artikel berikut
Hai...Sobat Kompasianer! Â Tahukah kamu, dalam sebutir "Klepon" menyimpan beberapa makna tersendiri, apa saja? SimakTentunya kita sering mendengar kalimat "Indonesia adalah negeri yang kaya" bukan? Nahh..sebenarnya apa sih "kaya" yang dimaksud dari kalimat tersebut?. Kekayaan Indonesia meliputi budaya, tradisi, ras, suku, hingga dalam hal kuliner. Â
Salah satu peneliti kuliner Murdjiati Gardjito, mengemukakan  ada kurang lebih 3.259 kuliner Indonesia, sangat membanggakan bukan? .Â
Berbicara tentang kuliner, kita akan membahas salah satu jajanan tradisional bernama kue"Klepon". Meskipun di masa modern ini banyak bermunculan jajanan hitz, popular hingga makanan asing yang diadopsi dari negeri lain.Â
Sebagai warga Indonesia, kita sepatutnya tidak melupakan kuliner nusantara yang penuh filosofi.Â
Kue Klepon adalah sebutan digunakan masyarakat Jawa, yang mengacu pada salah satu jajanan pasar berwarna hijau bulat kecil biasanya berisi gula merah cair bertabur kelapa parut. Â Selain enak, dalam sebutir klepon mengandung makna tersendiri, diantaranya :
1. Lambang Kesederhanaan
unsplash.com
Mengutip dari buku "Belajar dari Makanan Tradisional Jawa(2017)" oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Â Bahwasanya klepon memiliki makna kesederhanaan, lantaran bahan baku pembuatannya mudah dicari dan tidak rumit,bahkan ketika mengolahnya pun tidak membutuhkan keahlian khusus.
2. Lambang Kebaikan Hati
unsplash.com
Tampilan klepon dapat dibilang biasa saja,namun ketika kita memakannya,rasa manis dari lelehan gula jawa akan memanjakan lidah.Hal ini melambangkan kebaikan hati pada seseorang, jika manusia seharusnya memiliki kebaikan hati. Walaupun tidak terlihat dari luar,dan tersembunyi. "Kebaikan hati seseorang akan membuatnya dicintai Tuhan dan Sesama" Dawud Achroni.
3. Mengajarkan Tahapan Hidup Manusia
unsplash.com
Kue ini memiliki taburan kelapa parut diluarnya, memiliki pengajaran bahwa hidup bahagia manusia melalui beberapa tahapan. Dari batok kelapa yang bertekstur keras, mengajarkan jika manusia melewati kehidupan yang penuh rintangan dan susah sebelum mencapai kebahagiaan, dilanjutkan membersihkan kulit ari yang tipis bermaksud untuk senantiasa hati-hati dalam menjalani hidup, dan  selalu memperbaiki diri,dilambangkan dengan kelapa yang dihaluskan atau diparut.
4. Etika ketika makan
unsplash.comDiantara beberapa makna diatas, hal tak kalah istimewa dari sebutir kue klepon yaitu, mengajarkan etika atau tata krama saat sedang makan. Isi kue ini berupa gula jawa yang cair,agar ketika kita mengunyahnya sambil menutup mulut,sehingga isinya tidak meluber kemana-mana.Â
Etika menurut Wikipedia adalah konsep penilaian mengenai cara manusia bertindak,sesuai tradisi yang berlaku,baik dalam lingkup individu atau kelompok. Etika sangat penting diterapkan, untuk mencerminkan manusia yang beradab,dan disukai oleh orang lain.
5. Melambangkan Kehidupan
unsplash.com
Pada umumnya yang sering kita jumpai, klepon memiliki warna hijau. Menurut merdeka.com ,hijau seringkali dihubungkan sebagai  simbol harmoni,pertumbuhan,kesegaran,kemakmuran. Manusia seharusnya menjaga hati untuk senantiasa hidup,dalam konteks ini,tidak lain adalah bagaimana memiliki hati yang baik untuk tetap hidup. Dengan hati yang hidup itulah,manusia akan melakukan kebaikan pada orang lain,dan menjalin kehamornisan ketika hidup bermasyarakat.
Setelah mengulas sedikit tentang filosofi kue klepon, kita sudah mengetahui makna apa saja yang tersembunyi dibalik jajanan pasar sederhana ini. Disamping itu harganya juga jauh lebih murah dibandingkan jajanan modern, dan tentunya menyehatkan,sebab pengolahannya dengan direbus dan tidak menggunakan bahan pengawet,bahannya juga alami.Menurut situs www.alodokter.com ,tepung beras sebagai bahan pembuatan klepon, memiliki kandungan asam fenolik, dimana berfungsi sebagai antioksidan,dan berguna mencegah kanker payudara hingga kanker usus besar. Wahhhh... sangat menarik bukan?
Jadi teman, ayo mulai mencintai kuliner lokal yang begitu spesial !
 Jika tidak dilestarikan,dikhawatirkan akan semakin memudar bahkan bisa saja menghilang. Jika bukan kita,siapa lagi yang hendak mewariskan ke generasi berikutnya?
Semoga bermanfaat Kompasianer!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H