Mohon tunggu...
Shinta Nur Kholila
Shinta Nur Kholila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswi BIASA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siklus Anak Nakal

18 Maret 2017   16:39 Diperbarui: 19 Maret 2017   02:01 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana cara memutus siklus anak nakal ?Barang kali kita sering bertanya-tanya “mengapa anak baik biasanya semakin baik, dan anak nakal biasanya semakin nakal?”

Dalam suatu hadist dikatakan bahwa “ Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”. Artinya setiap anak yang baik, pasti membuat ridha orang tuanya, hal ini akan membuat Allah ridha juga. Tapi setiap anak nakal, pasti membuat orang tuanya murka, dan itu akan membuat Allah murka juga.

Kalau kita perhatikan, siklus anak baik dan siklus anak nakal bisa digambarkan sebagai berikut :

Anak baik -> orang tua ridho -> Allah ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak semakin baik

  • Siklus anak nakal (siklus 2)

Anak nakal -> orang tua murka -> Allah murka -> keluarga tidak berkah -> tidak bahagia -> anak semakin nakal

Terus bagaimana jika tidak ada yang memutuskan siklus tersebut ? bagaimana cara memutuskan siklus anak nakal?

Ternyata kuncinya bukan pada anaknya, melainkan pada orang tuanya. Bagaimana siklusnya?

Anak nakal -> orang tau ridho -> Allah ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak jadi baik

Susah ? Iya. Berat? Iya. Maka nilai kemuliannya sangat tinggi. Bagaimana caranya kita sebagai orang tua atau pendidik bisa “Ridho” ketika anak kita nakal ?

Caranya yaitu, orang tua ridho adalah menerima buah hati mereka, memaafkan segala kesalahannya dan mengajaknya berkomunikasi, rangkulah dengan penuh kasih sayang hati yang tulus, terakhir lupakanlah kesalahan yang telah ia perbuat.

Umar bin Khattab pernah berpesan :

Jika kalian melihat anakmu atau anak didikmu berbuat baik, maka pujilah dan catatlah. Dan apabila anakmu atau anak didikmu berbuat buruk, tegurlah dan jangan pernah engkau mencatatnya.

Kunci mendidik anak ada 5 hal, yaitu :

  • Keikhlasan

Jangan sampai mendidik anak ditujukan untuk urusan duniawi. Mendidik anak tujuannya adalah untuk menunaikan amanah Allah yang akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat.

  • Keteladanan (Uswah)

Mendidik anak bukan sekedar menyuruh anak untuk menjadi baik. Mendidik adalah kita menjadi contoh yang baik untuk anak sehingga anak dengan mudah meniru kita tanpa kita suruh.

  • Doa

Doa menunjukkan kepasrahan hati bahwa usaha kita mendidik anak selama ini tidak berarti apa-apa tanpa campur tangan Allah.

  • Kesabaran

Mendidik anak tentu saja membutuhkan kesabaran yang tinggi. Sabar untuk tidak marah ketika anak melakukan kesalahan pertama kali. Sabar untuk mengulang-ulang pelajaran tentang kehidupan. Sabar untuk menggandeng tangan anak menuju masa depannya.

  • Kasih Sayang

Pendidikan tanpa kasih sayang tidak mungkin akan berhasil. Justru yang akan terjadi adalah kegagalan dan penyesalan.

            Ketika anak membuat kesalahan janganlah orang tua memarahi buah hatinya, cukup dengan teguran saja. Jika anak dimarahi begitu keras maka anak akan memberontak dan kenakalannya akan semakin menjadi-jadi.

            Dan saat anak berbuat kebaikan cukuplah orang tua memberi pujian dan berilah kecupan. Karna itu akan membuat anak merasa bahwa ia begitu disayangi dan diperhatikan oleh orang tuanya.

Kita sebagai orang tua tugasnya untuk membina buah hatinya sejak dini, jika terlambat jangan putus asa teruslah untuk berushaa meridhoi buah hatinya dalam berbagai hal kebaikan, tegurlah ketika anak mulai berbuat kesalahan, pujilah ketika anak berbuat kebaikan karna disitu anak akan merasa dirinya diperhatikan oleh orang tuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun