kandungan 12 minggu. Tidak semua air ketuban yang dimiliki oleh ibu mengandung dalam keadaan jernih, terkadang air  ketuban berubah menjadi keruh karena ada beberapa faktor, yaitu :

1. Stres pada janin
2.  Proses kelahiran yang sulit
3. Hamil yang melebihi batas waktu
4. Komplikasi pada tali pusar
Perkembangan intrauterine pada bayi yang tidak baik
5. Ibu sering merokok, menderita penyakit diabetes, jantung atau tekanan darah tinggi

Hal-hal diatas membuat air ketuban berubah menjadi keruh dan menyebabkan bayi tersedak saat meminum air ketuban terebut. Bayi yang meminum air ketuban keruh mempunyai riwayat tersedak, batuk, kemudian sesak nafasnya semakin lama semakin berat. Karena hal itu, kita harus sensitif terhadap bayi yang baru lahir yang mempunyai riwayat tersedak air ketuban, agar segera menyedot lendir dari mulut, hidung dan tenggorokannya. Jika seorang bayi banyak terminum air ketuban keruh atau berwarna hijau maka bayi tersebut harus disedot dari paru-paru atau paru-paru bayi tersebut dicuci dengan alat bronchowash, karena jika tidak hal ini akan menghambat pernapasan bayi yang menimbulkan sesak nafas dan berdampak pada kematian.

Pasangan suami istri yang awam pada umumnya, akan beranggapan bahwasanya masalah kesimbangan air ketuban bukanlah suatu masalah yang serius, karena itu banyak diantara pasangan suami istri yang tidak memperdulikan keseimbangan air ketuban yang ada didalam rahim sang istri. Padahal banyak sekali contoh yang bisa kita lihat di lingkungna sekitar, contohnya saja bayi yang lahir dengan riwayat minum air ketuban keruh langsung memberikan dampak pada tubuhnya seperti, batuk, tersedak, nafas berat dan tak jarang juga ditemui bayi dengan kulit berwarna biru disebabkan air ketuban keruh. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan bayi yang akan lahir, para calon ibu sangat penting memperhatikan hal-hal yang mencegah timbulnya air ketuban menjadi keruh serta juga menjaga keseimbangan air ketuban.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun