Mohon tunggu...
Shifa Rilia Raniawati
Shifa Rilia Raniawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswi jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Penggunaan Aksara Sunda di Era Modern

3 Januari 2025   19:20 Diperbarui: 3 Januari 2025   18:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan bahasa, salah satu contoh kekayaan budaya dan bahasa yang dimiliki oleh Indonesia terdapat pada suku sunda. Sebagian besar bahasa sunda pada umumnya digunakan oleh masyarakat Jawa Barat dan sekitarnya, bahasa sunda memiliki sistem penulisan yang dikenal dengan aksara Sunda. Menurut Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 1996, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat aksara sunda adalah sistem ortografi hasil kreasi masyarakat Jawa Barat yang meliputi aksara dan sistem pengaksaraan untuk menuliskan bahasa Sunda. Aksara sunda berjumlah 32 buah yang terdiri dua jenis (Ahmad Darsa, Undang, Suryani, 2021). Pertama aksara swara yang terdiri dari 7 huruf vokal seperti a, e, i, o, u, e, dan eu, jenis kedua aksara ngalagena yang berjumlah 25 huruf konsosan seperti ka-ga-nga, ca-ja-nya, ta-da-na, pa-ba-ma, ya-ra-la, wa-sa-ha, fa-va-ga-xa-za, kha-sya. Untuk membantu pembacaan, aksara Sunda juga memiliki tanda vokalisasi yang disebut rarangken. Tanda ini digunakan untuk mengubah, menambah, atau menghilangkan bunyi vokal pada huruf dasar. Ada 13 jenis rarangken yang ditempatkan di atas, di bawah, atau sejajar dengan huruf dasar.

Di era perkembangan teknologi dan globalisasi penggunaan aksara sunda di masyarakat khususnya daerah Jawa Barat semakin menurun. Hal ini dikarenakan masyarakat terpapar budaya luar melalui teknologi maupun media sosial sehingga seiring perkembangan waktu pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan budaya khususnya aksara Sunda mulai terkikis. Maka dari itu perlu dihadirkan sebuah terobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu contohnya dengan memadukan aksara Sunda dengan unsur modern atau mengimplementasikan penggunaan aksara Sunda pada lingkungan sekitar.

SEJARAH AKSARA SUNDA 

Aksara sunda merupakan salah satu warisan budaya asli masyarakat sunda oleh masyarakat Jawa Barat. Pada awal kemunculannya aksara Sunda menjadi salah satu sistem tulisan tradisional di Indonesia yang telah ada sejak zaman Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 Masehi. Awalnya, aksara ini banyak dipengaruhi oleh sistem tulisan dari India, seperti Pallawa dan Nagari, yang dibawa masuk melalui jalur perdagangan dan agama. Pada abad ke-14 hingga ke-16, aksara ini berkembang pesat di wilayah Kerajaan Sunda (Pakuan Pajajaran-Galuh) dan digunakan dalam berbagai prasasti, piagam, serta naskah kuno. Beberapa prasasti penting yang menggunakan aksara Sunda adalah prasasti Kawali, Batutulis, dan Kebantenan. Prasasti tersebut memberi gambaran mengenai model aksara Sunda Kuno yang paling awal (Mulyanto, 2017).

PENGGUNAAN AKSARA SUNDA 

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa aksara sunda sebagai salah satu warisan budaya dari masyarakat sunda. Memiliki peranan penting dalam pelestarian identitas dan tradisi lokal. Di era saat ini, penggunaan aksara sunda sudah mulai jarang digunakan menjadikan orang-orang di Jawa Barat ada yang tidak mengenal aksara sunda ini.

Dalam upaya melestarikan aksara sunda pastinya diperlukan orang yang memberi pengaruh besar untuk informasi tentang aksara sunda itu sampai kepada masyarakat. Pemerintah Jawa Barat sendiri yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) mendorong penggunaan atau menyertakan aksara sunda pada nama jalan-jalan di seluruh kota provinsi Jawa Barat. 

Penggunaan aksara sunda pada nama jalan di berbagai daerah di Jawa Barat merupakan langkah yang bisa diambil untuk mensosialisasikan masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya dan bahasa daerah. Penggunaan aksara sunda pada nama jalan ini bukan hanya sekadar simbol, namun juga mencerminkan upaya untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya sunda yang mungkin terlupakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dan mengenal aksara yang merupakan bagian dari warisan.

Salah satu contoh dari penggunaan aksara sunda adalah di Kota Bandung, beberapa nama jalan utama sudah diberi nama dalam aksara sunda. Misalnya, Jalan Braga yang ditulis menggunakan aksara sunda sebagai " ". Hal ini memberi pengaruh besar untuk melestarikan aksara sunda.

Pemilihan tempat pun sangat strategis karena ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan aksara sunda kepada wisatawan yang datang, sehingga mereka dapat lebih menghargai kearifan budaya lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun