Persiapan yang dilakukan penulis benar-benar seperti ketika hendak berangkat shalat Ied ketika di rumah sendiri karena bagaimanapun masjid itu dekat kan? Letaknya saja cuma di belakang hotel. Dengan bersemangat penulis pun berjalan bersama teman-teman.
Dan terus. Dan terus, hingga sampai ke halte bus yang biasa kami datangi kalau hendak pergi ke mana-mana.
Lho? Katanya di belakang hotel, kenapa harus naik bus? Penulis mulai panik. Seperti telah dikatakan tadi, penulis hanya membawa mukena dan sajadah seperti kalau hendak ke masjid ketika di rumah di Indonesia. Penulis tidak membawa apa-apa, dompet, paspor, atau kartu untuk membayar bus. Akhirnya penulis menceritakan keadaannya kepada teman-teman yang ada.
Kesal, mungkin, dan bisa juga mereka menganggap penulis begitu tolol untuk jalan ke luar tanpa membawa hal-hal yang essential. Untung mereka mau meminjamkan kartu untuk membayar biaya bus penulis  Yah, mana penulis tahu? Siapa suruh mengatakan kalau masjid itu ada di belakang hotel?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H