Mohon tunggu...
Shintapermata Permata
Shintapermata Permata Mohon Tunggu... Seniman - pribadi

let it flow

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dahsyatnya Istighfar

6 Juni 2022   09:43 Diperbarui: 6 Juni 2022   09:47 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adapun hasil, biarlah Allah yang mengatur-Nya. Maka, ketika ada orangtua yang takut keturunannya lahir tanpa jaminan rezeki, kemudian mereka membunuhnya karena takut akan kelaparan adalah sikap yang dibenci oleh Allah. Sebuah ketakutan kurang relefan, mengingat rezeki telah diatur oleh Allah Ta'ala. Bahkan secara tegas Allah berfirman, "Bukan kamu yang menjamin rezeki mereka, melainkan Akulah (Allah) yang menjamin rezeki mereka, juga rezeki bagimu."

Penjelasan rezeki di atas memberikan gambaran kepada kita semua bahwa rezeki sudah ada yang mengaturnya. Tak perlu khawatir dengan yang namanya rezeki. Cicak yang kerjaannya hanya nempel didinding saja bisa makan, kenapa kita yang dibekali akal dan pikiran justru merasa takut tidak bisa memperoleh makanan? Meskipun rezeki tersebut sudah ditentukan oleh Allah Ta'ala, usaha untuk memperoleh rezeki hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dalam hal ini Allah Ta'ala berfirman:

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah [62]: 10).

Walaupun usaha merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam mencari rezeki, tetapi usaha ini bukanlah sebab yang memastikan datangnya rezeki. Usaha hanyalah faktor-faktor yang harus diusahakan agar rezeki di tangan Allah segera datang. Artinya, jika seseorang bekerja, belum tentu mendapatkan rezeki. Karena rezeki sepenunya hanya milik Allah dan hanya Allah lah yang berhak mengatur semuanya. 

Akan tetapi, usaha manusia tetap merupakan faktor terbesar yang menentukan datangnya rezeki. Karena itu, mengapa ada perbedaan antara rezeki dengan pemilikan rezeki. Setiap muslim wajib berusaha mencari rezeki dengan usaha yang bisa mengantarkannya pada hasil yang halal.

Meskipun kebenaran rezeki yang halal dan haram tersebut berasal dari Allah Ta'ala, tetapi status halal dan haram tersebut hanya manusialah yang menentukan. Suatu saat nanti manusia akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Ta'ala, karena cara memperolehi rezekinya. 

Apakah bertentangan dengan cara yang telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala atau tidak? Demikian halnya pertanggungjawaban atas pemanfaatan rezeki yang diberikan. 

Apakah untuk sesuatu yang disyariatkan atau tidak? Hal ini merupakan aktivitas manusia yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta'ala. Demikian penejelasan saya tentang rezeki. Semoga dapat menjadi manfaat bagi kita semua. Aamiin!

Apa itu Istighfar?

Dalam bahasa Arab, istighfar adalah tindakan meminta maaf atau memohon ampunan kepada Allah Ta'ala yang dilakukan oleh umat Islam. Hal ini merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di dalam ajaran Islam. Seorang muslim menyebutkan kalimat "astaghfirullah" beberapa kali, bukan ketika berdoa meminta ampunan dari Allah saja, tetapi ketika sedang berbicara dengan orang lain juga. 

Dalam Islam, makna istighfar tidak terletak pada pengucapannya, tetapi pada seberapa dalam seseorang yang beristighfar memaknai dan menghayati apa yang ia ucapkan, dalam pembahasan yang lebih jauh lagi, agar ia terus mengingat Allah di saat ia tergoda untuk melakukan perbuatan dosa dan apabila telah melakukan dosa, maka istighfar adalah titik baginya untuk berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun