Mohon tunggu...
Salimah Kurniasih
Salimah Kurniasih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dan belajar menulis adalah kegemaran yang darinya aku berharap bisa memberi kemanfaatan. Untukku, dan untuk mereka yang membaca tulisanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebiduk Cinta

12 Maret 2014   20:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebiduk rindu berlayar menujumu

Lelaki yang membawa seikat mawar dan krisan seputih salju

Dalam rinai hujan akhir September tahun lalu

Rinai yang mengubah puisi menjadi kidung merdu

Dan gemawan tak lagi terlihat kelabu

“Dik, jagalah dirimu...

Aku hanya akan sejenak pergi menuntut ilmu.”

Gemercik hujan menyempurnakan wajah sendu saling membisu

“Tak akan dua tahun, tunggulah aku di tempat pertama dulu kita bertemu

dan untaikan dengan jemarimu kalung bunga untukku.”

Biduk bertambat di dermaga

Menyanyikan lagu cinta dihadapan cakrawala

Bersama ombak, pasir, bukit dan rasa asin yang mengudara

Bersama jingga senja, biru angkasa dan angin tanpa warna

Berharap langit menyatukan kabar berita antara mereka

Ia berjalan dalam cahaya

Bersama biduk yang membawanya ke tepi samudera

Menjemput lelaki yang tetap membawakan untuknya

Seikat bunga dan catatan jiwa

Juga cerita yang tak pernah usai dirangkainya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun