Mohon tunggu...
Humaniora

Balada Zaman Krisis Teologi Al-Alaq

9 Januari 2018   14:48 Diperbarui: 9 Januari 2018   15:11 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih jelas lagi ketika lebih dalam lagi menafsirkan surah Al-Alaq, seperti halnya Hamka menafsirkan ayat pertama Iqra' membaca merupakan langkah untuk membuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama.Ayat kedua khalaqol insaana min 'alaaq, menciptakan manusia dari segumpal darah yang merupakan hakikat manusia itu sendiri.

Ayat ketiga Iqra' wa rabbukal akram." Membacalah, dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia" , mengulang perintah untuk membaca.Ayat keempat, Alladzi 'Allama bil Qalam, Yang Mengajarkan Manusia dengan Pena. Bagaikan pil penstimulan kita untuk menulis sebagai agenda setalah membaca.Ayat kelima adalah pelenkap budaya literaasi dan semangat intelektualitas, 'Allamal Insaana Maa Lam Ya'lam, mengajarkan manusia apa-apa yang tak diketahuinya. Dapat kita realisasikan dalam wujud diskusi,seminar, maupun forum lainya.

Urgensi teologi Al-Alaq dapat memberikan cahaya agar kita kembali ganteng dan cantik dalam budaya literasi dan semangat intelektulitas. Tak terjebak dalam arus licin fanatisme media dengan tidak memakan mentah suatu informasi dan tak mendebat hal yang tak harus di debat walau keliatan jos gandos. Toh kita bukan kaum sophis yang menurut Phytagoras yang dengan hujah-hujahnya mengalahkan lawan debatnya, layaknya kaum cendekiawan namun tak cerdas.

Kembali dan berhijrah ke Teologi Al-Alaq adalah kunci jawaban yang tidak usah bayar mahal-mahal layaknya kunci jawaban UN. Untuk membuka cakrawala peradaban. Tanhawna 'anil munkar, atau suatu liberasi dari pemikiran KH Ahmad Dahlan yaitu tiga pilar (schooling, healing, dan feeding) pengenjawantahan dari teologi Al-Ma'un tidak bisa hanya sebatas individu harushlah dalam bentuk kolektif. 

Sama halnya dengan Teologi Al-Alaq harus dibudayakan secara kolektif, membaca adalah sebuah kewajiban untuk membuka cakrawala, menulis adalah usaha mempertahankan ke intelektualitas bukan pamer namun untuk mengerakan sesama, dan diskusi adalah sarana bertukar pikiran apa-apa yang mungkin dirimu belum tau,bisa tau dari diriku.  Saling melengkapi begitulah.

Teringat dan mengutip judul dari cerpen Seno Gumiro Ajidarma "Darah Itu Merah, Jendral", sedikit memaksakan siapa tau bisa dan enak dibaca. " Ayo Berliterasi, Bung Nona."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun