Shalat Ied pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah sunah hukumnya. Dan walaupun keduanya sama pentingnya, ada perasaan berbeda antara shalat Ied yang satu dengan yang lainnya.
Shalat Ied yang dilakukan pada saat Idul Fitri rasanya lebih bersifat ke keluarga kita sendiri. Banyak orang pun pulang mudik agar dapat melakukannya bersama-sama dengan anggota keluarga.
Sedangkan pada Hari Raya Idul Adha, shalat Ied ada yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Penulis ingat ketika masih duduk di bangku SMA pernah beberapa kali mengikuti shalat Ied di sekolah.
Yang tidak dapat dilupakan adalah saat khatibnya adalah Prof. Arief Rahman, seorang pakar pendidikan terkenal yang pernah menjadi kepala sekolah SMA Labschool Rawamangun dan guru besar di Universitas Negeri Jakarta.
Beliau yang memang dikenal dekat dengan anak didik punya gaya bicara sendiri yang enak didengar. Saat itu sang profesor bercerita suatu saat banyak anak laki-laki berkeliaran di lingkungan sekolah saat mereka seharusnya shalat Jumat. Ketika ditanya kenapa mereka tidak shalat, mereka menjawab, "Masih BMW, Pak." Ketika Pak Arief Rahman bertanya apa itu BMW, jawabannya: belum mandi wajib.
Semua peserta shalat Ied termasuk penulis tertawa terpingkal-pingkal. Hal itu menjadi salah satu kejadian yang tak terlupakan bagi penulis.
Satu lagi pengalaman shalat Idul Adha yang cukup unik adalah ketika penulis sedang mengikuti suatu pelatihan di Singapura. Kebetulan satu hari pada masa pelatihan itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Penulis lupa apakah hari itu jatuh pada hari Minggu atau memang pemerintah di sana juga memutuskan hari itu sebagai hari libur nasional. Yang penting saat itu tidak ada jadwal pelatihan.
Untuk melaksanakan shalat Ied, penulis tidak tahu pasti lokasi masjid yang terdekat karena, yah, selama ini untuk shalat ya di hotel saja. Untung ada beberapa teman dari Indonesia yang walaupun tidak mengikuti pelatihan yang sama tetapi kami sering bertemu dan bertegur sapa di hotel yang juga tempat diadakannya pelatihan kami.
Mereka menawarkan untuk pergi bersama untuk shalat Ied di masjid yang tidak jauh letaknya, hanya 'di belakang hotel,' kata mereka. Jadilah pada hari-H lepas subuh penulis sudah siap-siap untuk pergi, membawa set mukena dan sajadah, dan menemui teman tadi untuk berangkat bersama.