Mohon tunggu...
Shinta Dwi Saraswati
Shinta Dwi Saraswati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Follow My Blog diaryshinta.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepucuk Surat untuk Bapak

11 Januari 2017   18:58 Diperbarui: 11 Januari 2017   19:09 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka menyalamiku,mengucapkan duka cita dan mencoba memberikanku semangat lagi, tapi aku hanya diam. Entahlah, aku hanya ingin sendiri dan tak mau ada dalam keramaian itu. Yang aku ingin hanya menyendiri di suatu ruangan dan merenung.

“Bapak, maafkan anakmu yang tak sempat membahagiakanmu bahkan membuatmu bangga. Di saat –saat terakhir, Bapak selalu bilang ingin sekali melihatku di pelaminan, ingin sekali menjadi wali di pernikahanku nanti dan itu selalu terus menerus bapak minta tanpa aku sadari bahwa itu adalah permintaan terakhirmu pak”.

Bagaimana caranya aku mengganti semua rasa bersalahku ini ? , bagaimana caranya aku menyampaikan perasaan bahwa aku sangat sangat menyayangimu pak..ingin rasanya bertemu sekali lagi hanya untuk menyampaikan berjuta kata yang tak sempat terucap saat bapak masih ada, memang benar apa kata orang “ semuanya akan bermakna setelah tiada” .

Di tahun yang baru ini, Bapak telah berbahagia di alam yang baru. Sekarang hanya tinggal mama dan kami putri – putrimu yang akan selalu merindukanmu dan mendoakanmu pak, semoga bapak mendapatkan tempat terindah di SisiNya.

Terimakasih atas segala cinta kasihmu dan pengorbanan untuk anak-anakmu selama ini, mungkin aku terlalu menyepelekanmu. Kadang aku marah karena bapak tak bisa memenuhi keinginanku, sekarang di saat bapak telah tiada, aku baru menyadari begitu sulitnya hidup yang bapak lewati untuk bertahan menjalani hidup dan membiayai keluargamu.

Hari itu,di ponselmu aku melihat bapak masih sempat mentransfer rupiah demi rupiah untuk putri  bungsumu. Aku tahu dibalik sikap cuek bapak, bapak selalu memperhatikan kami bahkan saat itu bapak masih menelponku bertanya kabar dan mengatakan bahwa bapak khawatir padaku. Kita sempat berbincang cukup lama dan bapak tampak senang dan antusias ketika aku bercerita tentang rencanaku ke depan, aku bilang bahwa aku akan membuatkan tuxedo yang bagus di hari pernikahanku nanti dan meminta bapak mengukur bajunya di bandung. Ah,, aku masih ingat bapak tertawa senang dan mengucap “Alhamdulillah .. bapak senang dibuatkan baju”

Kini semuanya tinggal kenangan,, yang kami bisa lakukan sekarang hanyalah berdoa untukmu pak. Yakinlah doa kami tak akan pernah terputus untuk bapak, bapak yang tenang disana ya..

Kami semua sudah mengikhlaskan, dan akan terus berjuang untuk melanjutkan hidup, Aku harap suatu saat nanti, aku bisa membuatmu bangga dan bisa membuktikan bahwa kami kuat walaupun tanpa bapak di sisi kami saat ini.

Selamat jalan bapak, semoga kelak kami anak-anakmu akan menemukan sosok lelaki sepertimu yang tak lelah berjuang demi keluarga. tak ada yang bisa menggantikan sosokmu di hati kami, bapak tetap nomor satu bagi kami. Kami akan selalu merindukanmu …

Rest in peace our Best Father “ Daim Harry Priono” 16 December 1963 – 04 January 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun