Mohon tunggu...
Shifana Maulidya
Shifana Maulidya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk lebih bahagia

Social Worker With Disability

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Perkara Bertahan pada yang Terbaik

16 Agustus 2020   13:47 Diperbarui: 16 Agustus 2020   18:57 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali seperti yang disebut-sebut orang, pilihan yang dibuat tiap manusia memiliki alasan masing-masing. Sebagian besar pilihan diambil karena dinilai menguntungkan. Sebagian besar. Bukan semua. Baik menguntungkan secara materil, atau mungkin saja ada jabatan dan kehormatan yang sedang dikejar.

Apalagi memasuki bangku kuliah. Persaingan (bagi yang menganggap kuliah adalah persaingan) semakin ketat. Sulit membaca medan. Karena mahasiswa yang berbaur di kampus, berasal dari berbagai belahan wilayah yang standar kemampuannya berbeda-beda. 

Mengejar IPK bahkan peringkat, menjadi hal yang sangat wajar dan normal. Karena membanggakan orang tua dan diri sendiri adalah cita-cita yang nyaris mutlak untuk bisa dicapai.

Idealnya demikian. Tapi entah mengapa hal yang berbeda terjadi pada saya. Orang Jawa yang tiba-tiba jatuh cinta dengan kebudayaan Sunda, berawal dari kesenian dan bahasanya. Memilih kuliah di Bandung adalah keputusan yang tidak pernah saya sesali sampai detik ini. 

Meski alasannya adalah ingin mempelajari dan mencoba hidup dengan kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda. Membaur dengan kawan-kawan dari latar belakang budaya yang berbeda dan bisa bersatu mempelajari kebudayaan priangan, menjadi poin utama yang bisa menguatkan saya pada pilihan jurusan dan kampus yang saya jalani dan menyelesaikannya sampai tuntas.

Jangan bosan jika saya sering kali (bahkan selalu) menyebut Garnida -Sanggar Seni Sunda- dalam setiap perjalanan hidup saya sebagai salah satu bagian yang banyak berperan. 

Bahkan, hingga kini menjelang dua tahun lulus dari bangku perkuliahan, Garnida masih selalu dan tetap menjadi bagian penting yang saya perhatikan. 

Mungkin orang-orang bingung dengan betapa terhipnotisnya saya kepadanya. Hingga rela memberi perhatian lebih, tetap memonitor berjalannya organisasi, tetap berusaha dekat dengan akang-teteh dan adik-adik anggotanya dari angkatan satu sampai kini akan menjelang ke angkatan tiga puluh dua (tahun 1988-2020).

Seseorang pernah berkata, semua hal harus berasal dari hati yang ikhlas. Termasuk memilih Garnida. Ketika kita sudah meminang Garnida menjadi bagian dari hidup kita, selain menikmati kebahagiaannya, kita juga harus siap dengan segala resikonya.

Benar, memang. Lelahnya proses, dinamika organisasinya, sumber daya manusianya yang tidak selalu seperti apa yang diinginkan, dan banyak hal-hal lainnya. Itu semua selalu terjadi pada masanya, pada siklusnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun