Mohon tunggu...
Shifana Maulidya
Shifana Maulidya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk lebih bahagia

Social Worker With Disability

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kacu

10 April 2020   22:06 Diperbarui: 10 April 2020   22:15 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilistrasi Kacu/Sapu Tangan (Sumber: Lovepik)

Satu manusia dengan lainnnya

Harusnya selayak ransum hangat yang penuh cinta

Saling melengkapi meski sederhana

Dibagi rata, satu-persatu ke sudut meja

Bukan kacu yang hanya terselip di saku

Dicari saat sepasang mata mulai basah

Digenggam erat hanya beberapa waktu

Lalu diasingkan saat sepasang mata itu mulai cerah

Betapapun kacu itu penuh motif bunga yang indah

Betapapun penuh wangi parfum yang mewah

Betapapun,

Sepotong kacu mampu menyeka air mata

Kacu, tetaplah kacu

Yang tetap terasing saat terdengar  tawa renyah

Dan terlupa saat bahagia nyaris membuncah

Tapi

Dicari saat berurusan dengan duka, susah, dan air mata.

Jadi,

Manusia bukan kacu.

Sebenarnya, bukan pula seperti ransum.

Lalu, kau tahu apa yang salah?

10 April 2020

21.54 WIB

Enchip

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun