Mohon tunggu...
Shinta Kurniawati
Shinta Kurniawati Mohon Tunggu... Guru - Pelayan Masyarakat di SD Negeri Duren Sawit 18

Saya hanya seorang pelayan yang berusaha bisa mendidik dan menuntun anak-anak dengan cinta. Hobi saya sederhana hanya bisa mengungkapkan isi hati dalam bentuk sebuah tulisan dalam kertas warna apapun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesimpulan dan Refleksi Terhadap Pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara

30 Mei 2022   15:10 Diperbarui: 2 Juni 2022   17:18 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selamat Pagi teman-teman Guru semua...(entah pagi, entah siang, entah sore... tetap saya akan menyapa semangat pagi...semoga semangat kita tetap seperti saat pagi ditemani mentari pagi yang melambai indah menemani kita.

Bagaimana kabarnya teman-teman semua? Semoga kita selalu diberikan nikmat sehat, selalu ingat untuk bersyukur dan tetap semangat menuntut ilmu. Sebelum menuliskan artikel pendidikan tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara, ijinkan saya memperkenalkan diri saya. 

Nama saya Shinta Kurniawati. Biasa dipanggil Shinta. Kegiatan saya adalah seorang guru di SD Negeri Duren Sawit 18, Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur. Artikel ini saya tulis dengan harapan saya pribadi dan semua pembaca khususnya pendidik mampu menerapkan pembelajaran konkret di kelasnya dengan menggunakan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Bismillah....

Saya akan berbagi pengalaman belajar saya sebagai calon guru penggerak setelah melewati modul 1.1. Pendidikan yang saya terapkan di kelas sebelum saya mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya lebih mengejar untuk menyelesaikan pemahaman siswa untuk semua materi. 

Dengan anak bisa menyelesaikan dan memahami materi serta mampu mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi, bagi saya itu sudah cukup. Terkadang tidak memperdulikan bagaimana minat anak terhadap pelajaran, justru yang saya inginkan hanya anak dapat menguasai materi dengan cepat dan mudah. Tujuan demikian itu sering membuat saya tidak memperhitungkan seberapa lama daya ingat anak terhadap suatu materi. 

Walau begitu saya masih bisa berfikir, bagaimana cara saya memberikan pengetahuan kepada anak dengan hati riang, nyaman, gembira dan belajar terasa bermakna sehingga pengetahuan dan pemahamannya dapat terpatri pada diri anak sampai akhir hayat.

Sejak awal menjalani Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 ini, banyak ilmu yang saya dapat. Begitupun ketika saya mempelajari filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan upaya -- upaya penerapannya pada setiap kegiatan pembelajaran. 

Dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya pribadi sebagai guru setidaknya tidak hanya mampu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar anak-anak dapat memperbaiki laku hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. 

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan peran kita sedang pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak didik kita seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh Pak tani atau pak kebun di lahan yang telah disediakan. Bila ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik, meskipun biji tersebut kurang baik, dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan yang baik dari pak tani, demikian juga sebaliknya. 

Setelah belajar memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam modul ini saya makin tahu bagaimana posisi sebagai guru dalam proses menuntun yang pada dasarnya anak diberi kebebasan namun kitas ebagai pendidik adalah pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Hal ini sesuai dalam semboyan Ki Hadjar Dewantara yakni berbunyi "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". 

Kita juga diingatkan bahwa Pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Saya pribadi sebagai pendidik juga kembali dengan ingatan sebelumnya, bahwa keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan social dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga juga ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat. Hal ini sesuai dalam semboyan Ki Hadjar Dewantara yakni berbunyi "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". 

Seorang guru adalah penggerak, didepan memberikan contoh/panutan, ditengah memberi semangat dan dibelakang mendorong untuk semangat belajar. Selain itu pemikiran Ki Hadjar Dewantara juga mencerminkan 6 profil pelajar pancasila, meliputi beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; kebhinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif. Dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang kita dapatkan, tentunya kita sebagai pendidik harus mampu dan mau berusaha mencontoh perilaku-perilaku dan menerapkannya kepada peserta didik. 

Bagaimana langkah yang kita ambil? Kita bisa memulai dengan menyesesuaikan model belajar kita dengan tahap perkembangan anak, dengan kita jadikan siswa sebagai subjek konkrit dalam belajar, kita merdekakan anak dengan bebas mengekspresikan hasil karyanya, jangan lupa untuk kita bimbing dalam proses berkolaborasi. Kita yakin dengan kita pancing  beberapa pertanyaan, akan membuat  siswa berfikir kritis. Yakinlah akan banyak hal yang tidak terduga yang akan muncul dari anak-anak hebat di hadapan kita.

Kita tidak boleh melupakan kalau kita sebagai pendidik :

  • Tidak perlu berperan banyak terhadap proses pembelajaran.
  • Kita hanya menuntun, iya...sekali lagi kita hanya menuntun.
  • Biarkan anak melakukannya sendiri dan beri kepercayaan pada anak kalau mereka mampu.
  • Berikan sedikit bantuan jika mereka membutuhkan.
  • Jangan lupa untuk memberikan semangat
  • Jangan pelit untuk memberi pujian hasil kerjanya, agar anak bangga dan menambah kepercayadirinya
  • Bebaskan anak-anak untuk lebih banyak terlibat.

Pola asuh yang kita contoh seperti pemikiran Ki Hadjar Dewantara yakni momong, among dan ngemong  dengan cinta bisa kita terapkan agar tercipta pembelajaran yang memerdekakan anak. Semoga artikel ini bermanfaat dan membuat kita semakin tertantang sebagai pendidik dan pengajar yang profesional.  

Salam guru penggerak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun