Masa kanak-kanak adalah masa-masa emas di mana segala sesuatu yang terjadi di lingkungan yang dilihat dan dirasakan dapat dengan cepat diserap dan dicontoh oleh anak-anak yang selanjutnya dapat menjadi awal yang baik atau sebaliknya bagi tumbuh kembangnya. Pam Schiller (2006:8) menyatakan bahwa, pengalaman-pengalaman awal berperan besar pada struktur dan kapasitas otak. Kualitas, kuantitas, dan konsistensi rangsangan akan sangat menentukan jumlah sinapsis otak yang terbentuk dan bagaimana sambungan-sambungan itu berfungsi. Hal ini berlaku baik bagi perkembangan kognitif maupun emosional, dan efeknya terasa seumur hidup.
Pentingnya pendidikan usia kanak-kanak, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal yang disadari dengan baik oleh orang tua dan lingkungan di mana anak-anak tersebut berada menjadi aset penting yang harus dipelihara dan diupayakan jalan keluarnya agar tercipta generasi yang cerdas berakhlak mulia. Sebab, pendidikan yang berorientasi hanya pada kecerdasan otak semata adalah bencana, sementara moral tanpa ilmu adalah dusta. Maka selanjutnya pendidikan tidak hanya penting bagi mereka yang tengah bertumbuh dalam masa kanak-kanaknya namun juga bagi para orang dewasa/orang tua itu sendiri agar dapat terus mengembangkan diri dan secara maksimal memberi pendidikan dan pendampingan bagi anak-anaknya
Berangkat dari hal tersebut di atas, pada tanggal 12 Mei 1998 berdiri Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) “Al Ikhlas” desa Karanggedang, kecamatan Sumpiuh, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Gagasan ini berawal dari sebuah pengajian sore untuk anak-anak di kediaman salah seorang warga.Bertambahnya jumlah anak-anak yang ikut mengaji dari waktu ke waktu mencetuskan ide untuk membentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an agar semangat anak-anak dalam belajar Al Qur’an khususnya, dan agama Islam pada umumnya dapat dikelola dengan lebih baik dan terarah.
Terwujudnya generasi Qur’ani yang beriman dan meletakkan dasar-dasar pendidikan Islami sejak dini, memberantas buta huruf Al-Qur’an serta menanamkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari menjadi visi dan misi TPQ “Al-Ikhlas”. Generasi Qur’ani yakni generasi yang mampu dan gemar membaca, mempelajari, memahami Al Qur’an, dan menghayati sekaligus mengamalkanajaran-ajarannya dalam kehidupan sehingga tercipta kehidupan yang seimbang baik dalam hubungan secara vertikal/kepada Tuhan maupun hubungan horisontal/kepada sesama makhluk dan alam semesta.
Kegiatan belajar mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an “Al-Ikhlas” di laksanakan 4 hari dalam seminggu yaitu Senin, Selasa, Kamis, dan Jum’at dari pukul 16.00 WIB – 17.30 WIB. Kegiatan dilaksanakan di dua gedung yang dibangun di atas tanah wakaf seluas 420 km² yang terbagi menjadi 76m² bangunan mushala dan 78m² bangunan kelas. Materi yang diajarkan dirancang dan laksanakan dengan matang agar dapat tercapai tujuan sebagaimana yang diharapkan dengan evalusi pada kala waktu tertentu yakni tri wulan, semester, dan akhir tahun ajaran. Berikut rancangan dasar program pembinaan untuk 1 tahun:
No
Jenis Kegiatan
Waktu Kegiatan
Pembimbing
1.
IQRO’, Ghorib, dan Al-Qur’an
Senin, Selasa
Guru Kelas
2.
Fiqh dan Tarikh
Kamis
Guru Kelas
3.
Aqidah Akhlak
Jum’at
Guru Kelas
4.
Pesantren Kilat
Ramadhan
Guru Kelas, Guru Tamu
5.
Pawai Ta’aruf
Awal Tahun Ajaran
Kepala Sekolah, Guru Kelas
6.
Kerja Bakti
Sebulan sekali pada minggu ke 2
Guru Piket
7.
Bakti Sosial
Menyesuaikan
Kepala Sekolah, Guru Kelas
(Sumber: Bank Data TPQ Al-Ikhlas)
Sebagaimana lazimnya di lingkungan pendidikan kanak-kanak dimana orang tua mengantar dan atau menunggui anak-anaknya yang tengah belajar agar anak merasa nyaman, baik atas inisiatif dari si orang tua atau pun permintaan dari anak itu sendiri, demikian halnya dengan para wali santri TPQ “Al-Ikhlas”. Banyak dari para wali santri, sejauh ini adalah kaum ibu, yang menunggui anak-anaknya hingga jam pelajaran usai.Waktu menunggu menjadi sarana berinteraksi dan bertukar pengalaman antara satu orang tua dengan orang tua lainnya. Namun entah disadari atau tidak, saking asyiknya mengobrol terkadang pembicaraan menjadi melebarkemana-mana yang seharusnya tak perlu, semisal menggunjing, membuka rahasia orang lain dan sebagainya.
Kaum ibu yang dalam Islam digambarkan sebagai madrasah (al ummu madrasatun) bagi anak-anaknya tentu diharapkan mampu sebagai suri tauladan yang baik dalam setiap sikap dan perilakunya. Untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih bermanfaat bagi para wali santri, maka tercetus gagasan untuk mengembangkan Taman Pendidikan Al-Qur’an “Al-Ikhlas” tidak hanya sebagai tempat belajar Al Qur’an namun juga sebagai pusat informasi dan pelatihan ketrampilan.
Taman Pendidikan Al Qur’an sebagai pusat informasi pada rencananya akan diwujudkan dalam bentuk menyediakan area perpustakaan dengan beragam koleksi bahan pustaka yang selanjutnya dikembangkan sebagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dapat dimanfaatkan bukan hanya oleh para santri namun juga oleh masyarakat sekitar. Sekaligus ini adalah sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan minat baca bagi anak-anak dan warga desa. Adapun sebagai tempat pelatihan ketrampilan, Taman Pendidikan Al-Qur’an akan memberdayakan para wali santri dalam mengisi waktu tunggu dan atau warga yang berminat dengan berbagai latihan ketrampilan seperti kuliner, daur ulang barang terbuang, seni kriya dan lain-lain. Tindakan selanjutnya dari kegiatan pengembangan bidang ketrampilan ini adalah menyalurkan hasil kerja tersebut sebagai usaha yang bernilai dan berdampak ekonomi sehingga dapat menjadi tambahan penghasilan bagi warga desa yang mayoritas petani dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan mewujudkan masyarakat yang mandiri.
[caption id="attachment_336360" align="aligncenter" width="500" caption="Wisudawan dan wisudawati berfoto bersama dengan sebagian ustadzah"][/caption]
[caption id="attachment_336359" align="aligncenter" width="500" caption="Pentas gerak dan lagu pada upacara wisuda santri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H