Mohon tunggu...
shinta alkha zhaqnixs
shinta alkha zhaqnixs Mohon Tunggu... Guru - shintayounjhi13@gmail.com

aku selalu mencintai kota yang kusinggahi termasuk kisah didalamnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Lebih Jauh Situs Sejarah yang Pernah Tenggelam di Makam Zaman - Situs Raos Pacinan

26 Maret 2021   08:43 Diperbarui: 26 Maret 2021   08:56 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan program tahunan yang dilaksanakan oleh setiap Perguruan Tinggi yang merupakan penerapan dari Catur Dharma Perguruan Tinggi. Dengan dilaksanakannya KKN ini memberikan manfaat yang luar biasa bagi mahasiswa serta masyarakat karena hasil yang akan diperoleh dari pelaksanaan KKN ini sangatlah besar seperti sebuah pengalaman yang didapatkan oleh mahasiswa berupa bagaimana cara hidup dengan masyarakat pada semestinya dan masih banyak lagi.

KKNP-72 periode 2021 dilaksanakan pada tanggal 22 februari dengan mengusung tema "OPTIMALISASI UNTUK MENINGKATKAN UMKM PARIWISATA PENDIDKAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT UNTUK KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA CARAT". KKN tersebut dilakukan di Desa Carat, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Didesa ini banyak sekali situs peninggalan sejarah ysng tersebar di beberapa dusun wilayah tersebut.

Oleh karena itu Program kerja yang akan dilaksanakan kelompok kami adalah memviralkan situs tersebut ke masyarakat luas melalui sosial media berupa Instagram dan youtube.

Situs Raos Pacinan adalah salah satu situs peninggalan Kerajaan Majapahit pada masa lalu. Berada sekitar 50 m dari Kali Porong, tepatnya berada di Dusun Raos, Desa Carat, Kecamatan Gempol. Berada ditengah-tengah kebun tebu membuat situs ini sedikit sulit ditemukan. Di kiri jalan dari arah Mojosari-Gempol, akan terlihat plang yang sudah berkarat, dan tak lagi berdiri tegak, dengan tulisan "Situs Raos Pacinan +/- 1,5 Km". 

Menurut cerita Pak Sumari selaku juru kunci situ sini, situs ini dulunya seperti kolam, bisa dilihat dari tegel yang memang khusus untuk kolam pada zaman dahulu. Di dalamnya terdapat dua arca Dwarapala yang menghadap ke arah barat, yang jika dilihat lebih teliti, sebenarnya posisi mereka serong ke dalam. Sayangnya Arca ini harus menanggung kerusakan yang lumayan parah. Wajahnya sudah aus, ada beberapa bagian yang terpotong mungkin saat penggalian, dan ada perbaikan yang belum selesai rupanya. Arca yang berada di sebelah kiri, seperti terdapat bekas penggalian dibawahnya,  pernah juga ditemukan perhiasan dari emas dari bawah arca tersebut. Entah itu benar ataupun mitos, yang jelas tindakan itu telah merusak kawasan situs tersebut. Disini juga banyak ditemukan yuswa, dan bunga. Kebanyakan pengunjung yang datang kesini, berniat ziarah atau mencari pesugihan, togel, dan sebagainya. Diantara dua arca Dwarapala ini terdapat tumpukan bata, yang menurut warga sekitar dulunya terdapat sumur. Sengaja ditutup oleh tumpukan bata karena tidak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi disini.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dari cerita yang beredar dan perkiraan beberapa ahli, kemungkinan situs ini adalah gerbang pelabuhan dan pangkalan militer Kerajaan Majapahit. Karena Arca Dwarapala identik dengan gerbang dan penjagaan, .dan  Kemungkinan situs ini adalah gerbang masuknya tentara Mongol ke Majapahit, dan dikarenakan Kali Porong merupakan jalur transportasi dan tempat bersandarnya kapal-kapal para tentara Mongol.

Situs ini dipercaya menjadi titik perkumpulan beberapa kerajaan untuk sekedar singgah atau berbincang temu . dugaan para ahli semakin meyakinkan  karena situs ini menghadap ke Kali Porong, sungai yang menghubungkan beberapa wilayah jawa timur..

Apapun bentuk situs ini pada zaman dahulu, yang jelas telah menunjukkan bahwa Kerajaan Majapahit pernah Berjaya di tanah Jawa. Setidaknya melihat sisa-sisa kejayaan itu membuat rasa bangga terhadap kebesaran negeri ini. (Shinta alkha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun