Mohon tunggu...
Shifana Maulidya
Shifana Maulidya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk lebih bahagia

Social Worker With Disability

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Yang Tersisa Nanti

2 Juli 2020   12:52 Diperbarui: 2 Juli 2020   12:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rona merekah mentari dan nafas pagi

Terimakasih, Tuhan. Kau beri aku nyawa pagi ini

Meski mungkin kau kecewa,

Banyak hal tak berubah dan tetap sama

Bahkan mungkin, tercekat lidahku berulang kali,

Saat aku coba menjauh dari masa lampau melalui kata.

Apa yang menyedihkan saat diingat benak?

Pun dibayang kecewa sungguh berat dirasakan?

Teman pergi satu demi satu beranjak

Kawan berhambur, menjejak masing-masing jalan

Tapi memang begitu kata manusia.

Makin dewasa mungkin makin sunyi hidupnya.

Namun, ada satu yang tak pernah ku ikhlas.

Yang dulu hangat dan dekat, kini senyumpun tak berbalas.

-Enchip-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun