[caption id="attachment_354220" align="alignnone" width="637" caption="sumber : robymartin.blogspot"][/caption]
Tahun demi tahun berlalu, zaman demi zaman berubah, paham demi paham kembali ke permukaan.
Wajah demi wajah muncul bergantian, kelompok demi kelompok datang dengan sebuah tujuan.
Lembaga demi lembaga juga terjun untuk berperan.
Dan kepentingan demi kepentingan semakin menunjukan eksistensinya.
Kepercayaan yang telah diberikan seakan ternoda untuk beberapa abad.
Tetapi penganut paham tetap pada jalannya.
Zaman ini mungkin telah menjadi zaman edan, begitu yang di bilang oleh tanah jawa.
Namun publik diberikan suatu tontonan yang sangat di rindukan. Terutama generasi penerusnya.
Kata 'lawan' di komando kan terus menerus, kata 'berani' yang memaksanya.
Seperti reinkarnasi sejarah yang sudah di nantikan oleh publik terutama kaum pahamnya.
Melawan suatu kekuasaan absolut yang sulit di kalahkan, dengan berfikir 'kita punya kesempatan'.
Mencabik suatu kepentingan yang sulit di kalahkan, dengan berfikir 'ini tugas kita seharusnya'.
Menghancurkan suatu kelompok yang berkuasa, dengan berfikir 'kita ini benar'.
Memporak-porandakan suatu lembaga yang di salah artikan kewenangannya, dengan berfikir 'ini demi rakyat'.
Dan menghilangkan suatu kecurigaan yang besar untuk negaranya.
Seperti menjadi sosok pahlawan dengan tujuan naif, 'membela kebenaran dan menciptakan keadilan.'
Bertahan lah dengan paham mu, publik menginginkannya.
Tetap lah disitu, publik pun mengertinya.
Biarkan hal itu terus terjadi, sampai publik pasti mengenangnya.
Seperti syair lagu yang di maknai hikmahnya dengan menggunakan hati yang paling dalam.
"Maju tak gentar, membela yang benar."
-Shinada