Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (nuclear family), serta keluarga besar (extended family). Dalam sosiologi, sering kali ada perbedaan antara keluarga yang berorientasi pada ikatan darah, di mana hubungan seseorang dengan orang tua dianggap lebih signifikan dibandingkan hubungan dengan pasangan. atau pasangan dan keluarga dengan menekankan pada pentingnya hubungan pernikahan (antara suami dan istri), koneksi dengan pasangan cenderung dianggap lebih penting dibandingkan hubungan dengan orang tua
Koneksi yang menghubungkan suami dan istri dalam pernikahan seringkali lemah dan bahkan bisa putus sehingga mengakibatkan perpisahan atau bahkan perceraian. Ketika perceraian terjadi, secara otomatis fungsi keluarga akan mengalami gangguan dan baik pihak yang bercerai maupun anak-anak harus beradaptasi dengan situasi baru. Meningkatnya angka perceraian dalam masyarakat juga membawa cara hidup khas bagi keluarga bercerai, misalnya hidup sendiri sebagai janda atau duda, adanya anak yang harus tinggal dengan hanya satu orang tua, dan bahkan mungkin hidup terpisah dari saudara kandung sendiri.
Kasus perceraian sering dianggap sebagai suatu peristiwa tersendiri dan menegangkan dalam kehidupan keluarga, tetapi yang perlu direnungkan dalam kasus ini adalah akibat dan pengaruh yang ditimbulkan pada diri anak khususnya dalam hal penyesuaian diri. Banyak analisis sosial menunjukan adanya persamaan antara penyesuaian diri baik cerai yang sebabkan oleh kematian maupun perceraian hidup. Pengalaman universal yang dialami pada perceraian kematian maupun yang bercerai hidup adalah penghentian kepuasan seksual, hilangnya persahabatan atau kasih sayang dan rasa aman, hilangnya model peranan orang dewasa untuk diikuti anak, penambahan dalam beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan terutama dalam menangani anak, penambahan persoalan ekonomi terutama. jika suami meninggal atau pergi dari rumah, maka tanggung jawab dan pembagian tugas rumah tangga harus diatur kembali sebagai orang tua tunggal. Pengasuhan orang tua tunggal merupakan salah satu fenomena di era modern saat ini. Fenomena ini menghadirkan berbagai masalah spesifik, karena hanya ada satu orang tua yang mendidik dan sosialisasi anak.
Sebagai salah satu lembaga sosial selain lembaga agama keluarga berkembang dalam masyarakat yang selanjutnya termasuk dalam kategori struktursosial. Sebagai sebuah struktur sosial, lembaga-lembaga lainbergantung pada keberadaan Lembaga keluarga. Perilaku keseluruhan individu akan lebih mudah dipahami dengan menggunakan pendekatan keluarganya. Ketidakberhasilan keluarga dalam mengelola perilaku anggotanya akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan masyarakat secara efektif. Sosiologi meneliti masyarakat dengan memperhatikan interaksi manusia yang berlangsung dalam masyarakat tersebut. Sosiologi keluarga memiliki fokus kajian pada mempelajari perilaku anggotakeluarga serta hubungan dan efek yang muncul dari perilaku tersebut. Dengan demikian, objek kajian sosiologi keluarga dalam menganalisis keluarga dapat dibatasi pada empat aspek sebagai berikut
1. Pola hubungan dalam keluarga
Pola dapat diartikan secara langsung sebagai metode, sistem, dan cara kerja. Dalam konteks sosiologi, hubungan didefinisikan sebagai interaksi sosial. Pola hubungan dalam keluarga, yang menjadi salah satu fokus studi sosiologi keluarga, merujuk pada bentuk atau cara yang diterapkan oleh anggota keluarga untuk. berinteraksi satu sama lain. Pola hubungan di dalam keluarga mengikuti pola interaksi individu saat berinteraksi, yang dalam interaksi tersebut dibagi menjadi dua, yaitu hubungan yang mengarah padaterbentuknya kerjasama atau pergerakan menuju kesatuan (asosiatif) dan hubungan atau interaksi yang mengarah pada munculnya perpecahan atau konflik (disosiatif). Interaksi antar anggota keluarga mengarah pada kedua pola tersebut, interaksi yang mengarah pada kesatuan dalam bentuk kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang berfokus pada kesatuan dalam keluarga contohnya: saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, anak membantu orangtua membersihkan rumah, dan orangtua membantu anak menyelesaikan tugas sekolahnya.
2. Sistem keluarga Keluarga
 Sebuah system terkecil yang ada dalam masyarakat yang merupakan agen sosialisasi primer untuk mengenalkan nilai, norma aturan dan adat yang diterapkan dalam keluarga. System keluarga merupakan proses yang dilakukan untuk membentuk keluarga yaitu sistem pelamaran dan perkawinan, hak suami, istri dan anak, pendidikan dan pengasuhan anak, perceraian, pengaturan harta warisan. Setiap keluarga memiliki pola atau cara yang berbeda dalam mengatur sistem tersebut. Misalnya adat meminang atau melamar berbeda antara adat Sulawesi selatan dengan padang.
3. Pola-Pola keluarga
Pola-pola keluarga yang menjadi fokus eksplorasi sosiologi dalam usaha memahami kehidupan keluarga terkait dengan jumlah anggota; struktur keluarga, kegiatan keluarga, dan prinsip prinsip yang ada dalam keluarga. Semakin banyak anggota keluarga, maka semakin besar pula dinamika interaksi yang muncul di dalamnya. Keluarga merupakan lembaga sosial terkecil yang menjadi representasi dari masyarakat. Di dalam keluarga akan terjadi sosialisasi
nilai-nilai yang dipegang, baik buruknya keluarga akan sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak.
Keluarga memainkan peranan krusial dalam proses sosialisasi anak. Dari sudut pandang sosiologi, tanggung jawab orang tua sebagai pengatur dalam keluarga adalah bagian dari peran sosial mereka. Hal ini sangat penting dalam usaha untuk membentuk karakter anak agar diterima dan tidak mengembangkan sikap serta perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial di sekitarnya.
Pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga dengan baik akan memberikan dampak positif bagi perkembangan individu di dalamnya, dan selanjutnya akan berkontribusi pada masyarakat sekitar. Keluarga memiliki fungsi-fungsi utama yang sulit diubah atau digantikan oleh pihak lain, sedangkan fungsi sosial lainnya cenderung lebih mudah mengalami perubahan.
Komunikasi Keluarga
Komunikasi memiliki peranan yang amat krusial, khususnya dalam konteks keluarga. Setiap individu dalam keluarga harus saling memahami agar komunikasi yang positif dapat terwujud. Ketika seorang pembicara melakukan komunikasi dengan lawan bicaranya dengan cara yang baik, mereka menyampaikan pesan, informasi dan Komunikasi bisa dianggap sebagai tulus dan efektif apabila pesan atau informasi yang disampaikan diterima dengan baik. Berdasarkan pendapat Fiese & Winter dalam, dalam lingkungan keluarga, komunikasi berfungsi sebagai sarana untuk sosialisasi, pendidikan, serta perkembangan kognitif dan emosional bagi anak-anak. Bahkan saat yang berkomunikasi adalah orang tua dan anak, ketika dua orang atau lebih memiliki pandangan yang berbeda, mereka sebenarnya tidak setuju bersama-sama mencapai tujuan dengan   mengekspresikan  karakteristik unik mereka dan menampilkan diri mereka sendiri, yang berbeda dari orang lain. Untuk memastikan bahwa anggota keluarga yang mendengarkan dapat memahami apa yang diungkapkan dengan akurat dan menyeluruh. Anggota keluarga, baik orang tua maupun anak-anak, harus mengedepankan tujuan dan substansi pesan saat berkomunikasi. Umpan balik pun harus diarahkan dengan jelas untuk menghindari kesalahpahaman. Menghormati orang tua mereka, di atas individu lainnya dalam keluarga, serta merasa dihargai dalam kehidupan keluarga. Pada dasarnya, ini adalah cara berkomunikasi yang bersifat demokratis. Hubungan antarpribadi dapat diperkuat dan pemahaman untuk mempertahankan ikatan kekeluargaan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, yang mencakup harmonisasi, kebahagiaan, dan kesehatan, komunikasi sangatlah vital
Peranan Penting Keluarga Keluarga memiliki peranan sangat signifikan dalam pendidikan anak karena melalui merekalah semua norma dan nilai sosial ditanamkan. Nilai-nilai tersebut diwariskan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka dari generasi ke generasi. Dari para orang tua kepada anak-anak di seluruh generasi mendatang. Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, keluarga memiliki peranan yang krusial. Keluarga bertanggung jawab untuk menanamkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai moral yang kokoh kepada anak-anak mereka. anak-anak untuk mengembangkan dasar yang kuat dalam membuat pilihan yang bijak dalam kehidupan dengan memberi contoh dan menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan penghormatan kepada orang lain. Juga menyatakan bahwa perilaku dan moralitas anak-anak sangat dipengaruhi oleh tindakan orang tua mereka. Dengan menanamkan prinsip-prinsip moral dan kebajikan kepada anak-anak, orang tua dapat memberikan pengaruh yang positif bagi keturunan mereka. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan karakter dan kepribadian anak. Selain itu, orang tua juga perlu mengawasi aktivitas anak-anak mereka dan memastikan bahwa mereka terlibat dalam kegiatan yang bernilai positif. Secara khusus, keluarga berfungsi sebagai mekanisme untuk menjaga kestabilan kepribadian dan memenuhi kebutuhan psikologis setiap anggota keluarga. Efektivitas pendidikan karakter dipengaruhi oleh keluarga karena anak-anak cenderung meniru orang tua dan anggota keluarga yang lain. Orang tua yang baik menghasilkan anak-anak yang baik, dan orang tua yang kurang baik cenderung membesarkan anak-anak yang tidak baik juga. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki peran yang sangat esensial dalam pendidikan anak, di mana nilai-nilai moral dan. perilaku ditransmisikan dari generasi ke generasi. Keterlibatan orang tua dalam menanamkan prinsip-prinsip serta memantau aktivitas anak-anaknya sangat berpengaruh pada perkembangan karakter anak demikian, keluarga tidak hanya berkontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga berfungsi sebagai proses untuk menjaga stabilitas kepribadian dan memenuhi kebutuhan psikologis dari setiap anggota keluarga.
Jadi bisa disimpulkan bahwa, satu keluarga terdiri dari individu-individu yang punya ikatan secara hukum, emosional, atau biologis. Konsep keluarga, yang umumnya dipahami sebagai hubungan antara orang tua dan anak-anak mereka, dipengaruhi oleh berbagai konteks sosial dan tradisi budaya. Unsur biologis, emosional, dan sosialisasi dari keluarga adalah faktor yang krusial bagi perkembangan individu dan masyarakat.
 Keluarga muncul dalam berbagaiuntuk menjaga keharmonisan serta kesejahteraan dalam keluarga memerlukan komunikasi yang efektif. sangat berperan penting dalam pendidikan anak karena keluarga mentransmisikan prinsip dan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di sisi lain, interaksi bebas antar personal tanpa kewajiban moral atau batasan dapat berakibat negatif, terutama bagi generasi muda. Tekanan dari teman sebaya, dampak dari media sosial, lingkungan, dan kurangnya pengawasan orang tua adalah beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya interaksi bebas. Keluarga memainkan peran penting dalam melawan interaksi bebas karena mereka menetapkan batasan yang jelas, mengawasi aktivitas anak-anak mereka di luar rumah, memantau pendidikan seksual mereka, memberikan mereka waktu dan bantuan yang memadai, serta menawarkan dukungan dan arahan yang tepat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H