Mohon tunggu...
Shinta Ananda
Shinta Ananda Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang hobi traveling dan berbagi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Ikut Suami

17 November 2018   13:34 Diperbarui: 17 November 2018   13:58 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karir baru saya menjadi seorang istri. Peran ini sudah saya jalani selama 14 hari, tepat tanggal 03 november 2018, saya dan suami mengikat janji suci kami di masjid agung kota kediri. Minggu pertama, terasa begitu menyenangkan dan membahagiakan. Kami begitu berbahagia karena hampir 3 tahun lamanya kami menjalani hubungan jarak jauh, saya tinggal di tangerang dan calon suami bertugas di enrekang. Oleh karena itu, kami menikmati hari demi hari bersama. 

Tepat hari ini adalah hari ke-14 pernikahan kami dan hari ke-6 saya tinggal di enrekang. Bukan untuk bulan madu atau liburan, tetapi saya memutuskan untuk menemani suami saya bertugas di enrekang. Keputusan itu sudah saya pikirkan jauh hari sebelum kami menikah. Tentu saja, itu bukanlah keputusan yang mudah, banyak sekali yang menyayangkan keputusan saya, termasuk keluarga saya sendiri. Ketakutan mereka wajar karena saya anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan yang mereka miliki.

Pertama Kali Pergi ke Pulau Sulawesi

Kota pertama yang saya datangi adalah Makassar, kami tinggal beberapa hari untuk beristirahat sebelum kami berangkat lagi ke Kabupaten Enrekang. Perjalanan dari Kota Makassar menuju Kabupaten Enrekang ditempuh dengan waktu 7-8 jam jalur darat. Saya begitu antusias karena akhirnya saya bisa jalan-jalan dengan suami saya. Selama di perjalanan, mata saya dimanjakan dengan pemandangan yang tak pernah saya lihat ketika di jawa. Saya bisa melihat karst ramang-ramang dari jauh ketika kami memasuki Kabupaten Maros.

Dari kejauhan saja sudah mempesona, bisa dibayangkan bagaimana indahnya kalau saya lihat karst itu dari dekat. Saya langsung bilang ke suami saya,"kapan-kapan kita ke sana ya, bi". 

20181112-134226-5befa7f5677ffb09fb7855b3.jpg
20181112-134226-5befa7f5677ffb09fb7855b3.jpg
Pemandangan indah tak berhenti sampai di Kabupaten Maros, setiba kami di Kabupaten Enrekang, woww, pemandangan yang begitu memanjakan mata ada di hadapan saya. Kabupaten Enrekang termasuk dataran tinggi, wajar jika Kabupaten ini dikelilingi banyak gunung dan bukit. Pertama kali saya tiba, saya merasa beruntung sekali bisa tinggal di tempat yang indah dan mempesona. 

Realitanya...

Kesenangan itu hanya berlangsung selama 2 hari, dari hari ke-3 hingga hari ke-6, saya merasa bosan. Setiap pagi menyiapkan sarapan pagi ala kadarnya untuk suami, untuk makan siang alhamdulillah suami selalu membawakan makanan dari proyek,tempatnya bekerja, maklum saja kami hanya tinggal di kamar kost dan peralatan masak belum punya begitu juga dengan magicom. 

Untung saja, di kamar kost ini menyediakan dispenser di setiap kamarnya, alhamdulillah. Kami kost di penginapan Azkia, letaknya di Kecamatan Alla. Bisa dibilang untuk saat ini saya hidup penuh keterbatasan jika dibandingkan dengan hidup saya di tangerang, fasilitas apapun ada. 

Berbeda dengan di Kabupaten Enrekang, indomaret saja jauh, harus menempuh jarak 20 km dengan akses jalan yang berbelok-belok dan menanjak. Enam hari tinggal disini, saya belum berani pergi sendirian keluar penginapan Azkia, masih ada ketakutan dalam diri saya, entah skapan rasa takut itu hilang. 

Rutinitas yang Berbeda

Dari hari pertama hingga hari keenam, kegiatan yang saya kerjakan sama. Pagi hari saya sarapan dengan suami, setelah suami berangkat kerja, saya mencuci pakaian dan bersih-bersih kamar kost. Kemudian mainan handphone, nonton drama korea, nonton tv, dan tidur siang. Itulah rutinitas saya selama 6 hari tinggal di Kabupaten Enrekang. Cukup membosankan. 

Lelah mencuci pakaian setiap hari, meskipun pakaiannya tidak banyak sih. Tapi mencuci pakaian adalah pekerjaan yang tidak pernah lakukan ketika di rumah orangtua saya. Menjadi seorang istri, saya harus mencuci dan bersih-bersih setiap hari. Kegiatan yang dulu tak pernah saya lakukan, kini saya harus melakukannya. Lelah rasanya. Tapi saya tidak bisa mengeluh kepada suami saya. Why? Suami saya begitu bahagia hingga tak tega untuk mengeluhkan keadaan saya. 

Lagu Afgan yang berjudul Untukmu Aku Bertahan, lagu yang tepat untuk menggambarkan kondisi saya saat ini.

Mengapa bertahan??

Pertama, itu sudah pilihan hidup saya. Saya yang memilih untuk ikut dengan suami, maka saya harus menjalaninya. Kedua, raut wajah bahagia suami saya yang dia selalu berikan ketika pulang kerja. Apakah saya tega untuk mengatakan bahwa saya tidak betah disini dan ingin pulang ke Tangerang? Tentu saja tidak. Terakhir yang membuat saya bertahan adalah  ingat tujuan awal saya ketika memutuskan untuk ikut dengan suami, ibadah kepada Allah SWT. Andaikan, suami di Enrekang, saya di Tangerang. Apakah saya bisa beribadah sebagai seorang istri kepada suami saya? 

Salam dari Enrekang 

Untuk para calon istri 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun