Mohon tunggu...
Shina
Shina Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar :)

love to be in the middle of nowhere

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"I Want To Die But I Want To Eat Ttoekpokki"

21 Desember 2020   22:45 Diperbarui: 21 Desember 2020   22:48 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai-hai readers. Kalian pernah mendengar 'Self-Love'? Mencintai diri sendiri, ternyata mencintai diri sendiri itu sangat penting loh! 

I want to die but I want to eat Tteokpokki- Karya Baek Se Hee, penulis asal Korea Selatan yang menuangkan pengalamannya dalam sebuah esai.. Saya pribadi mengenal buku ini dari Kim Namjoon (Leader Bangtan Sonyeondan) karena mereka sangat gemar dengan mengkampanyekan #Love Yourself. Buku ini memiliki 236 halaman dan diterbitkan oleh Penerbit Haru.

I want to die but I want to eat Tteokpokki menceritakan tentang sang penulis yang mengidap distimia (depresi berat) dan percapakan sang penulis dengan psikiaternya, buku ini tidak hanya disarankan untuk orang pengdidap depresi saja melainkan untuk semua orang yang sedang ingin atau dalam proses mencintai diri sendiri, beberapa saran yang ditulis dalam buku ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita. Buku ini juga memperlihatkan kita dari sudut pandang seorang penderita distimia, apa yang dirasakannya, faktor yang membuat dirinya merasakan itu dan solusi untuk keluar dari situasi itu. Buku ini juga mengandung istilah-istilah psikolog dan penjelasannya dan mengenalkan ini pada beberapa penyakit psikolog.

"Mereka membentuk diri mereka yang baru secara tidak sadar untuk mengatasi rasa percaya diri yang rendah. Atau bisa juga mereka mengubur sisi diri yang mereka tak sukai dan lebih menonjolkan sisi yang lain. Meskipun mereka bertingkah seolah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mereka juga mudah sekali terluka" (Hal:161)

Sang penulis di diagnosa mengidap kecendrungan obsesi pada penampilan dan penilaian orang lain, dan saya rasa banyak masyarakat zaman sekarang ini, mengingat bahwa teknologi semakin canggih dan perubahan era, membuat mereka merasakan perubahan yang drastis sehingga tidak bisa dikendalikan. 

Percakapan sang penulis dengan psikiater  bagi beberapa orang mungkin terasa sangat membosankan, tapi menurut saya itu membuka pikiran saya mengenai pandangan dari seorang psikiater dan cara menjawab permasalahan yang ditanyakan oleh penulis. 

Maka dari itu, saya merekomendasikan buku ini kepada kalian para readers. Buku ini memiliki buku kedua 'I want to die but I want to eat Tteokpokki 2' yang terbit pada Juni 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun