Mohon tunggu...
Shinta Alya
Shinta Alya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Mantap

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencari Tahu Lebih Jauh tentang Kebudayaan di Provinsi Maluku Utara

27 Februari 2024   09:36 Diperbarui: 27 Februari 2024   09:54 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, dari Sabang sampai Merauke terhampar beribu adat atau etnis yang berbeda dari yang lainnya. Inilah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Setiap adat mempunyai segudang tradisi yang dimiliki sehingga memberikan warna tersendiri pada wajah Indonesia yang dapat mengangkat Indonesia di mata dunia. Indonesia juga merupakan wisata budaya yang paling banyak di minati oleh negara-negara di belahan dunia terutama daerah Maluku Utara yang kaya akan tradisi yang unik dan menarik.

          Provinsi Maluku Utara terkenal juga dengan sebutan Moloku Kie Raha atau Kesultanan Empat Gunung di Maluku, karena pada mulanya daerah ini merupakan wilayah 4 kerajaan besar Islam Timur Nusantara, terdiri dari Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore, dan Kesultanan Ternate.

          Suku yang beragam di daerah Maluku Utara menghasilkan berbagai kebudayaan yang beragam pula terutama di daerah Halmahera Selatan. Oleh karena itu, Halmahera Selatan dikenal memiliki berbagai seni budaya yang unik spesifik serta tidak dimiliki oleh daerah lain bahkan Negara lain. Seni budaya yang tumbuh dan berkembang di Halmahera Selatan merupakan refleksi dari akar budaya, hasil kreativitas dari kelompok masyarakat, maupun kreativitas individual. Semua itu, merupakan kekuatan lokal dan modal sosial yang sering dilupakan, bahkan tidak disadari potensinya oleh masyarakat sebagai pemiliknya, merupakan aset, dan kekayaan daerah, yang dapat dijadikan potensi sebagai aset seni budaya dan pariwisata. Namun demikian potensi Seni Budaya dan pariwisata tersebut belum dapat diberdayakan secara optimal.

          Seni budaya yang terdapat di Maluku Utara sangat banyak macamnya, setiap daerahnya memiliki keberagaman seni dan budaya yang khas seperti daerah Halmahera Selatan sebagai contohnya. Berdasarkan data dari internet Kabupaten Halmahera Selatan beberapa kesenian tradisional khas Halmahera Selatan adalah dendang cobo lala, tari soya soya, tari togal, festival marabose, popas lipu dan lainnya

          Salah satu seni budaya yang masih dilestarikan sampai saat ini adalah popas lipu. Popas lipu adalah acara tahunan yang selalu diadakan masyarakat pulau Bacan, kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara setiap tahunnya. Secara etimologis popas lipu terdiri atas dua kata yakni popas dan lipu, dimana popas yang berarti membersihkan dan lipu yang berarti negeri, sehingga popas lipu bermakna suatu acara atau ritual membersihkan negeri. Ritual ini tidak hanya dilakukan oleh penduduk asli pulau bacan tetapi juga orang -- orang yang bermigrasi ke pulau Bacan seperti orang Jawa, Buton, dan etnis Tionghoa, yang telah menetap disana, karena mereka beranggapan sebagai bagian dari negeri tersebut.

          Popas lipu merupakan ritual dengan membacakan doa-doa seraya mengelilingi pulau Bacan dengan empat titik lokasi yaitu wilayah timur, selatan, barat, dan utara. Dalam melakukan popas lipu, mereka terlebih dahulu berkumpul didepan masjid kesultanan Bacan, setelah itu barulah mereka berjalan menuju setiap lokasi, yang dipimpin oleh kiai atau para pengurus masjid Kesultanan Bacan tersebut. Lokasi pertama yang mereka tuju adalah wilayah timur tepatnya di Benteng Barnaval kampung Amasing, sampai pada pertigaan jalan kampung tomori, kemudian dilanjutkan lagi pada wilayah selatan tepatnya di pantai Habibie di kampung habibie, dan lokasi terakhir di wilayah barat yaitu di kali inggoi di kampung Amasing.

          Dalam menyusuri lokasi-lokasi tersebut mereka seraya melafazkan doa-doa dengan tujuan untuk keselamatan negeri dan mengingatkan masyarakat untuk tidak merusak alam dan ikut merawat serta melestarikan alam ini, sehingga ritual ini menampakkan bentuk penghormatan kepada alam. Karena sejatinya alam yang telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia harus terus dijaga agar keseimbangan antara alam dan manusia tetap seimbang dan lestari. Oleh karena itu bentuk penghormatan kepada alam inilah yang diwujudkan dalam sebuah ritual oleh masyarakat pulau bacan yakni popas lipu.

          Dahulu pelaksanaan ritual Popas Lipu sering digelar dengan cara berjalan kaki. Namun seiring perkembangan zaman, keaslian ritual itu telah mengalami pergeseran. Ritual tawaf kampung yang dikenal sebagai budaya tradisi Popas Lipu kini banyak yang melaksanakannya dengan memakai kendaraan seperti becak, sepeda, motor, dan mobil. Dengan begitu bisa mempermudah lansia untuk menempuh jarak yang jauh.

          Dunia yang semakin terbuka, teknologi yang semakin canggih, segala kemudahan ditawarkan saat ini mendorong manusia untuk hidup sesuai perkembangan zaman. Berbagai inovasi hadir ditengah masyarakat yang semakin meng-global. Masyarakat senantiasa berubah, dan perubahan itu merupakan suatu hal yang tidak dapat terhindarkan dari dalam diri masyarakat, walaupun terdapat perbedaan antara perubahan yang dialami masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

          Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa modernisasi sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari dengan segala teknologi yang canggih dan maju. Adanya modernisasi ini dapat memudahkan pekerjaan manusia agar lebih efisien dengan segala dampak positifnya. Namun modernisasi tidak selalu memberi dampak positif dalam seluruh sektor kehidupan masyarakat.

          Salah satu pengaruh buruk modernisasi terhadap kebudayaan ialah munculnya keraguan terhadap norma dan nilai masyarakat yang telah ada. Hal ini dapat menyebabkan pertentangan antara anggota masyarakat tersebut. Sebagai contoh, sekarang ini semakin banyak kaum intelektual yang melaksanakan ritual popas lipu dengan cara mengendarai kendaraan, namun kehadiran itu lambat laun merubah watak dan kepribadian warga Halmahera Selatan. Banyak yang menganggap budaya itu sangat lazim dilaksanakan.

          Namun ditengah-tengah tergerusnya kebudayaan akibat kehadiran modernisasi di tengah masyarakat seperti penjelasan di atas. Sebagian besar masyarakat Maluku Utara masih tetap menghargai, menghormati dan menerapkan prinsip-prinsip hidup yang dianut suku itu sendiri. Untuk itu kepada generasi muda agar lebih belajar mencintai kebudayaan Indonesia. Zaman boleh berubah namun kecintaan terhadap budaya tidak boleh berubah. Karena dengan kebudayaan lah tercipta, rasa, karsa dan karya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun