Jujur, selama beberapa tahun bersama, sebenarnya ada perasaan aneh yang bergejolak dalam diriku. Entah cinta atau bukan, aku tidak begitu tau.
Bukannya aku tidak peduli denganmu. Aku sangat berterima kasih karena kamu telah menjadi teman yang sangat baik. Kamu selalu ada saat aku butuh. Saat aku kelaparan karena belum sarapan plus makan siang, kamu selalu ada di sana dengan sebungkus nasi padang kesukaanku. Waktu aku sakit, kamu pasti ada di sana menjengukku di rumah sakit. Sempat beberapa kali aku terbangun mendapatimu yang sedang terbaring di sofa. Rona kelelahan jelas tergambar di wajahmu yang manis.
Maaf kalau selama ini kamu menganggapku hanya memberimu harapan palsu, sungguh, aku bukanlah orang seperti itu. Karena kamu sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri, saudara yang sangat baik, makanya aku tidak bisa mengalihkan perasaanku sebagai cinta antara laki-laki dan perempuan. Kamu seperti kakak bagiku, selalu menjagaku, menemaniku, mengurusiku. Kamu juga seperti adik bagiku, selalu memberiku kejutan manis saat aku ulang tahun. Lucu ya. Padahal jujur, aku selalu lupa kalau aku ulang tahun. Tapi kamu selalu ingat. Arin, aku harap kamu bisa mengerti.
Dan, mungkin tidak seharusnya kamu membenci Renata. Dia wanita yang sangat baik, seperti kamu. Awal pertemuan kami bisa dikatakan sangat singkat. Tapi semenjak bertemu dengan Renata, semua jadi berbeda. Bumi seakan berhenti berputar ketika aku melihat dia berjalan di depanku. Aneh kan? Aku lalu menyadari kalau perasaan yang aku rasakan padanya adalah cinta, perasaan sayang, perasaan saling membutuhkan. Aku membutuhkannya karena aku mencintai dan menyayanginya. Dan Renata ternyata juga merasakan hal yang sama. Bukankah ini lucu? Dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan. Kenapa kamu tidak tersenyum dan ikut berbahagia bersama kami?
Kalau kamu ingin marah, marahlah denganku yang nyata-nyata lebih menyukai Renata daripada kamu. Jangan kamu luapkan perasaan kesalmu pada Renata, dia tidak tau apa-apa. Ikhlaskan aku untuk Renata.
Mengajakmu makan siang bersama kami memang caraku untuk membuatmu tidak menyukaiku lagi. Agak kejam memang. Dan walaupun Renata tidak bisa memasak tapi dia dengan tulus bersedia membuatkanku makan siang. Kamu coba sandwich buatannya juga kan? Ya walaupun cara pembuatannya hanya ditumpuk-tumpuk saja, tapi aku pikir itu sangat manis. Semua yang Renata lakukan terlihat sangat manis di mataku.
Dan cincin di jari manis tangan kanannya memang aku yang menyematkan di sana. Cincin dengan ukiran inisial nama kami berdua. Unik kan? R&D untuk Renata dan Dani. Sekilas seperti menyebutkan satu mata kuliah di jurusanmu kan? Research & Development, hehe...
Ini memang terdengar pahit tapi cinta itu tidak bisa dipaksakan. Aku tidak bisa mencintaimu walaupun kamu sangat mencintaiku. Aku memang mencintaimu tapi sebatas teman baik saja, tidak lebih. Aku yakin suatu hari nanti, kamu akan menemukan seseorang yang memang lebih pantas untuk kamu cintai dan lebih baik daripada aku. Maafkan jika aku sudah menyakiti perasaanmu. Maafkan jika aku sepertinya sudah memberimu harapan kosong. Bukan ending seperti ini yang aku harapkan.
Semoga kita akan bisa terus menjadi sahabat baik. Salam sayang, Dani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H