Ketika saya pertama kali mengirimkan cerita ke penerbit indie, small publishers, di negara Paman Sam tahun 2013, keinginan saya cuma satu setelah tentu saja cerita saya diterima untuk dipublikasikan. Keinginan itu adalah agar cerita pendek yang pertama itu tidak menjadi semacam one-hit wonder, yang begitu populer dan lakunya sampai tidak ada cerita-cerita lain karangan saya yang bisa menyainginya. Atau yang lebih parah, bahkan tidak ada cerita yang diterima untuk diterbitkan lagi.
Alhamdulillah semua itu tidak terjadi. Saya memang bersyukur cerita pendek saya yang pertama mendapat tanggapan yang baik bahkan menjadi salah satu cerita yang digelari Booyah! a.k.a cerita yang lumayan cool oleh salah satu reviewer di sana. Namun itu tidak menjadi satu-satunya cerita saya yang diterbitkan dan sampai sekarang bisa dibeli di situs-situs seperti Amazon, Barnes and Noble, dan lain-lain.
Saya sangat merasa beruntung bahwa beberapa penerbit indie pun mau mempublikasikan karya-karya saya yang lain hingga lebih dari 20 judul. Ada yang diterbitkan ulang dalam kumpulan best selling stories oleh suatu penerbit dengan cerita-cerita dari penulis lain. Ada yang menerbitkan kumpulan cerita saya yang sudah terbit sebelumnya dalam satu anthologi.
Beberapa cerita pun sudah diterjemahkan ke bahasa lain seperti bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia. Dan yang paling membuat saya bangga adalah saya pernah menjadi Amazon's Best Seller untuk salah satu judul.
Saya memang bukan USA Best Selling Author karena yang best seller pun baru satu judul, dan saya tidak bermimpi untuk itu. Yang saya tulis kebanyakan adalah cerita pendek atau paling panjang novelette. Sampai sekarang saya belum mampu menulis novel yang panjang-panjang. Apalagi dengan beban kerja yang ada, sekarang pun kegiatan menulis cerita saya mulai melambat.
Tetapi yang penting adalah saya tidak akan berhenti karena yang penting kita terus berkarya.
Hal itu juga sama di dalam dunia usaha, misalnya untuk tempat-tempat kursus Bahasa Inggris. Bisa saja ketika baru pertama kali dibuka, suatu tempat kursus memberikan potongan harga yang gila-gilaan yang membuat orang berbondong-bondong mendaftar.
Namun kemudian ternyata mereka menemukan mutu tempat kursus itu tidak seperti yang diharapkan. Jadilah pada masa belajar selanjutnya, peserta memutuskan untuk tidak meneruskan belajar di sana.
Atau pada bisnis rumah makan. Saat pembukaan pertama, satu rumah makan juga memberikan potongan harga yang membuat banyak orang mengunjungi rumah makan itu. Ketika kemudian orang-orang itu menemukan bahwa makanan yang dijual harganya selangit dan tidak sesuai dengan rasanya, jangan harap mereka akan kembali lagi.
Pada akhirnya tentu mutu dan kerja keras yang terus menerus yang berbicara. Tidak ada artinya hanya berhasil di satu saat kalau tidak bisa bertahan lama. "Sekali berarti sudah itu mati" mungkin sebuah peribahasa yang bagus, tetapi tidak untuk hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H