Mohon tunggu...
Shindy Nilasari
Shindy Nilasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih terus belajar untuk membanggakan ortu :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhanku, "Welcome to Boven Digoel"

22 September 2018   20:21 Diperbarui: 22 September 2018   20:58 1841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan rusak Merauke-Boven Digoel. sumber: reportasenews.com

Sesampainya di bandara, kami langsung dijemput oleh teman kantor. Karena baru pertama kali kesini, saya kira kantor kami berada di pusat kota. Ternyata saya salah besar. Kantor kami berada di pinggir kota. Bahkan sinyal untuk menelepon saja susahnya bukan main. Tidak bisa menelepon jika berada di dalam kantor, harus keluar jalan raya dulu baru sinyal muncul. Oh my....

Btw, catatan ini nggak akan menceritakan perihal pekerjaan yah.... Hahaha, kalau itu cukup di kantor saja.

Oh iya, back to the topic. Selama di Boven Digoel saya menginap di Hotel Honai. Lucu kan namanya? Hotel ini termasuk recommended jika kalian berniat melakukan perjalanan di Boven Digoel. Kamarnya bersih, airnya bersih (FYI, air disini terkadang keruh karena efek dari tanah gambut), dapat menu sahur dan juga berbuka (karena perjalanan kami saat Bulan Ramadhan). 

Biayanya kalau nggak salah sekitar 450 ribu/malam. Selama di Boven Digoel kalian tidak perlu khawatir soal kebutuhan hidup, karena disini cukup lengkap. Banyak terdapat kios-kios dan warung makanpun cukup beragam. Hanya saja harganya jelas lebih mahal. Bahkan sangat mahal menurut saya. Untuk seporsi ayam lalapan dan nasi saja harganya 50 ribu/porsi. Haha, yah ada jasa ada harga. Barang-barangnya juga berasal dari Merauke. Ongkos angkutnya saja sudah berapa... Intinya, mahal.

Selama di Boven Digoel, selain melakukan pekerjaan, kami juga sempat diajak melihat patung salah satu pahlawan kemerdekaan yang semasa penjajahan Belanda sempat diasingkan kesini, yaitu Mohammad Hatta. Usut punya usut, ternyata yang diasingkan ke Boven Digoel pada masa itu bukanlah Soekarno, melainkan Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan para tahanan politik lain di kala itu. Lokasi pengasingan Soekarno yang sebenarnya ada di Ende, NTT.

Patung M. Hatta. Sumber: Dok. Shindy Nilasari
Patung M. Hatta. Sumber: Dok. Shindy Nilasari
Selain patung Mohammad Hatta, sebenarnya disini juga ada peninggalan sejarah yang lain, yaitu kamp pengasingan tapol semasa penjajahan Belanda. Hanya saja kami tidak sempat kesana, karena sudah terlalu sore, dan kampnya sudah ditutup.

Selain peninggalan sejarah, ternyata di Boven Digoel juga terdapat sebuah perusahaan sawit besar, PT. Korindo yang bekerja sama dengan perusahaan asal Korea yang berada di wilayah Asiki. Mohon koreksi kalau salah ya... Siapa sangka di pedalaman begini ada perusahaan multinasional. Wohoooo....

Begitu saja catatan kali ini. Semoga bermanfaat. Meskipun endingnya agak gantung, karena sudah ngantuk berat. Heheh, terima kasih sudah membaca. Semoga bisa dijadikan referensi, terutama bagi dedek-dedek S**S yang lagi galau penempatan-takut terdampar ke timur. Well, semoga catatan ini bisa memberikan sedikit gambaran. Bye...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun