Mohon tunggu...
Mochlisin Mochlisin
Mochlisin Mochlisin Mohon Tunggu... Pengajar -

shining you and surrounding

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kolusi Warisan Budaya Leluhur?

8 Oktober 2012   00:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:06 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi masyarakat Jawa dan Bali, atau bahkan ditempat lain juga, yang masih memegang teguh warisan leluhur mereka pasti akan mengenal sesaji atau sajen. Seperti halnya di kampung saya masih sering terjadi manakala ada orang yang akan melangsungkan hajatan, pernikahan atau pun lainnya, mereka sering menaruh bungkusan dalam daun jati atau pisang yang dipojokan pilar rumah. Dengan adanya sesajen itu, mereka seolah meminta ijin pada para leluhur dan berharap selama hajatan mereka diberi keselamatan.

Budaya leluhur ini kemudian bertransformasi menjadi kolusi. Tapi dimana sesungguhnya titik kaitan sesajen sebagai warisan budaya leluhur ini dengan salah satu jenis kejahatan musuh Bangsa Indonesia, “kolusi”?

Hal di atas bukanlah pendapat saya pribadi, melainkan pendapat dari seorang professor. Dalam diskusi mengenai sistem kepegawaian di negeri ini ada seorang mahasiswa yang bertanya, “kenapa sih KKN sulit dibasmi di negara ini?”.




Pada awalnya pertanyaan tersebut dijawab oleh kelompok yang harus presentasi di kelas tersebut, namun kemudian profesor menambahkan jawaban mereka. Mungkin apa yang saja tangkap kurang lebih seperti ini.


Kenapa KKN (dalam konteks ini adalah kolusi) sulit diberantas? Selain jawaban-jawaban normatif yang telah semua kita mungkin ketahui, sebenarnya ada hubungannya juga dengan budaya leluhur di sekitar kita. Kita dapat mengaitkannya dengan warisan budaya seperti peletakan sajen di tempat-tempat tertentu agar supaya si penunggu tempat tersebut memberikan keselamatan dan keamanan. Mungkin istilah kasarnya kita “menyogok” pada setan penunggu di situ. Kita mengadakan perdamaian-perdamaian dengan setan agar supaya niat, maksud dan keinginan kita dapat berjalan lancar. Jadi melihat kasus KKN (dalam konteks ini adalah kolusi) tidak hanya dilihat dari sebab-sebab seperti yang kita dengar dari televisi saja, namun ada aspek budaya leluhur yang melatarbelakangi hal tersebut.




Mendengar penjelasan dari profesor ini saya jadi berpikir, ‘iya juga ya’. Itu mungkin alasannya mengapa kolusi di negeri kita ini sulit untuk diberantas, ya karena memang ada sisi warisan budaya yang telah tertanam di diri bangsa ini. Meskipun di sisi lain saya juga kaget ketika warisan budaya bangsa ini dihubungkan dengan hal-hal yang buruk seperti itu.

Apa pun itu tujuan dari sesajen, karena saya juga tidak paham betul apa tujuan mereka yang masih menggunakan sajen, saya masih menganggapnya bahwa itu warisan budaya yang perlu kita lestarikan. Dan saya tidak akan mengaitkannya dengan sudut pandang agama mana pun tentang hal itu. Apa yang saya akan katakan di sini adalah kita tidak perlu meninggalkan warisan budaya tersebut hanya untuk alasan bahwa warisan budaya tersebut dikaitkan dengan tindakan KKN. Toh kita harus tetap yakin pada KPK bahwa mereka yang senantiasa dirongrong oleh kubu-kubu yang tidak ingin mereka ada tetap terus maju dalam upaya pemberantasan KKN di negeri ini demi terciptanya negeri yang bebas dari KKN.

tulisan ini dapat dibaca pula di http://bit.ly/QNOSTl

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun