Mohon tunggu...
shindi rahayu
shindi rahayu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar seekolah

mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hutanku Dulu Kini dan yang Akan Datang

5 April 2024   14:51 Diperbarui: 5 April 2024   14:58 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 penyu sisik adalah hewan yang terancam punah karena banyak sekali yang memburu hewan tersebut.dalam 30 tahun terakhir penyu sisik mengalami penurunan drastis sekitar 80% akibat banyaknya nelayan yang menangkap ikan dengan tidak sengaja. penyu sisik ini memiliki warna cerah pada bagian kulitnya.mengapa bisa penyu sisik bisa punah? akibat ulah manusia yang memburu dan menangkapnya dan merusak haitatnya karena banyak manusia yang membuang sampah ke laut yang menyebabkan penyu terebut mati karena adanya sampah yang berserakan di laut lepas.penyu sisik juga biasanya hidup di pantai terpencil contonya samudera atlantik atau hindia .populasi penyu sisik  juga terdapat di australia dan kepulaun solomon.

penyu sisik juga harus di lestarikan karena dapat mememngaruhi fungsi laut dan ekosistem laut . ada salah satu faktor penyu terancam punah karena akibat aktivitas manusia yang membuat habitatnya penuh plastik. penyu sisik juga memiliki peranan penting bagi ekosistem laut yaitu memberika kesempatan pada terumbu karang untuk berkoloni dan berumbuh.penyu juga memiliki karakteristik kepala yang memanjang dan rahang yang cuckup besar dan memiliki mulut yang runcing seperti paruh burung.Semua jenis penyu laut di Indonesia telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. 

           penyu ini bertelur setiap 2 tahun sekali  2 kali  dalam satu musim bersarang.pada umumnya penyu bersarang  dalam siklus 3 tahun hingga 4 tahun sekali. populasi penyu saat ini sangat langka dan tidak boleh di buru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun