Tapi, bukankah selalu ada rasa yang sulit dijelaskan saat kita berbuat baik? Selalu ada rasa bahagia saat melihat senyum teman yang baru saja usai berbagi kisah rapuhnya dengan kita? Selalu ada rasa hangat saat peluk kita bisa meredakan tangis seseorang? Selalu ada bahagia seakan ada satu bunga cantik mekar di dada tiap kita bisa menjadi orang yang berperan untuk bahagianya orang lain?
Memang, ego kita kadang merenggut sisi manusia kita itu sendiri. Saat kondisi lelah, saat kondisi terpuruk. Tapi, terlalu banyak senyuman indah yang sayang untuk kita lewatkan. Dari orang- orang di sekitar kita, dari teman- teman terdekat, dari keluarga, bahkan kadang dari orang- orang tak terduga.Â
Memang, seringkali mereka tidak selalu ada. Alasannya? sama. Sama seperti kita yang sesekali lelah dengan kehidupan ini.
Tapi, yakinlah, mereka yang terbaik akan selalu kembali. Bukan karena merasa harus membayar daftar pamrih yang mereka dapat darimu. Bukan karena ingin mengambil kebaikan yang mereka tebar padamu.
Tapi karena merasa, bahwa jiwa mereka juga kembali terisi saat berbuat kebaikan. Sekecil apapun.Â
Jadi, masihkah kita tanpa sengaja membuat daftar pamrih saat berbuat baik untuk orang lain?
3 April 2020
Enchip
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H