Manajemen dapat diartikan sebagai serangkaian proses planning, organizing, actuating, dan controlling dengan tujuan yang sudah ditetapkan.Â
Manajemen juga merupakan tujuan yang ingin dicapai dengan memberi arahan pada orang lain. Sementara keuangan merupakan hal yang pasti dibutuhkan oleh setiap individu, rumah tangga, organisasi, dan perusahaan.Â
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah fungsi strategis dalam pengelolaan keuangan baik individu, organisasi, maupun pemerintah (Siregar 2019). Di masa pandemi Covid-19 ini tak sedikit rumah tangga yang terkena dampak secara ekonomi.Â
Salah satu atau bahkan lebih anggota keluarga kehilangan pekerjaan sehingga pendapatan keluarga menurun. Maka dari itu, di masa seperti ini manajemen keuangan dalam rumah tangga keluarga sangat penting untuk dipraktekkan agar keluarga dapat tetap bertahan hidup dalam kondisi ekonomi sulit sekalipun.
Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap dua orang wanita yang telah menikah dan tinggal di perkotaan. Narasumber pertama (Ny. S) berusia 56 tahun yang berdomisili di Bandar Lampung. Ny. S bekerja sebagai PNS dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang, terdiri dari suami, istri, dan tiga orang anak.Â
Narasumber kedua (Ny. N) yang berusia 29 tahun, berdomisili di Jakarta Timur, DKI Jakarta. Bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga sebesar 2 orang yaitu dirinya sendiri sebagai istri dan suaminya.
Pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan rumah tangga mempengaruhi manajemen keuangan rumah tangga. Meskipun kedua narasumber memiliki pendapatan yang cenderung tetap, tetapi Ny. S yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil pendapatannya cenderung lebih tinggi dibandingkan Ny. N yang bekerja sebagai asisten rumah tangga.Â
Selain itu, hal lainnya yang menjadi faktor adalah jumlah anggota keluarga. Diketahui bahwa Ny. S memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih besar dari rumah tangga Ny. N sehingga rumah tangga Ny. S memiliki tanggungan yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya dibandingkan dengan Ny.N.
Kondisi keuangan rumah tangga Ny. S dapat dikatakan stabil dan pengaturannya pun terkoordinasi dengan baik. Pekerjaan Ny. S yang merupakan seorang PNS menyebabkan ia memiliki penghasilan yang tetap sehingga tidak terdampak oleh pandemi saat ini. Sementara itu, kondisi keuangan Ny. N beberapa kali  mengalami kondisi kurang mencukupi pada beberapa waktu di setiap bulannya dan kebutuhan rumah tangga hanya dapat terpenuhi apabila terdapat uang yang tersisa.Â
Penurunan pendapatan yang dialami rumah tangga Ny. N sejalan dengan penjabaran Azhar et al. (2021) yang menjelaskan bahwa 75% masyarakat memang merasakan adanya penurunan pendapatan akibat pandemi. Kesejahteran keluarga dapat terwujud apabila peranan dan fungsi masing masing anggota keluarga sesuai dengan kedudukannya.Â
Dalam hal ini, Ny. S dan Ny. N memegang peranan menjadi seorang manajer keuangan yang memegang kendali penuh terhadap keuangan keluarga.Â
Sebagai Ibu rumah tangga, keduanya telah menjalani prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan rumah tangga yang baik sehingga berpotensi dalam mempertahankan kesejahteraan keluarga. Sebagaimana yang dinyatakan  Setiowati (2016), kesejahteraan keluarga sangat besar dipengaruhi oleh kecerdasan ibu tangga termasuk dalam hal pengelolaan keuangan.Â
Ny. S merupakan pekerja kantoran yang melakukan belanja untuk kebutuhan keluarga secara terjadwal dan rutin. Beliau mengakui bahwa dirinya menjadi lebih menyukai belanja secara online dikarenakan tuntutan pandemi yang mengharuskan segala aktivitas dilakukan dari rumah, serta faktor promosi dan potongan harga.Â
Sementara itu, Ny. N mengatakan bahwa kebiasaan belanja biasanya dilakukan setiap awal bulan secara rutin. Namun, selama pandemi berlangsung, rumah tangga Ny. N belanja dengan cara mencicil sedikit demi sedikit. Menurut Ny. N berbelanja kebutuhan rumah tangga secara langsung khususnya di agen dapat semakin membantunya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya karena harga yang cenderung lebih murah. Kebutuhan rumah tangga narasumber 1 (Ny. S) dibagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, tersier, sekarang, yang akan datang, dan tidak terduga.Â
Menurutnya, apabila kita bisa membagi kebutuhan tersebut sesuai dengan kelompoknya maka keuangan untuk kebutuhan rumah tangga menjadi lebih rinci dan terarah.Â
Namun, pada narasumber 2 (Ny. N) khususnya pada jenis kebutuhan sekarang, kebutuhan yang akan datang, dan kebutuhan tidak terduga, Ny. N menyatakan bahwa tidak ada pengeluaran terkait kebutuhan tersebut akibat jumlah pemasukan yang tergolong rendah sehingga rumah tangga Ny. N.
Perbedaan jumlah keluarga menunjukkan adanya perbedaan tahapan siklus keluarga. Tiap tahapan memiliki fokus dan tujuan yang berbeda. Keluarga Ny. S berada pada tahap sarang burung penuh III, dimana anak anak dalam keluarga tersebut masih tinggal bersama di rumah dan fokus tujuannya adalah persiapan untuk melepaskan anak keluar dari rumah, dibuktikan dengan salah satu alokasi keuangan yang diperuntukkan biaya pendidikan anak.Â
Sementara itu, keluarga Ny. N berada pada tahap pengantin baru dimana pasangan suami istri hanya tinggal berdua dan secara teoritis memiliki kebebasan dalam dalam menggunakan pendapatannya.Â
Akan tetapi, hal ini tidak sejalan dengan kondisi keluarga Ny. N yang  tidak memiliki keleluasaan dalam menggunakan penghasilan dikarenakan penghasilan yang masih kurang mencukupi. Disamping perbedaan di antara kedua keluarga, terdapat persamaan yang dialami yaitu tidak ditemukannya perilaku konsumtif di antara kedua rumah tangga. Konsumtif merupakan perilaku konsumsi yang melebihi kebutuhan dan dilakukan untuk memenuhi keinginan semata.
Diketahui bahwa Ny. S memang seringkali memanfaatkan potongan harga saat belanja online, namun hal ini dilakukan dalam rangka penghematan dan bukan merupakan perilaku konsumtif semata, sedangkan Ny. N tidak berperilaku konsumtif dikarenakan pendapatannya yang memang tergolong rendah.
Manajemen keuangan rumah tangga sangat penting untuk diterapkan. Hal ini juga dikatakan oleh kedua narasumber yang juga memiliki pandangan bahwa manajemen keuangan penting diterapkan guna mengontrol pengeluaran dan pola konsumsi rumah tangga.Â
Selain itu, manajemen keuangan rumah tangga yang baik juga berperan dalam mengatasi masalah seperti pada pandemi saat ini dimana perekonomian semakin sulit, sehingga apabila rumah tangga terbiasa memiliki manajemen keuangan yang baik, maka tentu tidak sulit untuk beradaptasi dengan kondisi perekonomian yang berubah-ubah.Â
Alokasi dan keragaman pengeluaran tiap keluarga berbeda-beda  bergantung pada kondisi rumah tangga masing-masing keluarga. Faktor yang dapat mempengaruhi manajemen keuangan rumah tangga antara lain pendapatan keluarga, jumlah anak, serta pola konsumsi keluarga.Â
Kedua narasumber merasakan manfaat pentingnya menerapkan manajemen keuangan keluarga. Manajemen keuangan keluarga berperan penting dalam kesejahteraan keluarga dari aspek ekonomi.Â
Terlebih di masa pandemi seperti ini, manajemen keuangan perlu lebih ditingkatkan mengingat akan ada pengeluaran tambahan seperti pengeluaran untuk kesehatan.Â
Anggota keluarga utamanya ibu sebaiknya dapat mengontrol keuangan keluarga sehingga pengeluaran sesuai dengan penghasilan yang didapatkan dan ekonomi keluarga tetap stabil. Selain itu setiap anggota keluarga juga harus cermat dalam memilah dan memilih barang atau jasa apa saja yang ingin dibelanjakan dan membuat skala prioritas supaya keuangan tidak mengalir begitu saja.
Ditulis oleh : Anggota : Ayu Daraninggar Mayangwangi, Shinta Anisa Dewi, Farras Nabilah, Nabila, Khansa Diwanggana Rehning R.Â
Dosen pengampu : Dr. Megawati Simanjuntak, SP, MSi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H