Mohon tunggu...
Shinta KomalaDewi
Shinta KomalaDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Berperan aktif dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santi

16 Oktober 2022   17:49 Diperbarui: 16 Oktober 2022   17:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Tadi pagi aku kesel sekali. Rasanya kekesalan ku ini yang terdahsyat sepanjang sejarah. Keseeeel....sekali. sumbernya, yah, siapa lagi kalau bukan si Santi. Pembantu baru yang kelakuannya membuat orang rumah takjub. Bayangkan saja, masa lukisan yang sudah setengah mati dibuat, dengan seenaknya dia menumpahkan noda didalamnya. Dia tidak tahu seberapa besarnya pengorbananku untuk membuat lukisan itu. aku rela untuk tidak tidur dalam beberapa hari hanya untuk mengerjakan lukisanku. Bahkan pujaan hati yang selalu ku tunggu kehadirannya, terpaksa kali ini aku cuekin. Eh...tahu-tahu hasil lukisan ku dikenakan noda dengan seenaknya. Bagaimana aku tidak kesal setengah mati. Dasar bego si Santi. Aku sudah sering kali mengingatkannya untuk tidak menyentuh apapun itu yang bersangkutan dengan ku. Santi, Santi kamu kira gampang apa membuat lukisan, seperti membuat sayur SOP? 

    Santi ini memang lain dari pada yang lain. Umurnya baru sekitar 17 tahunan, sedang genit-genitnya. Kerjanya sih, lumayan. Tapi, gitu deh ada aja kelakuan anehnya. Ditambah lagi, setiap bapak dan ibuku berangkat kerja, dia selalu menyetel musik kesukaannya dengan volume yang tinggi. Setiap kali kudengarkan selalu membuat kupingku merasa tuli. 

       Belum lagi ketika temanku datang. Dia mulai bertingkah dan cari perhatian. Ditambah lagi kalau yang datang teman cowokku. Rasanya ingin sekali aku membentak dia. Tapi, ibu slalu bilang, "sabar, nak," kata ibu berulang-ulang. Selain si Santi genit, dia juga super bego. Disuruh ini, malah ngerjain yang lain.

     Selama hampir lima bulan dia bekerja rumahku. Dan entah sudah berapa kali dia menunjukan sikap begonya itu. Tapi untuk yang dilakukannya tadi pagi bener-bener keterlaluan dan aku sudah tidak bisa menahan semua rasa kesalanku terhadapnya. Ku tumpahkan segala kekesalanku terhadapnya. Lu bentak-bentak dia, dan entah sudah berapa puluh nama binatang yang aku keluarkan untuknya. Tapi yang ku lihat dia hanya menundukkan kepala. Entah dia merasa bersalah atau malah ngedumel didalam hati. Aku tidak begitu perduli, yang penting rasa kesalanku sudah ku keluarkan.

    Sekitar pukul satu siang perutku merasa lapar. Aku segera keluar dari kamar dan langsung kedapur. Tapi, mengapa sepi? Memang hari ini keluarga sedang berlibur, dan tentu saja aku diajak oleh mereka. Namun, aku menolak dengan alasan ingin mengerjakan lukisanku. Lalu aku mencari keberadaan si Santi. Kemana dia, aku coba bertanya kepada satpam yang sering menjaga komplek disini. Dan benar saja, si Santi rupanya ngambek. 

     Kekesalanku yang semula mereda, kini bertambah. Knp tidak? Kalian bayangkan saja mana ada seorang pembantu yang ngambek ke majikannya. Siang ini dengan amat terpaksa aku harus memasak sendiri makanan untukku. Selesai makan aku merasa mengantuk. Baru saja aku mau masuk kamar, teringat bahwa sekarang aku sedang sendiri dirumah. Aku lantas duduk diruang tamu, kuambil majalah dari bawah meja, dan dibalik-balik halaman-nya. 

      Ting-tong. 

     Wah siapa yang siang-siang begini bertamu, pikirku. Ketika pintu kubuka, Nana, Gina, Ajeng dan Tina cengar-cengir di hadapanku. Tanpa dipersilahkan, mereka nyelonong masuk ke ruang tamu. 

    "Aduh..., Panas sekali, Tar. Minta minum, dong, yang pake es, ya?" Kata si Tina.  

     Ternyata kebiasaan tina masih belum hilang. Dengan sangat amat terpaksa akulah yang membuat minuman itu untuk mereka.

   "Kok tumben sepi?" Kata si Ajeng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun