Jika saya naik bus umum harus oper kendaraan sebanyak 3 kali dan jarak tempuh selama 8 jam. Namun jika memilih kereta, saya hanya naik satu kali tanpa ganti kendaraan umum jurusan lain, walaupun jarak tempuh juga sama, yaitu hampir 8 jam juga.Â
Walaupun kuliah dengan dana sponsor, status sebagai mahasiswa pun membuat harus pandai mengatur aliran dana transportasi untuk mampu mendekatkan cita dan cinta, sebagai ibu dan istri harus sering pulang juga untuk melepas kerinduan pada anak tercinta.Â
Pada tahun tersebut, suasana di dalam kereta, maupun di stasiun masih  hampir sama dengan masa ketika menjadi mahasiswa di Surabaya, jadi  lebih siap mental ketika menjadi penumpang kereta api kelas ekonomi.Â
Memori yang paling menyedihkan kala itu adalah ketika kereta api mengalami kerusakan di suatu daerah yang sama sekali tidak saya kenal.
Hari sudah menjelang malam, dan jika menunggu kereta api selesai diperbaiki, akan lebih malam lagi untuk sampai di Semarang, dan saya agak takut kalau turun di stasiun Poncol Semarang jika sudah terlalu malam, akhirnya harus turun dari kereta, mencari ojek dan lanjut naik bis umum, harus tetap sabar menjalani segala rintangan dan tantangan kehidupan heee.....Â
Selain itu ada memori harus turun dari kereta harus "anjlok" dari pintu gerbong, ternyata pintu keluar dari gerbong kereta jauh dari tangga ataupun jauh dari lantai sejajar pintu kereta di stasiun, apalagi pada waktu itu saya sedang mengandung anak kedua, hanya bisa berdoa dan pasrah dengan segala jalan Tuhan, berdoa untuk keselamatan dan kesehatan kami semua. Bersyukur anak kedua lahir sesuai tafsiran persalinan dengan sehat dan selamat saat proses mengerjakan tugas akhir.
Setiap perjuangan meraih cita dan cinta pasti akan selalu ada suka dan duka, selalu terkenang semua memorinya, jika ingin maju harus mau berubah, akhirnya PT KAI mulai mau berbenah.Â
Bapak Ignatius Jonan berhasil mengubah sistem perkeretaapian di Indonesia, mengubah wajah kusam kereta api di Indonesia mulai dari sistem pesanan tiket, suasana di stasiun, toilet di dalam kereta dan stasiun dan lain-lain, bahkan di dalam kereta api yang panas sudah berhasil didinginkan dengan pemasangan AC di setiap gerbongnya pada semua kelas, luar biasa hebat.Â
Setelah tahun 2011, ada banyak upaya pembenahan tersebut, saya pun juga sudah pernah menikmati memori kereta api yang manis sebagai penumpang kereta api tereformasi.Â
Pernah suatu kali "mencicipi" sebagai penumpang kelas eksekutif. Wow nyaman sekali, tetapi tetap tidak bisa terninabobokan dengan mudah, karena sedang menikmati perjalanan yang menyenangkan dalam fasilitas publik yang luar biasa ini.
Pada tahun 2022 ini, saya dapat sponsor kembali untuk melanjutkan studi di  Surakarta. Pilihan transportasi untuk mencapai Surakarta dapat ditempuh dengan menggunakan bus umum maupun dengan kereta.Â