Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Janitor, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

24 Maret 2022   02:19 Diperbarui: 24 Maret 2022   03:10 5167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi janitor (Sumber: Unsplash)

Janitor adalah tenaga di perkantoran yang tanggung jawab utamanya adalah menjamin kebersihan gedung di mana ia bekerja. Ada yang menganggap kata 'janitor' itu merendahkan si pekerja. Namun sebenarnya tidak.

Kata itu berasal dari "Janus" yang merupakan dewa Romawi yang mewakili pintu dan koridor. Pada awalnya dalam bahasa Inggris adalah doorkeeper sebelum berkembang menjadi seseorang yang merawat bangunan.

Orang mungkin menganggap janitor untuk orang-orang yang berpendidikan rendah tetapi seharusnya mereka tetap harus memiliki pengetahuan, misalnya tentang bahan-bahan kimia yang dikandung cairan pembersih yang mereka gunakan. Salah-salah bisa berbahaya buat mereka.

Di Jerman dan Swiss ada sekolah khusus sebelum mereka bisa bekerja sebagai janitor. Di Indonesia sendiri persyaratannya tidak terlalu tinggi untuk itu, minimal lulusan SLTP.

Untuk nama pekerjaan itu sendiri, di kantor penulis ada yang disebut janitor, ada pula yang namanya cleaning service. Sampai sekarang penulis tidak tahu bedanya apa. Hanya saja salah satu dari mereka adalah pegawai kantor, sedangkan yang lainnya merupakan outsource. Jangan tanya pula which is which. Hehe.

Tentang pekerjaan janitor dan cleaning service itu penulis juga tidak begitu jelas perbedaannya. Hanya, sepertinya, dengan janitor kita bisa minta tolong mereka untuk melakukan pekerjaan selain membersihkan ruangan. Pekerjaan-pekerjaan seperti mengantarkan barang atau dokumen ke seseorang yang masih berada di kompleks perkantoran yang sama, membelikan makan siang, atau pekerjaan errands lainnya.

Di sini mungkin bedanya antara janitor di Indonesia dan di negara lain yang tidak bisa kita minta untuk membeli makan siang.

Karena kebiasaan itu pula yang membuat kita menjalin hubungan erat dengan para janitor. Meski mereka biasa di-rolling untuk bertanggung-jawab di satu lantai tertentu dalam satu jangka waktu, karena penulis pun sudah lama bekerja di kantor ini, maka bisa dibilang penulis kenal dengan hampir semua janitor di sana.

Hanya saja mungkin penulis lebih dekat dengan para janitor yang wanita karena lebih sering minta tolong kepada mereka. Oh ya, di kantor lain mungkin ada yang kebiasaanya adalah minta tolong pada office boy. Nah, penulis tidak biasa tuh minta tolong pada office boy. Tidak terbiasa saja.

Sedangkan dengan para janitor wanita, saking seringnya minta tolong sampai mereka pun hafal dengan permintaan kita. Misalnya saja penulis karena kondisi kesehatannya jadi tidak bisa mengkonsumsi yang pedas-pedas atau yang asam. Kadang tanpa dibilang pun mereka akan membelikan sesuai keadaan penulis, atau mengingatkan pada saat kita memesan makanan.

Mereka pun tidak keberatan dengan permintaan kami yang aneh-aneh misalnya:

- Soto daging Betawi tanpa lada, cuka, dan jeruk. Juga tidak usah disertakan sambal dan acar karena akhirnya hanya akan dibuang juga.

- Nasi padang dengan lauk ayam goreng paha dan sayur daun singkong. Untuk sayur nangka dan kuahnya dipisah tersendiri. Tidak usah pakai sambal sama sekali.

Kadang penjualnya yang bingung dengan permintaan yang macam-macam. Sang janitor sih tidak peduli, yang penting mengikuti permintaan kita. Untung akhir-akhir ini kondisi kesehatan penulis sudah jauh lebih baik, alhamdulillah, jadi pesanan sudah tidak terlalu aneh lagi.

Salah satu janitor yang mengurus kami, sebut saja Mbak Ike, akan meninggalkan kami karena sudah masuk pensiun hari Kamis ini. Terus terang saja penulis terperanjat mendengar itu. Masuk pensiun berarti sudah berusia 60? Mbak Ike sama sekali tidak nampak seperti seseorang yang sudah mencapai 60 tahun.

Kami tentu akan merasa kehilangan. Tetapi kami juga mendoakan semoga Mbak Ike tetap sehat dan dapat memasuki masa istirahat yang menyenangkan bersama keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun