Pada masa kini, manusia dituntut memiliki kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan era globalisasi, dimana perubahan dan perkembangan terjadi begitu cepat. Kemampuan-kemampuan ini lebih dikenal sebagai keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki individu untuk bertahan dan berkembang di era modern yang ditandai dengan perubahan yang cepat dan perkembangan teknologi yang signifikan. Menurut Hasan (2018), keterampilan abad 21 terdiri dari kemampuan berpikir, kemampuan bekerjasama dan kemampuan bersikap (management of feeling). Kemampuan berpikir meliputi kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity) dan pemecahan masalah (problem solving). Sedangkan kemampuan bekerjasama terdiri dari komunikasi (communication) dan kolaborasi (collaboration). Kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan untuk menghadapi tantangan kompleks di dunia global yang dinamis.
Salah satu upaya untuk mengembangkan keterampilan abad 21 adalah melalui pengembangan pendidikan. Pendidikan pada masa ini harus disesuaikan dengan kebutuhan abad 21. Salah satu caranya adalah mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan. Integrasi teknologi dalam pendidikan sudah dilakukan pada masa ini baik dalam administrasi, komunikasi dan informasi, proses pembelajaran dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran, teknologi digunakan dalam berbagai hal diantaranya proses belajar mengajar, asesmen dan lain-lain. Integrasi teknologi ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang memiliki kemahiran dalam menggunakan teknologi komunikasi dan informasi yang banyak digunakan dalam setiap bidang profesi saat ini. Selain itu, penggunaan teknologi dalam pendidikan bertujuan untuk mempermudah proses pembelajaran.
Salah satu contoh pembelajaran yang dituntut untuk berkembang adalah pembelajaran sejarah. Menurut Sapriya (2012), pembelajaran sejarah adalah disiplin ilmu yang mempelajari asal-usul dan perkembangan suatu masyarakat serta peranannya di masa lalu, dengan tujuan memberikan nilai-nilai kearifan. Pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada pemahaman peristiwa masa lalu, tetapi juga bertujuan meningkatkan kecerdasan dan membentuk karakter peserta didik. Dengan demikian, sejarah berfungsi sebagai sarana edukatif untuk mengembangkan wawasan intelektual sekaligus moral, sehingga mampu memberikan kontribusi dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Meskipun demikian, pembelajaran sejarah saat ini dinilai sebagai pembelajaran yang membosankan dan akhirnya kurang diminati karena masyarakat saat ini lebih tertarik kepada pembelajaran sains dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran sejarah harus menunjang keterampilan abad 21.Â
Menurut Hamid Hasan (2019), pembelajaran sejarah harus bertransformasi untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi dinamika kehidupan abad 21. Tiga kompetensi utama yang perlu dikembangkan adalah: pertama, kemampuan mengenal dan memahami perubahan agar siswa dapat menganalisis peristiwa masa lalu dan dampaknya terhadap masa kini; kedua, kemampuan mengadaptasi perubahan untuk menghadapi tantangan dengan fleksibilitas dan kreativitas; serta ketiga, kemampuan menentukan perubahan, yang melibatkan peran aktif dalam menciptakan inovasi dan solusi demi masa depan yang lebih baik. Salah satu solusi yang paling tepat untuk mengakomodasi kebutuhan peserta didik pada masa ini adalah melalui penggunaan media pembelajaran.Â
Media pembelajaran dapat dibagi kedalam beberapa jenis. Menurut Bretz dan Briggs (1971), media pembelajaran digolongkan kedalam 4 unsur pokok diantaranya : pertama, media audio, media yang berfungsi menyampaikan informasi melalui suara (pesan suara) contohnya radio, tape, recorder dan lain-lain. Kedua, media visual, media dengan informasi yang bisa dilihat secara visual contohnya grafik, bagan, diagram, gambar dan lain-lain. Ketiga, media audio visual, gabungan antara audio dan visual contohnya video, dokumenter dan lain-lain. Keempat, media serbaneka contohnya papan tulis.
Selain itu, media pembelajaran tersebut dapat dikembangkan melalui integrasi ICT. Namun, Pengembangan media pembelajaran berbasis memerlukan beberapa perangkat pendukung seperti perangkat keras seperti komputer, dan perangkat lunak seperti Ms. Word, Excel dan Powerpoint. Penggunaan media digital dalam pembelajaran sejarah bisa berupa powerpoint (presentasi), simulasi, gambar dan lain-lain. Penggunaan media pembelajaran berbasis ICT memberikan beberapa keuntungan seperti memudahkan peserta didik dalam memahami materi, mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda, mengatasi kesenjangan peserta didik, meningkatkan keterampilan individu. Selain itu, dalam pembelajaran sejarah yang menggunakan media digital, peran guru tidak hanya sebatas sebagai edukator saja. Namun guru berperan fasilitator. Dengan pendekatan ini, peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan dan efektif.
Namun penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dalam pembelajaran sejarah akan berjalan efektif melalui perencanaan yang baik. Terdapat beberapa strategi dalam penggunaan media pembelajaran ICT yaitu : sebagai alat bantu, sebagai sarana pembelajaran, sebagai sumber pembelajaran dan sebagai sarana pengembangan pembelajaran. Guru yang akan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT perlu memperhatikan aspek aspek tersebut agar integrasi ICT ini dapat secara efektif membantu peserta didik selama proses pembelajaran.
Dalam konteks sumber pembelajaran, selain mempermudah akses terhadap sumber sumber pembelajaran sejarah, Integrasi ICT juga memungkinkan peserta didik untuk membuka wawasan baru melalui sumber sumber sejarah yang dapat ditemukan di platform digital. Dengan membaca dan mempelajari sumber sejarah dengan perspektif yang berbeda, diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis, karena peserta didik diajak untuk menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi informasi dari berbagai sudut pandang.
Dengan integrasi ICT dalam media dan sumber sejarah, pembelajaran sejarah dapat menjadi lebih relevan dan adaptif terhadap kebutuhan peserta di abad 21. ICT tidak hanya berperan sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan menjadikan pembelajaran sejarah sebagai salah satu pembelajaran yang bermanfaat bagi peserta didik di masa yang akan datang.Â
Referensi
Basri, Sumargono (2018), Media Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Hasan, S. H. (2019). Pendidikan sejarah untuk kehidupan abad ke-21. Historia: jurnal pendidik dan peneliti sejarah, 2(2), 61-72.
Sari, S. K., & Khaidir, A. (2022). Pendidikan multikultural dalam pembelajaran sejarah. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H