Kabar gembira untuk para pecinta makanan terutama jajanan tradisonal yang rindu dengan suasana tempo dulu. Pasar Papringan Temanggung sekarang sudah dibuka kembali setelah dua tahun hiatus sebab pandemi Covid-19. Pasar ini kembali bangkit dan mulai kembali dibuka sejak Minggu 6 februari 2022 lalu. Antusiasme pengunjung membuat pasar ini menjadi ramai bahkan mencapai ratusan orang pada minggu kedua pembukaan Pasar Papringan ini kembali. Orang-orang yang mengunjungi pasar ini tidak hanya masyarakat lokal yang tinggal di wilayah Temanggung saja, tetapi pengunjung dari luar kota bahkan turis mancanegara juga ikut meramaikan dilihat dari plat angka kendaraan di lokasi parkir yang berasal dari luar daerah. Namun anda tidak perlu khawatir sebab sebelum masuk ke Pasar Papringan ini pengunjung diwajibkan untuk cek suhu dan cuci tangan terlebih dahulu serta memindai barcode dari aplikasi Peduli Lindungi..
Mengutip dari website radarsemarang.id ketua pendamping Pasar Papringan mengungkapkan bagaimana respon masyarakat yang sangat bagus. "Kita soft opening 6 Februari kemarin setelah 2 tahun tidak buka dan ternyata respon rakyat juga sangat bagus sehingga pasar jadi ramai," kata ketua Pendamping Pasar Papringan Yudi Setyawan pada Minggu 27 Februari lalu.
Area kebun bambu atau acapkali disebut sebagai "papringan" dengan luas kurang lebih 2.500 meter persegi ini berlokasi di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasar Papringan mempunyai suasana pagi yang cerah serta segar sebab angin yang bertiup serta sinar matahari yang tidak terlalu terik membuat pengunjung merasakan nyaman dan damai. Pasar ini dibuka setiap hari Minggu Pon dan Minggu Wage sesuai dengan pasaran jawa. Pasar Papringan dibuka dari jam 06.00 hingga 12.00 WIB.
Ada lebih dari 50 lapak penjual yang terdapat di Pasar Papringan ini. Lapak seperti penjual kuliner tradisional, hasil pertanian, kerajinan tangan kreasi warga setempat, bahkan binatang ternak pun juga dapat anda temui di pasar ini. Keunikan lain dari pasar ini yaitu menggunakan uang yang terbuat dari bambu serta sudah dicap khusus oleh pihak pengelola yang disebut dengan "pring". Satu keping "pring" tersebut senilai Rp 2.000,-.Â
Kisaran harga produk yang dijual disana juga relatif murah. Seperti makanan ringan yang seharga 1-2 pring, makanan berat yaitu 2-7 pring, minuman 2-9 pring, kerajinan 2-15 pring, serta hasil tani sekitar 1-6 pring saja.
dengan adanya Pasar Papringan ini, para penjual yang merupakan masyarakat setempat bisa menambah penghasilan dengan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan disana . salah satu pedagang yang saya wawancarai mengatakan bahwa hasil penjualan di Pasar Papringan bisa mencapai lebih dari Rp 500.000,-.
Terdapat banyak kegiatan yang dapat anda lakukan ketika sedang berkunjung ke Pasar Papringan ini. Misalnya seperti duduk-duduk sembari menikmati makanan tradisional disana seperti nasi jagung, nasi megono, soto ayam kampung, jajanan tradisional seperti tiwul, gemblong, klepon ubi ungu atau hanya sekedar meminum kopi maupun teh hangat dengan suasana pagi yang segar dan cerah.
Ada juga yang hanya duduk dibawah rimbunnya rumpun bambu sembari mengobrol serta melihat hiburan berupa pertunjukan seni gamelan. Selain itu pasar ini juga cukup instragamable sehingga anda bisa berfoto di beberapa spot yang menarik.
Salah satu pengunjung yang dari berasal luar wilayah Temanggung mengatakan kekagumannya perihal pasar ini. "saya pertama kali mengetahui pasar ini dari postingan di Instagram, jadi saya merasa penasaran kemudian kesini dan ternyata memang disini suasana nya bikin nostalgia sekali karena konsep pasarnya memakai suasana tempo dulu seperti ini" ungkap Tyas (22) seorang pengunjung yang berasal dari Yogyakarta.
Fasilitas yang disediakan disini juga cukup lengkap. Pasar Papringan menyediakan tempat mencuci tangan, tempat penukaran uang, tempat mencuci piring untuk pedagang, area merokok, toilet, bangku yang cukup banyak, tempat meletakkan alat makan kotor, bahkan tempat khusus ibu untuk menyusui.
Pasar Papringan dibentuk serta dikelola oleh sekelompok anak muda Dusun Ngadiprono yang tergabung pada Komunitas Mata Air, sebuah komunitas yang peduli pada upaya konservasi lingkungan. tetapi mereka tidak sendiri dalam upaya perlindungan rumpun bambu, mereka menerima donasi dan pendampingan dari pihak lain.Â
Ide dasar gelaran Pasar Papringan ini ialah upaya untuk menghidupkan masa depan dalam masa lalu. Papringan ada dalam masa lalu masyarakat desa yang saat ini sudah hampir ditinggalkan. daerah yang semula dianggap kotor, bahkan membuat masyarakat merasa malu memilikinya. Pihaknya bertekad menemukan masa depan pada masa lalu tersebut.
Imam Abdul Rofiq, koordinator Komunitas Mata Air, mengatakan, para pemuda desanya yang merubah area pembuangan sampah itu dengan menata kebun bambu menjadi Pasar Papringan guna mengkonservasi rumpun bambu sekaligus menghidupkan wisata di desanya. "Barang kerajinan, sayuran, kuliner serta minuman yang dijual di Pasar Papringan telah melalui proses seleksi, sehingga terjamin kualitasnya," kata Imam.Â
Pembeli yang datang dan akan berbelanja harus menukar uangnya dengan uang pring atau uang yang terbuat dari bambu. Pengunjung juga tidak diperbolehkan memakai bungkus yang terbuat dari plastik untuk barang-barang serta makanan yang dibelinya. Maka dari itu, pihak panitia menyediakan keranjang dan besek atau wadah berbentuk kotak yang terbuat dari anyaman bambu.
Tips bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Pasar Papringan ini adalah sebagai berikut:
- Melihat tanggal pasaran jawa terlebih dahulu
- Menggunakan masker untuk menerapkan protokol kesehatan
- Menyiapkan kamera untuk berfoto
- Tetap menjaga kebersihan ketika berkunjung ke Pasar Papringan
- Mengajak keluarga, teman, saudara untuk liburan unik di pasar ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H