Desa Tegaron yang berada di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang merupakan sebuah desa yang memiliki banyak potensi di bidang pertanian dan wisata alam menjadi tujuan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diadakan oleh Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (FPB UKSW).
Kami dibagi dalam beberapa dusun dan kelompok kami ditempatkan di Dusun Gesing. Dusun Gesing merupakan dusun tertinggi di Desa Tegaron, lebih tepatnya di lereng Gunung Kendil. Kegiatan KKN berlangsung selama kurang lebih 30 hari.
Salah satu yang menjadi ciri  khas dari orang gunung adalah masyarakatnya yang ramah dan guyup rukun. Sebuah dusun yang kental dengan unsur budaya leluhur membuat kami mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman yang baru. Â
Disuguhi pemandangan yang indah dari ketinggian Gesing memberi kenyamanan tersendiri bagi kami. Dusun Gesing ini terkenal dengan pabrik gula aren asli karena sebagian besar mata pencaharian penduduk Dusun Gesing adalah pencari air nira atau biasa disebut "nderes". Pengambilan air nira dilakukan pagi dan sore hari. Proses pembuatan gula aren diproses secara tradisional yang dimasak dengan menggunakan tungku dan kayu bakar. Â
Selain itu, Dusun Gesing juga terkenal sebagai penghasil kopi. Kopi yang ditanam ada dua varietas yaitu kopi Robusta dan Arabika. Dusun Gesing juga mengembangkan produksi kopi bubuk untuk meningkatkan harga jual kopi tersebut dengan brand "Kendil Mukti", kopi bubuk dikemas dengan ukuran 100 gram dan 250 gram. Kemasan kopi bubuk 100 gram dihargai Rp10.000,-, sedangkan ukuran 250 gram dibandrol dengan harga Rp25.000,-.
Misalnya, sampah gelas air mineral dapat digunakan sebagai tempat tissue pot dan tas, sedangkan kantong plastik dapat dibuat menjadi berbagai macam bentuk bunga yang berwarna-warni.
Hal ini merupakan langkah untuk memanfaatkan sampah plastik sebagai kerajinan sekaligus langkah untuk mengurangi sampah plastik yang ada di dusun Gesing  warga sangat antusias mengikuti sosialisasi pemanfaatan barang bekas ini terutama ibu-ibu dan anak-anak.
Selain sosialisasi, tambahan bimbingan belajar kepada anak sekolah dari TK, SD dan SMP dilakukan setiap 3 kali dalam seminggu yakni hari Senin, Rabu dan Jumat. Selain bimbingan belajar, kami juga memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan sampah yaitu dengan menggunakan sampah plastik sebagai media menanam sayuran secara hidroponik.
Salah satu cara untuk menjaga agar gunung tetap asri, kami menanam pohon tahunan di sepanjang jalan menuju puncak Gunung Kendil. Ada tiga jenis pohon yang kami tanam yaitu pohon Afrika, pohon Sengon serta pohon Mahoni yang diharapkan bisa menahan air ketika hujan turun agar tidak terjadi longsor. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H