Pertama kalinya saya mendengar berita bahagia bahwa akan ada kunjungan kerja ke Pulau Lombok, wah….seperti mendapat hadiah yang sangat besar, mengapa tidak bahagia mendapat kesempatan ini,…ya bekerja ya wisata, suatu peluang yang sangat baik dan sangat berharga buat saya.Â
Betapa tidak bahagia, pada usia yang sudah kepala 3 baru bisa mengunjungi Pulau Lombok, yang sebelumnya saya mendengar cerita dari orang lain saja, cerita tentang pantainya bagus-bagus, instagramable, mempesona bak khayangan, kulinernya lezat-lezat, dan sebagainya.Â
Ternyata betul sekali, bukan hanya mitos dan cerita, namun saya sudah membuktikan dengan mata dan kepala saya sendiri, Pulau Lombok memang luar biasa mempesonanya, tidak kalah jika disandingkan dengan pantai-pantai dinegara lain…Oh Wonderful Indonesia …Indonesia indah banget beneran lho.
Jadi ingin membuka lagi lembaran kenangan ketika berkunjung di tahun 2017 itu, ketika melihat hamparan pantai lepas dengan ombak putih bergulung-gulung ceria menyambut kedatangan saya dan teman-teman, sejenak saya melayangkan pandang seolah mencari ujung pantai ini, ternyata hamparan dan rangkaian pantai yang tak ada ujung pangkalnya, luas lepas tak bertepi.Â
Waktu itu saya dan teman-teman juga mengunjungi pantai Mandalika,  butiran pasir di pantai Mandalika yang berbeda dengan tekstur di pantai-pantai di selatan pulau Jawa yang pernah saya kunjungi, kalau di sekitar pantai Mandalika lebih mirip butiran biji ketumbar. Kalau di wilayah kepulauan Gili Lombok pasirnya lebih kecil butirannya.  Yaaa….waktu itu memang lebih banyak mengunjungi pantai-pantai di Lombok yang tersohor akan keindahannya, termasuk pantai Mandalika.
Nama Mandalika selalu di hati saya, ceritanya ketika ada acara kantor disana, kelompok kami harus menampilkan suatu atraksi, kemudian kami mengambil tema dari cerita rakyat Lombok tentang Putri Mandalika, dan yang memerankan Putri Mandalika adalah saya…hee….
Diceritakan bahwa ada seorang Putri yang cantik jelita dan baik hati namanya Putri Mandalika. Banyak yang ingin melamar sang putri, namun  Sang Putri menginginkan ketentraman, kedamaian tanpa adanya suatu peselisihan. Sang Putri dengan baju yang sangat indah melompat ke laut dan tidak ditemukan lagi, beberapa waktu kemudian muncullah binatang dari laut yang menyerupai cacing, cacing ini disebut Nyale, yang dipercaya masyarakat sebagai jelmaan Putri Mandalika.
Bahkan di pesisir pantai Lombok ada tradisi Bau Nyale yang merupakan budaya kearifan lokal untuk menghargai pengorbanan Putri Mandalika yang baik hati, cacing ini ternyata dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Rasanya selaras, kawasan wisata pantai nan luas membentang dan indah dengan ombak putih bergulung-gulung, bagai hamparan mutiara nan cantik menawan hati diberi sebutan Mandalika.
Mandalika di Pulau Lombok Indonesia, merupakan salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP) yang dicanangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain wisata alam yang memang indah luar biasa dan yang sudah saya buktikan sendiri, pemerintah berusaha juga mengembangkan kawasan ini untuk semakin layak menjadi destinasi favorit lokal, nasional bahkan internasional.Â
Sirkuit balap Internasional yang sudah dibangun dengan luar biasa dan sudah mulai diadakan kompetisi bulan Nopember ini, ternyata menambah suatu hasrat bagi saya pribadi, dan saya yakin akan banyak jiwa yang berminat untuk mengunjungi Wisata Mandalika.Â
Pecinta olahraga balap dari berbagai jenis dan kelas ternyata juga bukan kaum Adam saja yang menggandrunginya, kaum Hawa pastinya juga senang melihat acara ataupun kompetisi yang memacu adrenalin, seru-seruan teriak-teriak memberi semangat pada jagoannya masing-masing, ah..kapan saya bisa duduk dan melihat kompetisi balap di tribun Sirkuit Mandalika yaaa…pasti saya bisa, kalau mau berusaha dan berdoa, nabung dulu yaaa…memotivasi diri sendiri hehehe.Â
Saya yakin banyak yang dapat dikembangkan dari Wisata Mandalika ini, seperti jenis olahraga yang memanfaatkan ombak pantai, angin laut yang berhembus di pantai, bibir pantai yang terhampar cukup luas. Dengan adanya pengembangan DSP Mandalika supaya menjadi destinasi favorit ini tentunya akan menjadi suatu harapan bagi masyarakat sekitar untuk dapat mendongkrak roda ekonomi mereka melalui event-event yang digelar.Â
Tradisi Masyarakat sekitar Pantai Lombok, misalnya tradisi Bau Nyale yang digelar oleh masyarakat juga tentunya akan menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan, bukan hanya melihat atraksi ataupun kompetisi yang modern saja, namun atraksi budaya lokal/setempat, kuliner tradisional Lombok seperti Ayam Taliwang, Sate Lilit dan Plecing Kangkung, maupun hasil kerajinan tangan masyarakat Lombok seperti kerajinan tenun haruslah tetap menjadi kearifan lokal yang terus dijaga dan dipelihara. Masyarakat lokal dapat diberdayakan sebagai salah satu pilar budaya yang tidak bisa dihilangkan.Â
Misalnya, mereka dapat diberdayakan sebagai juru foto wisatawan yang berkunjung, karena tidak jarang wisatawan akan memanfaatkan event sebaik mungkin ketika melakukan perjalanan WIsata Mandalika, mereka bisa saja berasal dari ribuan kilometer dan mungkin hanya bersempatan sekali saja di rentang usia mereka. Pastilah kesempatan ini mereka manfaatkan dengan mengambil foto terbagus sebagai kenangan, hal ini menjadi peluang bagi masyarakat lokal untuk memandu para wisatawan mengambil spot foto yang terbagus dan mengarahkan gaya terbagus.Â
Sirkuit Mandalika tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang cukup besar,  jika pihak manajemen Sirkuit Mandalika memberikan pelatihan dan pembinaan yang komprehensif pada masyarakat lokal, saya yakin Sirkuit Mandalika akan semakin berkembang dengan baik dan makin tersohor, jangan sampai terdengar lagi lah ajang balap tertunda karena kekurangan marshal, ada banyak sumber daya manusia  dimanfaatkan saja, tentunya Pemerintah juga tetap perlu melakukan pengawasan dan pembinaan.
Mengunjungi DSP Mandalika dan Pulau Lombok secara keseluruhannya tentunya menjadi impian bagi kita semua, tidak cukup kalau hanya pernah satu kali saja. Pesona Mandalika memberi harapan wisatawan dan masyarakat lokal, harapan untuk mendapatkan momentum yang sangat berharga melalui apa yang dilihat melalui pemandangan alam nan elok mempesona, yang dirasakan seperti rasa puas, bahagia, meluapkan emosi jiwa, kuliner yang memanjakan lidah, termasuk harapan masyarakat lokal akan terdongkrak roda ekonominya. Harapan itu selalu ada dan tak pernah hilang. Yuk maiinnya di Indonesia Aja dulu, jelajahin dulu sampai puas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H