Mohon tunggu...
Salimah Kurniasih
Salimah Kurniasih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dan belajar menulis adalah kegemaran yang darinya aku berharap bisa memberi kemanfaatan. Untukku, dan untuk mereka yang membaca tulisanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ia Yang Menangis Tanpa Air Mata

27 Februari 2014   17:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia yang menangis tanpa air mata

Malam sebelum pemilihan kepala desa

Bergejolak batin menyaksikan angkara dunia

Atas laku manusia yang tak semestinya

Akan tetangga yang tak bisa menyuapkan nasi untuk anaknya

Akan kerabat yang yang terbuang saat berobat atas sakitnya

Ia yang menangis tanpa air mata

Garis tercoret mencipta deret tanpa sela

Bersama sorak pendukung kemenangan merebut tahta

Suka cita seketika mengubah tangis muka

Memalih rupa dalam Kurawa

Ia yang menangis tanpa air mata

Sebelas tahun dari hari pertama

Terpilih menjadi kepala desa

Tiba-tiba tanpa duga polisi datang membawa surat negara

Bertanya tentang harta desa yang raib tak berimba

Menyelidik tentang gelembung saldo kertas berharga

Juga tentang mengapa rakyat tetap jauh dari sejahtera

Ia yang kini sendiri tanpa keluarga tanpa saudara

Ia yang tak lagi ada bagi kawan dan kolega

Sengsara

Terpenjara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun