Sebiduk rindu berlayar menujumu
Lelaki yang membawa seikat mawar dan krisan seputih salju
Dalam rinai hujan akhir September tahun lalu
Rinai yang mengubah puisi menjadi kidung merdu
Dan gemawan tak lagi terlihat kelabu
“Dik, jagalah dirimu...
Aku hanya akan sejenak pergi menuntut ilmu.”
Gemercik hujan menyempurnakan wajah sendu saling membisu
“Tak akan dua tahun, tunggulah aku di tempat pertama dulu kita bertemu
dan untaikan dengan jemarimu kalung bunga untukku.”
Biduk bertambat di dermaga
Menyanyikan lagu cinta dihadapan cakrawala
Bersama ombak, pasir, bukit dan rasa asin yang mengudara
Bersama jingga senja, biru angkasa dan angin tanpa warna
Berharap langit menyatukan kabar berita antara mereka
Ia berjalan dalam cahaya
Bersama biduk yang membawanya ke tepi samudera
Menjemput lelaki yang tetap membawakan untuknya
Seikat bunga dan catatan jiwa
Juga cerita yang tak pernah usai dirangkainya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H