Nama ku Shifa Fauziyah, biasa dipanggil Shifa atau cipeh. Aku adalah mahasiswi Institut Pertanian Bogor jurusan biologi yang sebelumnya adalah anak pindahan dari salah satu kampus favorit di Malang yaitu Universitas Brawijaya atau biasa disingkat UB. Aku masuk ke UB lewat jalur SNMPTN dari SMAN 3 Bekasi. Aku memilih UB karena ekspektasiku tentang kota Malang itu sangat indah, enak buat travelling dan cocok serta nyaman sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Dan ternyata ekspektasi ku sesuai dengan realita yang ada loh! Malang benar-benar kota yang sejuk. Kota yang unik. Dan pastinya memiliki keindahan alam yang beranekaragam mulai dari pantai, pegunungan, tempat wisata, dan masih banyak lainnya.
Tahun pertama aku kuliah, aku berfikir harus memperbanyak pengalaman dan relasi, secara aku adalah anak jauh yang bukan berasal dari Malang. Mulai dari situ aku mencoba mendaftar sebagai anggota di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA UB, dan Alhamdulillah aku diterima sebagai anggota kementerian Humas, yeay! Bidang Humas ini aku rasa sangat cocok dengan kemampuan diriku dimana aku merupakan anak yang mudah bergaul, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan aku sangat senang bisa banyak berinteraksi dengan orang-orang diluar BEM. Selama kepengurusan, aku juga diamanahkan sebagai penanggung jawab  acara Mipa Expo. Kegiatan organisasi ini kulakukan dengan sebaik-baiknya dan Alhamdulillah aku sangat senang bisa mendapatkan amanah ini.
Dua semester sudah kulalui dengan rasa puas di hati. Tak cukup dengan menjadi anggota di BEM FMIPA UB, aku pun mencoba mendaftar humas Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) tingkat universitas atau se-UB. Walaupun tidak diterima dibagian humas, tapi aku diterima di bidang advokasi dan diamanahkan sebagai kepala divisi acara Sekolah Advokasi UB. Disini aku merasa tertantang untuk lebih banyak belajar dan mencari tau hal-hal mengenai advokasi yang ada di UB, tentunya hal ini dapat membuat diriku menjadi lebih berkembang.
Beberapa bulan berlalu, ketika diriku sudah semakin nyaman di UB dan DPM UB. Tiba-tiba pada suatu malam ayah mengajakku membicarakan suatu hal yang serius. Ayah memberitahu kepada ku bahwa Ayah dipindah tugas dinasnya  yang tadinya di Malang juga, kembali lagi ke Jakarta. Karena aku anak terakhir dan kakak-kakak ku sudah menikah semua, Ayah meminta kepada ku untuk ikut balik lagi ke Bekasi dan pindah kuliah ke IPB. Sedih, perasaan yang hanya kuraskan saat itu. Saat dimana semua sudah terasa nyaman dan mengasyikkan, teman-teman angkatanku yang juga begitu solid membuatku sangat sedih karena harus berpisah dari mereka, huhuhu.
Setelah semua persyaratan beres, barulah aku mengurus hal-hal yang ada di IPB Â seperti nomer induk mahasiswa untuk medapatkan KTM lagi dan biodata diri serta data-data lainnya. Dan setelah semua itu selesai, resmilah diriku menjadi mahasiswi IPB yang masuk tidak melalui jalur apapun yang disediakan oleh IPB, yaa tentu karena aku kan mahasiswa pindahan, haha.
Cerita pun berubah, ketika diriku ini yang merupakan anak pindahan menjalani kehidupan kampus di IPB. Hidup di Institut ternyata berbeda dengan Universitas dimana pada tahun pertama aku harus tinggal di asrama dan kuliah Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU). Sistem perkuliahan yang ku jalani sebagai anak pindahan pun berbeda karena ada beberapa mata kuliah yang sudah ku ambil di UB, jadi tahun pertama di IPB aku harus mengambil mata kuliah di PPKU dan Departemen Biologi.Â
Memang awalnya cukup membingungkan dan lelah apabila dirasakan. Namun, ketika semua itu dijalani dengan rasa syukur dan sabar, semua itu tidak terasa sama sekali loh. Dan Alhamdulillah juga, kondisi di IPB ini hampir sama nyamannya dengan di UB.
Prinsip menambah pengalaman dan relasi masih tertancap dihati ku walaupun aku sudah berada dikampus yang baru dan berbeda. Tidak menyia-nyiakan waktu, tahun pertama aku mendaftar kepanitiaan besar di FMIPA yaitu acara Pesta Sains Nasional (PSN) 2016 sebagai staf acara. Dari situ aku dapat menemukan banyak teman baru, ruang lingkup baru dan pengalaman baru. Setelah kepanitiaan itu berakhir, semangat ku untuk menambah pengalaman dan relasi malah semakin meningkat dan mencoba mengambil suatu langkah besar yaitu mendaftar sebagai staf BEM KM IPB 2017.
Segala sesuatu asalkan diniatkan dengan baik maka insyaallah akan berbuah baik.
Walaupun aku tidak memiliki pengetahuan dan background apapun dibidang seni dan budaya, tapi Alhamdulillah aku diterima di kementerian tersebut di organisasi pertama yang aku ikuti di IPB. Karena tidak menahu akan apapun dan baru pada bidang ini, membuat ku semakin termotivasi untuk mencari tahu serta totalitas dalam menjalaninya. Partner kerja di BEM KM pun sangat beragam karena masing-masing berasal dari fakultas dan daerah yang berbeda.
Kementerian Seni dan Budaya termasuk kementerian yang banyak diminati karena memiliki program kerja yang mengurusi acara-acara besar yang ada di IPB, diantaranya IPB Art Contest (IAC) dan Gebyar Nusantara (Genus). Kedua acara tersebut sangat membutuhkan perhatian ekstra, persiapannya harus dari jauh hari dan matang. Banyak waktu ku yang harus diluangkan untuk mengurusi hal ini, disisi lain akademik yang aku jalani berupa kuliah dan praktikum yang sangat padat.Â
Disinilah aku merasa tertantang agar bisa lebih baik lagi dalam me-manage waktu yang kumiliki dalam menjalankan organisasi, akademik, serta tentu saja mengurus diri karena bisa saja aku sakit bukan? Pun juga karena ini adalah organisasi pertama yang aku ikuti di IPB, semangat ku sangat membara kurasakan dan terus diri ini haus akan ilmu dan pengalaman sampai pada akhirnya di rapat kabinet terakhir Alhamdulillah aku diumumkan sebagai best staff di kementerian Seni dan Budaya.
Setelah berakhirnya kepengurusan BEM KM IPB 2017, aku merasa bahwa aku menyukai ruang lingkup organisasi ini dan berfikir untuk kembali mendaftar di kepengurusan selanjutnya. Alih-alih mendaftar kembali sebagai staf, malah ternyata aku ditawarkan dan dipercayakan untuk menjadi pimpinan di kementerian Seni dan Budaya BEM KM IPB 2018, Waw!Â
Awalnya aku merasa minder dan kurang percaya diri karena merasa pasti banyak orang yang lebih hebat dan lebih layak untuk menjadi pimpinan. Tapi dilain sisi, disini aku merasa ini adalah kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan karena tentu saja aku pasti bisa jauh lebih belajar banyak, lebih dewasa, dan tentunya dapat lebih bermanfaat bagi orang lain. Dan menjadi seorang pimpinan itu tidaklah mudah, harus lebih bersabar, menjadi pendengar yang baik, bersikap adil dan bijak ke semua staf agar tidak ada kecemburuan sosial diantara mereka.
Awal tahun dimulai dari upgrading pimpinan, pada saat itu semuanya sharing mengenai masalah pribadi dan pengalaman yang sudah didapat, mulai dari situ pula aku belajar memang perlu perbanyak sharing, berbagi ataupun bertukar pikiran agar kita dapat mengurangi masalah yang dimiliki. Keluarga baru dan suasana baru di BEM KM IPB 2018 kabinet Bara Muda.Â
Menurut ku, menjadi orang baru yang belum tahu apa-apa itu bukan merupakan suatu kekurangan, tetapi justru menjadi pembeda dan belajar serta terus berusaha dengan niat baik untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain itu lah yang terpenting. So, jangan pernah lelah untuk mencoba suatu hal dan ubah lelah jadi lillah :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H