Mohon tunggu...
Shilla Nurrahmadhani
Shilla Nurrahmadhani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa Kelas XII MIPA 4 SMA Negeri 1 Waled

Hobi menulis, berkepribadian introvert

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perjalanan Menemukan Rumah

7 Maret 2024   21:15 Diperbarui: 7 Maret 2024   21:31 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pernah dengar sebuah kutipan "Carilah tempat dimana kamu dihargai, bukan hanya dibutuhkan"? Sudahkah kamu menemukan tempat itu? Mari kita sebut 'tempat' itu sebagai 'rumah'.

Dalam novel Malioboro at Midnight karya Skysphire menceritakan tentang seorang laki-laki yang menjadi tengah malam baru--tempat ternyaman bagi seorang gadis dari lelahnya keseharian dan kesetiaan yang akhirnya mendapatkan pengkhianatan dari sang pacar yang sedang merintis di luar kota sana.

   "Long distance relationship itu mitos, kuncinya bukan setia, tapi selingkuh atau diselingkuhin." (Hal:32)

Memang berhubungan jarak jauh merupakan ujian tersendiri bagi setiap penempuhnya. Kita tidak jarang melihat banyak kisah dari mereka yang hubungannya kandas karena pertahanannya goyah saat menjalani yang namanya LDR. Di dalam novel ini juga hubungan antara si gadis dan pacarnya yang berada di luar kota berakhir tidak baik. 

   "Aku takut kehilangan kamu, Chard," (Hal:41)

Siapa yang tidak gelisah saat pacar yang sedang merintis karir sebagai penyanyi di ibu kota itu sering dirumorkan dengan wanita lain? Rasa cemburu seperti ini wajar bagi seseorang yang begitu mencintai pasangannya. Sejujur apapun alasan yang diberikan tetap tak membuat hati si gadis lapang sepenuhnya, kekhawatiran itu masih tersisa. Apalagi saat tak ada sedikitpun waktu luang bagi mereka saling tatap melalui panggilan video. Sebagai makhluk yang mengaitkan segalanya dengan perasaan, hanya kata 'maaf' tanpa kata 'cinta' jangan harap pikiran mereka masih baik-baik saja tentang kamu.

   "Let me be your midnight, until the morning comes and you'll go back to him--your daylight." (Hal:131)

Disamping itu ada yang menawarkan diri menjadi sandaran. Disaat tengah malam sibuk memikirkan hal negatif tentang dia yang jauh di sana, ditambah memiliki penglihatan bayangan seram setiap malam. Seiring berjalannya waktu, hati tidak bisa menolak dia yang membuat hari-hari kita menjadi lebih berwarna. Malam yang dulunya ditemani sebatang rokok dapat tergantikan dengan sebatang permen. Yang selalu mendekam di kamar dengan tangisan kini tergantikan dengan obrolan ringan yang panjang. Sampai akhirnya ada alasan dan keberanian pasti yang membuat si gadis memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan dia yang sudah 4 tahun lamanya bersama. 

   "Kamu ngebahayain karier aku! Sera kamu udah kelewatan kali ini..." (Hal:200)

Seorang yang sedang berada di titik bagus kariernya, akan merasa terlena bahkan lupa pada orang yang selama ini mendukungnya sepenuh hati dari dirinya yang bukan apa-apa. Pembelaan yang dilakukan si gadis atas hinaan dari seseorang yang ditujukan untuknya, dia malah menyalahkan perbuatan tersebut, takut hancur karena yang menghinanya itu memiliki kuasa atas kariernya. Saat ini yang terpenting baginya tentu karier, 4 tahun waktu yang dilalui bagai hanya masa yang tak perlu diungkit. Seberapa banyak si gadis mengerti dirinya pun tak pernah diingatnya, pikirnya dia sering mengerti gadisnya? Itu tidak tertangkap sama sekali saat saya membaca buku ini.

   "Aku mau kita putus,"

   "Let's break up, Richard Januarta." (Hal:203)

Sebagai pasangan yang menjalin hubungan 4 tahun lamanya, perubahan sikap yang dirasa pasti begitu banyak setelah hampir satu tahun tidak bertatap muka. Gadis itu, Sera, merasa pacarnya sekarang bukanlah yang dulu selalu ditemaninya bermusik dijalanan Malioboro. Kekecewaan yang besar membuatnya mengambil keputusan tersebut. 

   "You are my home. Kamu tempat ternyaman untuk aku pulang." (Hal:423)

Seseorang di masa lalu kita mungkin hanya 'rumah' semu yang tidak sengaja kita temukan saat sejatinya perjalanan untuk menemukan 'rumah' yang sesungguhnya masih panjang. Meskipun mungkin selanjutnya hubungan kita dengan dia tidak akan menjadi baik, tapi kita belajar kalo kata orang "sama kamu sakit tapi tanpamu lebih sakit" itu salah. Suatu hubungan, dalam hal apapun itu, jika terasa toxic ada dua pilihan; merubah hubungan itu menjadi positif atau memutuskan untuk saling menjauh agar tidak ada yang tersakiti. Dengan begitu kita memiliki peluang besar untuk menemukan 'rumah' milik kita yang sesungguhnya, yang hanya kita boleh menempatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun