Mohon tunggu...
Shinta Meiliani
Shinta Meiliani Mohon Tunggu... -

Mahasiswa MBA ITB

Selanjutnya

Tutup

Money

Melalui Investasi, Peluang Hidup Lebih Baik Menanti

8 Juli 2015   12:14 Diperbarui: 8 Juli 2015   12:14 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini investasi bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder, namun telah menjadi kebutuhan primer. Seperti halnya pangan, sandang, dan papan, investasi pun harus dipenuhi, memang bukan demi melangsungkan kehidupan saat ini, namun investasi dapat menjamin kehidupan di masa mendatang. Jika sebelumnya investasi hanya identik dengan menabung, baik itu menabung sendiri dirumah maupun menabung di bank (lembaga keuangan)/lembaga non keuangan lainnya, namun kini investasi menjadi sangat beragam.

Menabung dipilih masyarakat mengingat jenis investasi ini mudah untuk dicairkan, seolah-olah tetap memegang uang cash. Hal ini sesuai dengan “Motif Memegang Uang” menurut Keynes dalam teori Preferensi Likuidasi. Teori Preferensi Likuidasi menjelaskan bahwa motif masyarakat dalam memegang uang ada 3, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi. Pada intinya, dengan menabung masyarakat dapat memenuhi salah satu kebutuhan primernya, yaitu investasi, namun tetap dapat menggunakan uang yang dimiliki tepat pada saat yang dibutuhkan.

Kemajuan zaman menjadikan investasi semakin beragam. Investasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu investasi dalam bentuk aset riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga/sekuritas (marketable securities financial assets). Investasi dalam bentuk aset riil merupakan investasi dalam bentuk aktiva berwujud, seperti tanah, property, emas, dan lain sebagainya. Sementara investasi dalam bentuk surat berharga/sekuritas merupakan investasi dalam bentuk surat berharga yang pada hakikatnya berupa klaim atas aktiva riil yang dimiliki oleh perusahaan/lembaga tertentu, seperti saham, obligasi, derivatif, dan lain sebagainya. Kedua jenis investasi ini memberikan return dan risk kepada para investor.

Investasi dalam bentuk aset riil, misalnya property akan memberikan return berupa kenaikan harga property yang diinvestasikan. Return ini tergantung pada lokasi investasi dan demand property. Selama demand property terus meningkat, selama itu pula investasi pada sektor ini akan memberikan return optimal. Sedangkan risk pada sektor property dapat terjadi bila demand property menurun (pada suatu wilayah dan atau waktu), disamping risk terhadap bencana alam ataupun kebakaran.

Kepemilikan saham perusahaan/lembaga tertentu merupakan salah satu investasi dalam bentuk surat berharga/sekuritas. Return saham dapat diperoleh melalui transaksi jual beli saham, yaitu dengan mendapatkan keuntungan karena harga jual berada di atas harga beli yang transaksinya terjadi di pasar sekunder atau dikenal dengan istilah capital gain. Return saham juga dapat diperoleh para investor melalui pembagian deviden. Sementara risk saham terjadi bila saham perusahaan/lembaga mengalami penurunan nilai sehingga harga jual berada di bawah harga beli, baik itu karena perubahan kondisi makro ekonomi maupun mikro perusahaan.

Dalam menentukan jenis investasi apa yang akan diambil, sebaiknya para investor mengenali profil resiko diri terlebih dahulu. Jika profil resiko menunjukkan bahwa investor adalah tipe low risk, maka jangan memaksa untuk mengambil investasi dengan tipe high risk. Investasi digunakan untuk menjamin kehidupan masa mendatang, bukan untuk membuat para investor merasa cemas setiap saat karena fluktuasi investasi yang dipilih. Para investor harus bijak dalam berinvestasi.

Selain profil resiko, para investor sebaiknya melakukan diversifikasi sebagai upaya peminimalisiran resiko investasi, yaitu dengan cara melakukan penganekaragaman investasi. Tak hanya untuk meminimalisir resiko, dengan melakukan diversifikasi para investor juga dapat memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperoleh. “Jangan meletakkan telur dalam satu keranjang yang sama”, letakkanlah telur dalam keranjang yang berbeda-beda karena semakin beragam investasi, maka akan semakin variatif return dan risk yang ditawarkan sehingga arus kas para investor menjadi lebih stabil. *(sin)

 

Shinta Meiliani - Penulis adalah Mahasiswa MBA ITB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun