Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Konservasi Blok Bedul, di Balik Mistisnya Taman Nasional Alas Purwo

22 April 2016   00:25 Diperbarui: 22 April 2016   00:46 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang datang untuk mengunjungi tempat ini, diajak untuk menikmati seluruh paket yang tersedia diantaranya atraksi kano, melihat penangkaran penyu semi alami, memantau burung migran yang datang dan juga menginap di home stay milik penduduk sekitar. Sebelum ada kegiatan ekowisata di tempat ini, banyak para warga yang mmbabat hutan untuk mengambil kayu mangrove dan juga mencuri stwa yang ada disekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo. 

Hal ini yang melatarbelakangi adanya pendirian blok Bedul sebagai tempat Ekowisata. Perencanaan ini mulai dibuat pada tahun 2008 dan baru setahun kemudian objek wisata itu mulai dibuka, persisnya yaitu pada bulan juli 2009 ekowisata blok Bedul dibuka utuk umum, dan ternyata hasilnya luar biasa. Dengan adanya ekowisata ini dapat mengurangi angka pmebalakan dan pencurian satwa secara drastis. Disamping itu, masyarakat juga tersadarkan bahwa hutan mangrove memiliki banyak manfaat yang besar bagi lingkungan dan juga pariwisata.

Selain itu, para wisatawan yang datang juga dapat mengikuti kagiatan yang ada di blok bedul ini. Setiap setahun sekali masyarakat sekitar selalu menyelenggarakan upacara petik laut di segara anakan. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk meminta keselamatan untuk lingkungan dan desa sekitar, selain itu juga sebagai rasa syukur agar jumlah stok ikan yang ditangkap oleh para nelayan tidak berkurang sehingga masyarakat sekitar tidak kesulitan dalam mencari ikan pada tahun berikutnya. Selain itu, pada pertenghan tahun 2010, ditemukan mata air atau randu telu yang dipercayai oleh masyarakat sekitar dapat menyembuhkan penyakit. Sumur ini terletak ditengah-tengah lokasi ekowisata mangrove blok bedul.

Sejak awal pengelola ekowisata blok bedul telah membuat program wisata yang ada hubungannya dengan mangrove, yang berupa pengenalan mangrove dan ekosistemnya. Pada pelaksanaannya, pengelola menawarkan 2 pilihan paket wisata mangrove yaitu ekowisata mangrove di Cungur dan ekowisata penyu di Ngagelan. Keindahan yang ada di blok bedul ini sangatlah sempurna jika dinikmati pada pagi hari. karena julukan dari kota banyuwangi sendiri adalah Sunrise of java, matahari yang terbit sangatlah indah jka dinikmati dari blok bedul.

[caption caption="Dok. Pribadi"]

[/caption]

Sarana-sarana yang pada blok bedul ini dalam kondisi cukup baik tetapi keberadaannya masih perlu diperhatikan lagi, agar dapat memfasilitasi kegiatan ekowisata dengan baik. Saat ini pusat informasi yang ada masih belum digunakan sama sekali. Pusat informasi ini dalam perencanaannya akan dijadikan satu dengan ruang souvenir, sehingga ada barang kenang-kenangan buah tangan yang akan dibawa oleh pengunjung, tidak hanya hasil foto yang kita dapatkan selama di lokasi.  

Fasilitas yang ada, namun tidak termanfaatkan ini sangatlah merugikan. Selain itu, hal yang dikeluhkan oleh masyarakat sekitar adalah listrik, karena masyarakat di dalam kawasan ekowisata yang juga berprofesi sebagai penjualan makanan sangat membutuhkan listrik. Akan tetapi belum ada respon dari PLN (perusahan listrik Negara) untuk mempercepat pemasangan listrik didalam kawasan ekowisata mangrove blok Bedul.

Sedangkan prasarana yang sudah ada juga sudah dalam keadaan baik. Prasrana jalan masuk ke lokasi ini sudah baik, hal ini terlihat dari jalan yang telah diaspal sampai masuk kedalam kawasan ekowisata. Fasilitas penunjang yang sangat penting dalam pendukung sarana dan prasarana yaitu papan petunjuk arah, papan larangan dan juga tempat sampah telah tersedia.

[caption caption="Dok. Pribadi"]

[/caption]

Sejak dibukanya kawasan blok Bedul untuk kegiatan ekowisata pada bulan Juli 2009, kunjungan yang terjadi di daerah ini relatif meningkat, rata-rata jumlah pengunjung per bulan pada tahun 2009 adalah 1.874 orang dengan total pengunjung 11.802 orang. Rata-rata pengunjung pada tahun 2010 adalah 74.679 orang. Terjadi penurunan pengunjung pada tahun 2011 yang berjumlah 62.749 orang. Akan tetapi di awal tahun 2012 terjadi penurunan jumlah pengunjung karena adanya aturan baru dari taman nasional yang mengharuskan adanya penutupan kawasan untuk pemulihan ekosistem (Saifullah dan Harahap, 2013).

Tujuan pengembangan wisata mangrove ini adalah untuk memperkaya sumberdaya hutan mangrove dalam kawasan Blok Bedul, dengan melakukan pengamanan kawasan tersebut dari pengrusakan baik oleh manusia maupun faktor alam, melakukan penanaman kembali pada kawasan yang membutuhkan rehabilitasi di TNAP, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Gagasan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat yang diambil oleh pengelola Taman Nasional Alas Purwo ini dapat menjadi solusi untuk pelestarian hutan mangrove di berbagai daerah di Indonesia yang luasnya semakin menyempit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun